Senin, 23 April 2012

Siwa Sebagai Simbol Kasih Sayang

OM NAMAH SIWA YA.

Siwa adalah contoh ketenangan yang paling sempurna.
Menurut Siwa Purana, Siwa mempunyai bermacam-macam anggota keluarga yang aneh. Walaupun begitu, masing-masing demikian tenang tanpa ada pertentangan, sehingga keluarga itu berada dalam keadaan damai dan rukun.

Di lengan Siwa ada ular melilit, demikian pula di leher, kepala dan pinggang-NYA.
Salah satu putra-NYA "Kumara" mengendarai merak yang menyerang ular. Seorang putra-NYA mempunyai kepala gajah, yang membangkitkan selera singa, yang menjadi kendaraan dewi Durga, pendamping Siwa, yang demikian tidak terpisahkan sehingga IA adalah separuh tubuh Siwa sendiri pada bagian kiri.

Demikian juga berdasarkan sifat-NYA, singa tidak pula berteman dengan sapi jantan yang digunakan oleh Siwa sendiri sebagai kendaraan-NYA.
Di titik pusat dahi Siwa memancarkan api dan di kepalaNYA memancarkan air (sungai Gangga), keduanya saling bertentangan.
Bayangkan betapa unsur yang bermacam-macam itu saling bekerja sama dengan penuh kasih sayang sehingga hidup di Kailasa menjadi tenang dan damai.

Semua itu tergantung pada perasaan dan disiplin pikiran yang selayaknya. Senjata kasih sayang akan menghilangkan rasa permusuhan setiap lawan.
Kasih sayang menghasilkan kasih sayang. Kasih sayang akan dipantulkan kembali dan hanya kasih sayanglah yang diperoleh sebagai reaksinya.
Serukanlah "Kasih sayang" maka dari hati orang lain pun timbullah gema "Kasih sayang".

Selasa, 17 April 2012

Kepemimpinan dalam Sastra Kuna

Dalam Tantri Kamandaka, si gajah yang besar dan kuat namun angkuh, mati dibunuh oleh persekutuan si burung siung, lalat dan katak. Persekutuan dan persatuan merupakan suatu kekuatan yang maha besar sehingga akan mampu menumbangkan kekuatan sebesar apapun.
Penguasa-penguasa di Bali jaman dahulu rupa-rupanya memaklumi hal ini sehingga beliau melaksanakan strategi menggalang persatuan rakyat dalam wilayahnya. Warga-warga disatukan, dipersaudarakan dengan menyatukan pura kawitannya dalam satu kompleks pura dengan pura raja dan menyebut mereka wargi sang raja. Pada hari-hari tertentu wargi-wargi itu bertemu di Pura, yang menggalang rasa kelompok dan rasa bakti kepada raja. Namun dalam hal ini raja harus cerdik melaksanakan segala upaya mempersatukan rakyatnya. Dalam sastra Jawa Kuno dikatakan bahwa Raja harus melaksanakan taktik Catur Upaya Sandhi, yaitu Sama, Beda, Dana dan Danda.

Kedisiplinan Diri

Cerita ini diambil dari buku Tantri Kamandaka, yang mengisahkan kehidupan satwa baik yang berkaki empat, berkaki dua dan mereka hidup di tengah hutan. Cerita ini mengandung ajaran-ajaran agama, filsafat, moral, etika, dan nilai-nilai persabahatan. Keseluruhan cerita ini diperankan oleh satwa yang menggambarkan berbagai karakter manusia. Salah satu cerita Tantri Kamandaka ini adalah menceritakan persahabatan sepasang angsa dengan seekor empas (kura-kura), cerita singkatnya adalah sebagai berikut:
Suatu hari di musim kemarau dan suasana benar-benar panas terik, sepasang angsa jantan dan betina, bercakap-cakap bahwa air danau tempat mereka tinggal mulai surut karena musim kemarau yang berkepanjangan.

Ceritera Rakyat dalam Kitab Tantu Panggelaran

Bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu menghargai dan memaknai tiap detik sejarah yang terjadi dalam perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara. Baik itu sejarah kelam maupun jaman keemasannya. Dalam perkembangan kehidupan tentunya tak lepas dari perkembangan budaya, yang salah satu unsurnya adalah karya sastra. Perkembangan karya sastra bangsa Indonesia seirama dengan perkembangan sejarahnya. Banyak sekali hasil karya sastra bangsa Indonesia masa lalu mempunyai nilai amat tinggi, bahkan menguraikan filsafat, dijadikan pedoman kehidupan masyarakat. Sedang karya sastra yang isinya berupa cerita kebanyakan menjadi cerita rakyat dituturkan turun tumurun. Sebagai contoh adalah kitab Tantu Panggelaran.

Senin, 16 April 2012

Dharma Dalam Kehidupan

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering kali mendengar kata dharma, namun apa sebenarnya dharma itu?. Istilah dharma, dalam ajaran Hindu yang juga sering disebut dengan Hindu Dharma, Dharma itu sendiri sering diartikan sempit yaitu agama, namun sebenarnya dharma itu lebih luas daripada agama. Dharma adalah suatu kewajiban luhur, yang memang tercakup dalam agama maupun di luar agama itu sendiri. Karena semua kewajiban baik kewajiban yang bersifat material (fisik) maupun immaterial (rohani), adalah dharma selama ia berlandaskan, berpedoman, berpegangan dan berpatokan pada konsep  adiluhung Weda itu sendiri. Jadi Dharma itu boleh diartikan sebagai sebuah kewajiban.
Kapan kita berkewajiban menjalankan dharma? Dharma ini harus kita lakukan dalam keseharian kita. Kita tidak hanya beragama pada saat di pura saja, atau beragama pada saat upacara saja, tetapi kita harus beragama disetiap kehidupan kita. Dharma harus dilakukan setiap saat dalam kehidupan ini. Dalam purana-purana suci kita, juga disebutkan bahwa  menjalankan dharma sama halnya dengan bernafas, yaitu mengeluarkan dan memasukkan nafas setiap saat. Oleh karena itu juga dalam Purana, Weda  dan Upaweda kita selalu diajarkan pada seseorang untuk selalu mengingat keluhuran Ida Sanghyang Widhi Wasa, Kemahakuasaan-NYA, cinta kasih dan lain sebagainya, inilah yang diberikan pancaran-NYA.

CERITA TENTANG MUNCULNYA LINGGA


       Nandikeshwara bercerita dalam Siwa Purana. Suatu kali, ketika penciptaan dimulai Brahma, ia yang memiliki lima wajah duduk diatas lotus, hingga datanglah Wisnu. Wisnu yang sangat tampan tidur diatas lingkaran ular besar – Adisesha menyambutnya dengan berbagai upacara.
         Penciptaan terjadi begitu saja tanpa ada yang membuat Brahma bangga. Ketika harga diri memenuhinya muncullah Siwa Maya, penggoda Siwa. Itulah yang terjadi pada Brahma. Ia marah pada Wisnu karena tidak menunjukkan rasa hormat dan karena ia tertidur. Ia berpikir, Ialah pencipta, ayah dari semuanya. Ia mendekati Wisnu dan membangunkannya dan mengatakan bahwa ia akan mendapat balasan atas kelalaiannya itu.
        Wisnu sangat marah karena ia berpikir bahwa Brahma yang lahir dari pusarnya harus menghormatinya. Apalagi, kemudian ia berpikir, bahwa ia adalah penjaga semuanya, pemelihara semuanya. Dengan bibir tersenyum, tanpa menunjukkan amarahnya, Wisnu berkata pada Brahma bahwa ialah yang akan mendapatkan balasannya. Setelah berkata seperti itu iapun memuji dirinya.

Sabtu, 07 April 2012

Kontes Kecantikan Para Dewi

Pada suatu hari Dewi Kekayaan dan Dewi Kemiskinan datang pada seorang saudagar dan memperkenalkan diri mereka sebagai Dewi. Saudagar itu menyampaikan hormatnya kepada keduanya dan berkata, "Bolehkah saya mengetahui apa yang membawa anda berdua kegubuk saya yang sangat sederhana ini?".
Dewi Kekayaan berkata, "Kami ingin anda menilai dan memberi tahu kami, siapakah yang lebih cantik diantara kami berdua?".

Saudagar itu kebingungan. Ia tahu, ia terperangkap antara iblis dan lautan yang dalam. Jika ia menyatakan Dewi Kekayaan lebih cantik dari pada Dewi Kemiskinan, Dewi Kemiskinan akan mengutuknya.
Jika mengatakan Dewi Kemiskinan lebih cantik daripada Dewi Kekayaan maka Dewi Kekayaan akan meninggalkannya. Meskipun demikian ia menjadi tenang kembali dan berkata, "Saya sangat menghargai anda berdua. Maukah anda melakukan instruksi saya? Hanya dengan demikian saya dapat melakukan penilaian dengan baik?". Para Dewi itu menyetujuinya.

Saudagar itu berkata, "Ibu Dewi Kekayaan, sudikah kiranya anda pergi ke pintu gerbang dan berjalan masuk ke dalam rumah?.
Ibu Kemiskinan, sudikah kiranya anda berjalan dari sini menuju ke pintu gerbang?
Sehingga saya dapat memandang anda dengan jelas, dari dekat dan dari jauh".

Kedua Dewi itu berjalan sesuai dengan keinginan saudagar tersebut. Dengan gembira saudagar itu menyatakan, "Ibu Dewi Kekayaan, anda tampak cantik ketika masuk kedalam rumah. Dan Ibu Dewi Kemiskinan, anda kelihatan begitu cantik ketika keluar dari rumah".

Kedua Dewi itu menghargai akal kebijaksanaan saudagar tersebut. Dewi Kekayaan dengan senang hati tinggal di rumah itu, sedangkan Dewi Kemiskinan dengan riang berjalan keluar.

Pada waktu kita menghadapi masalah yang serius, jika kita merenung ke dalam batin dan berpikir dengan tenang, seberkas harapan dan cahaya akan bersinar menunjukkan jalan kepada kita.