OM NAMAH SIWA YA.
Siwa adalah contoh ketenangan yang paling sempurna.
Menurut Siwa Purana, Siwa mempunyai bermacam-macam anggota keluarga yang aneh. Walaupun begitu, masing-masing demikian tenang tanpa ada pertentangan, sehingga keluarga itu berada dalam keadaan damai dan rukun.
Di lengan Siwa ada ular melilit, demikian pula di leher, kepala dan pinggang-NYA.
Salah satu putra-NYA "Kumara" mengendarai merak yang menyerang ular. Seorang putra-NYA mempunyai kepala gajah, yang membangkitkan selera singa, yang menjadi kendaraan dewi Durga, pendamping Siwa, yang demikian tidak terpisahkan sehingga IA adalah separuh tubuh Siwa sendiri pada bagian kiri.
Demikian juga berdasarkan sifat-NYA, singa tidak pula berteman dengan sapi jantan yang digunakan oleh Siwa sendiri sebagai kendaraan-NYA.
Di titik pusat dahi Siwa memancarkan api dan di kepalaNYA memancarkan air (sungai Gangga), keduanya saling bertentangan.
Bayangkan betapa unsur yang bermacam-macam itu saling bekerja sama dengan penuh kasih sayang sehingga hidup di Kailasa menjadi tenang dan damai.
Semua itu tergantung pada perasaan dan disiplin pikiran yang selayaknya. Senjata kasih sayang akan menghilangkan rasa permusuhan setiap lawan.
Kasih sayang menghasilkan kasih sayang. Kasih sayang akan dipantulkan kembali dan hanya kasih sayanglah yang diperoleh sebagai reaksinya.
Serukanlah "Kasih sayang" maka dari hati orang lain pun timbullah gema "Kasih sayang".
Senin, 23 April 2012
Siwa Sebagai Simbol Kasih Sayang
Selasa, 17 April 2012
Kepemimpinan dalam Sastra Kuna
Kedisiplinan Diri
Ceritera Rakyat dalam Kitab Tantu Panggelaran
Senin, 16 April 2012
Dharma Dalam Kehidupan
CERITA TENTANG MUNCULNYA LINGGA
Sabtu, 07 April 2012
Kontes Kecantikan Para Dewi
Pada suatu hari Dewi Kekayaan dan Dewi Kemiskinan datang pada seorang saudagar dan memperkenalkan diri mereka sebagai Dewi. Saudagar itu menyampaikan hormatnya kepada keduanya dan berkata, "Bolehkah saya mengetahui apa yang membawa anda berdua kegubuk saya yang sangat sederhana ini?".
Dewi Kekayaan berkata, "Kami ingin anda menilai dan memberi tahu kami, siapakah yang lebih cantik diantara kami berdua?".
Saudagar itu kebingungan. Ia tahu, ia terperangkap antara iblis dan lautan yang dalam. Jika ia menyatakan Dewi Kekayaan lebih cantik dari pada Dewi Kemiskinan, Dewi Kemiskinan akan mengutuknya.
Jika mengatakan Dewi Kemiskinan lebih cantik daripada Dewi Kekayaan maka Dewi Kekayaan akan meninggalkannya. Meskipun demikian ia menjadi tenang kembali dan berkata, "Saya sangat menghargai anda berdua. Maukah anda melakukan instruksi saya? Hanya dengan demikian saya dapat melakukan penilaian dengan baik?". Para Dewi itu menyetujuinya.
Saudagar itu berkata, "Ibu Dewi Kekayaan, sudikah kiranya anda pergi ke pintu gerbang dan berjalan masuk ke dalam rumah?.
Ibu Kemiskinan, sudikah kiranya anda berjalan dari sini menuju ke pintu gerbang?
Sehingga saya dapat memandang anda dengan jelas, dari dekat dan dari jauh".
Kedua Dewi itu berjalan sesuai dengan keinginan saudagar tersebut. Dengan gembira saudagar itu menyatakan, "Ibu Dewi Kekayaan, anda tampak cantik ketika masuk kedalam rumah. Dan Ibu Dewi Kemiskinan, anda kelihatan begitu cantik ketika keluar dari rumah".
Kedua Dewi itu menghargai akal kebijaksanaan saudagar tersebut. Dewi Kekayaan dengan senang hati tinggal di rumah itu, sedangkan Dewi Kemiskinan dengan riang berjalan keluar.
Pada waktu kita menghadapi masalah yang serius, jika kita merenung ke dalam batin dan berpikir dengan tenang, seberkas harapan dan cahaya akan bersinar menunjukkan jalan kepada kita.