Jumat, 30 Maret 2012

Rasa Sakit

Terlalu berlebihan berharap untuk hidup tanpa rasa sakit,
Adalah salah berharap untuk hidup tanpa rasa sakit,
Karena rasa sakit adalah pertahanan tubuh kita,
Tak peduli seberapa tak sukanya kita,
Dan tak ada yang suka rasa sakit,
Rasa sakit itu penting,
Dan kepada rasa sakitlah kita harus berterima kasih.

Bagaimana lagi kita bisa tahu,
Untuk menarik tangan kita dari api?
Jari kita dari belati?
Kaki kita dari duri?
Jadi rasa sakit itu penting,
Dan kepada rasa sakitlah kita harus berterima kasih.

Namun,
Ada sejenis rasa sakit yang tak ada gunanya,
Itulah rasa sakit kronis,
Itulah pasukan elite rasa sakit yang bukan untuk pertahanan,
Itu adalah kekuatan yang menyerang.
Penyerang dari dalam,
Penghancur kebahagiaan pribadi,
Penyerang ganas bagi kemampuan pribadi,
Penyerbu tak kenal lelah bagi kedamaian pribadi,
Dan pelecehan berkelanjutan bagi hidup!

Rasa sakit kronis adalah aral rintang terberat bagi pikiran,
Kadang rasa sakit itu nyaris mustahil untul dilampaui,
Namun, kita harus tetap mencoba,
Dan mencoba,
Dan mencoba,
Sebab jika tidak, ia akan menghancurkan kita.

Dan
Dari pertempuran itu akan muncul hal-hal yang baik,
Kepuasan penaklukan rasa sakit,
Pencapaian kebahagiaan dan kedamaian,
Pada kehidupan sekalipun darinya,
Ini sungguhlah suatu pencapaian,
Pencapaian yang sangat istimewa, sangat pribadi,
Rasa akan kekuatan,
Kekuatan batiniah,
Yang harus dialami untuk bisa dipahami.

Jadi, kita semua harus menerima rasa sakit,
Sekalipun rasa sakit yang merusak,
Karena itu bagian dari segala sesuatu,
Dan pikiran dapat mengatasinya,
Dan pikiran akan menjadi lebih kuat dalam mengalaminya.

~ Jonathan Wilson-Fuller ~

Sabtu, 24 Maret 2012

Kesempatan

Kehidupan di dunia ini memang sangat sulit untuk dijalani, tetapi mendalami ajaran agama dengan sempurna ternyata jauh lebih sukar. Ketika kita telah mendapatkan anugrah berupa tubuh yang sempurna dan juga cahaya ajaran agama yang kita anut untuk dipelajari, kita seharusnya menunjukkan rasa syukur dengan cara memanfaatkan kedua karunia itu secara maksimal. Namun banyak orang (termasuk saya) yang sudah merasa puas atas apa yang telah ia capai, padahal belum ada seperempat bagian dari ajaran agama yang berhasil dijalani.

Kegigihan hanyalah salah satu faktor penentu keberhasilan. Kecerdasan dalam membidik kesempatan adalah faktor lainnya yang tidak kalah penting. Dalam kehidupan manusia, kesempatan besar tidaklah banyak, karena itu pada saat kesempatan itu muncul, kita harus segera meraihnya tanpa ragu-ragu. Semua orang tentunya sudah sering mendengar hal itu dan paham dengan nasihat orang tua yang seperti itu, tetapi nyatanya sebagian besar dari mereka (termasuk saya) gagal merebut kesempatan yang datang.

Ada 2 faktor yang menyebabkan kegagalan. Yang pertama adalah persiapan mental yang kurang. Pada kondisi seperti ini, seseorang sama sekali tidak pernah menduga jika sebuah kesempatan besar akan muncul menghampirinya sehingga secara mental ia tidak siap sama sekali untuk menggenggam kesempatan tersebut. Tidaklah mengherankan jika antusiasme orang dengan kondisi mental seperti ini terhadap sebuah kesempatan, sebesar apapun itu, sangatlah rendah.

faktor yang kedua adalah kemampuan yang kurang. Pada saat kondisi ini seseorang sangat menginginkan datangnya kesempatan, tetapi ia sendiri tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk meraihnya.

Sebagai catatan akhir adalah, nyawa kita hanya bisa dimiliki sekali dalam kehidupan saat ini. Sementara kehadiran kita di dunia ini pasti memiliki makna. Karena itu, kita harus memperhatikan setiap kesempatan yang datang menghampiri dengan tidak menyia-nyiakan kesempatan, artinya kita mensyukuri kehidupan yang kita miliki.

Astungkara..

Sebuah Arloji

Ada sebuah cerita yang sangat bagus diceritakan oleh seorang pertapa tentang sebuah arloji.

Ada seorang pria di India yang diberikan sebuah arloji yang mahal. Karena ia tidak tahu apa itu arloji dan fungsinya. Baginya arloji itu hanyalah sebuah gelang yang indah. Ia tidak tahu bahwa itu adalah sebuah alat untuk menunjukkan waktu. Akibatnya ia selalu terlambat masuk kerja dan akhirnya ia dipecat serta kehilangan tempat tinggalnya.

Ketika ia membuat janji untuk wawancara, ia datang terlambat, begitu pula dengan janji-janji dan pekerjaan lainnya yang membutuhkan ketepatan waktu, ia selalu datang terlambat.

Akhirnya, karena frustasi, ia bertanya kepada seseorang di jalan, "Jam berapakah sekarang ini?".
Orang itu memandangnya dengan penuh keheranan, "Anda memakai sebuah arloji di tangan. Itu akan menunjukkan waktu untuk anda", jawabnya.
"Sebuah arloji. Apa itu?", balasnya.
"Kamu bercanda bukan?", jawab orang asing tersebut sambil menunjuk ke alat yang dipakai pria tersebut di lengannya.
"Tidak", jawab pria itu, "Ini adalah sebuah perhiasan yang indah, sebuah hadiah dari seorang teman. Apa hubungannya dengan menunjukkan waktu?".

Maka dengan penuh kesabaran, orang asing tersebut mengajarkannya bagaimana melihat jam di arloji, memahami jarum petunjuk jam, menit dan detik.
"Saya tidak percaya ini", teriak si pria India, "Jadi, maksudnya selama ini saya memiliki sesuatu yang bisa menunjukkan waktu dan bahkan saya tidak tahu?"
"Jangan salahkan saya", kata si orang asing itu, "Siapapun yang telah memberikan arloji itu untuk anda, seharusnya menjelaskan fungsinya".

Setelah hening sejenak, pria itu menjawab dengan suara yang lembut dan malu-malu, "Mungkin, ia juga tidak tahu benda apa ini".
"Mungkin juga ia memberikan sebuah hadiah yang ia sendiri tidak tahu bagaimana menggunakannya. Sekarang, paling tidak, anda tahu bagaimana menggunakannya". Setelah berkata itu, si orang asing kemudian pergi menghilang diantara para pejalan kaki dan kesibukan kota India.

Siapa yang tahu kalau-kalau sahabat ini adalah seorang utusan Tuhan atau hanya orang asing yang ditemui secara kebetulan, yang bisa membedakan antara arloji dan gelang biasa. Setelah kejadian itu pria India tersebut mampu mempergunakan arlojinya sehingga ia bisa datang untuk wawancara sebuah pekerjaan dan kemudian mendapatkan pekerjaan yang baik untuk memperbaiki kehidupannya.

Pelajaran yang dapat kita petik dari cerita di atas adalah bahwa kita diberkahi dengan kemampuan yang sering kali tidak kita sadari, sampai seseorang menunjukkannya kepada kita

Minggu, 11 Maret 2012

Tahun Baru Saka Dalam Keheningan Nyepi

Setiap tahunnya pada akhir bulan Maret atau awal bilan April, umat Hindu di Indonesia merayakan sebuah pergantian tahun seperti halnya umat-umat agama lain di Indonesia yang juga memiliki pergantian tahun yang mereka pergunakan. Umat Hindu Indonesia menggunakan tahun Saka sebagai acuan kalender mereka, seperti halnya di India dengan berbagai modifikasi penyesuaian budaya  perhitungan waktu yang sudah dimiliki oleh masing-masing daerah di Indonesia (seperti kalender Jawa dan kalender Bali). Di Indonesia, pergantian tahun Saka dikenal dengan nama hari raya Nyepi. Hari raya Nyepi adalah perayaan hari tahun baru saka yang jatuh pada penanggal apisan sasih Kadasa (eka sukla paksa Waisak), sehari setelah tilem Kesanga (panca dasi Krsna Paksa Caitra)

Selasa, 06 Maret 2012

KERISAUAN PIKIRAN

Kebahagiaan duniawi sebenarnya tidaklah nyata. Dalam kehidupan ini yang terus mengalir tanpa henti dari perputaran roda hidup dan mati, melihat kenyataan ini tidak ada kesenangan yang sejati. Jika kita tidak mengerti dengan teori ini dan terus mencari kebahagiaan semu, hanya kesengsaraanlah yang akan kita dapatkan pada akhirnya.

Aroma persaingan di dalam masyarakat modern saat ini sangatlah sengit. Manusia merasa bahwa tekanan yang mereka peroleh makin hari makin besar, berbagai macam kerisauan dan kebingungan makin banyak bermunculan.

Menghadapi kondisi masyarakat yang terus menerus berkembang, ada beberapa orang yang lemah daya tahannya. Mereka mulai merasakan bahwa kehidupan ini tidak bisa lagi dijalani dengan santai dan main-main sehingga mereka menjadi pesimis.

Sebenarnya kenyataan  hidup pasti akan menghasilkan kerisauan yang tidak ada habisnya, keluarga yang tidak rukun, pekerjaan yang tidak lancar atau hubungan pertemanan antar sesama yang tidak harmonis adalah beberapa penyebab kerisauan tersebut.

Dapat disimpulkan bahwa kerisauan adalah salah satu bagian dari hidup manusia yang tidak bisa ditolak ataupun dihindari, tetapi bukan berarti tidak bisa dihadapi. Kita sendirilah yang berhak memilih untuk menyerah atau terus maju untuk meraih kebahagiaan.

Kebanyakan orang yang kehidupannya secara kasat mata terlihat bahagia, tetapi sebenarnya justru dilanda kerisauan yang sangat dahsyat. Sebaliknya, banyak sekali orang yang kehidupannya biasa-biasa saja atau bahkan miskin, namun hari-harinya justru diliputi kebahagiaan.

Ini menjelaskan bahwa banyak sekali hal-hal di dunia ini yang dipengaruhi oleh pemikiran subjektif kita. Makanya meskipun kerisauan selalu melanda kita setiap saat, kita harus menghindari keputusasaan dan menyikapi kehidupan ini dengan lebih santai dan tanpa beban, menjalani apa adanya tanpa diliputi oleh rasa khawatir.

Kerisauan hanyalah selingan di dalam kehidupan kita, asalkan dapat terus beradaptasi dengan kemajuan zaman dan perkembangan kehidupan manusia, kita pasti dapat mengatasi kerisauan yang datang dan bersiap untuk menyambut kesuksesan di depan mata.

Astungkara

Senin, 05 Maret 2012

Maaf, Tolong dan Terima Kasih

Sering kali nasihat-nasihat berharga untuk kita bukan kalimat panjang yang memerlukan waktu berjam-jam untuk mendengarkannya, namun hanya satu atau dua kata yang tidak ternilai menfaatnya untuk kita.

Seorang pemudi desa bermaksud mencari peruntungan di kota. Sebelum  ia berangkat, pemudi ini mencoba mengunjungi neneknya untuk meminta nasihat darinya. Sesampainya di rumah  sang nenek, pemudi ini segera menceritakan maksud kedatangannya. Dia mengatakan bahwa ia bermaksud  berangkat ke kota untuk mencari peruntungan. Pemudi ini meminta nasihat dari neneknya.
Setelah mendengar cerita dari cucunya ini, sang  nenek tidak langsung memberikan petuah-petuah bijaknya. Dia diam untuk beberapa saat. Si pemudi ini tampak menunggu dengan cemas kata-kata yang akan diucapkan sang nenek untuknya.

Kemudian nenek itu mengucapkan 3 kata, yaitu: maaf, terima kasih, dan tolong.

Dengan wajah kebingungan si pemudi ini  menanyakan  maksud dari 3 kata yang diucapkan neneknya.

Kemudian sang nenek menjelaskan bahwa yang terpenting dalam hidup ini adalah bagaimana kita berinteraksi dengan orang lain.

Kata “maaf” perlu diucapkan apabila kita berbuat salah kepada orang lain, namun pengucapan kata maaf harus disertai dengan kebijaksanaan karena akan jadi omong kosong apabila kita mengucapkan kata maaf, namun kita tetap melakukan kesalahan yang sama.

Kata “ terima kasih” adalah kata yang mencerminkan kerendahan hati seseorang dan sebuah ungkapan rasa hormat kita kepada orang lain yang elah berjasa kepada kita.

Sedangkan kata “tolong” adalah cerminan dari sikap seseorang yang sopan dan menghargai orang lain, namun sama seperti kata “maaf”, pengucapan kata “tolong” harus disertai dengan kebijaksanaan, karena akan jadi omong kosong apabila kita menyalahgunakan kata “tolong” untuk menjadi bergantung kepada orang lain.

“Demikianlah yang bisa kuberikan kepadamu, cucuku sayang,” nenek  mengakhiri percakapan mereka, sambil mengelus-elus rambut cucunya.

Tahun demi tahun telah dilalui pemudi dengan terus mengingat dan mempraktikkan pesan dari neneknya yang  bijak itu. Pemudi tumbuh menjadi pribadi yang baik hati, sopan, dan disukai banyak orang. Perjalanan kariernya di kotapun meningkat dengan pesat. Dalam kurun waktu beberapa tahun, pemudi ini telah memiliki berbagai macam  kegiatan dan kerja sama dengan berbagai perusahaan.
Terhadap siapapun orang yang pernah  ia berbuat salah, ia  selalu mengucapkan  kata “maaf” begitupun ketika ada orang lain yang telah membantunya, tanpa sungkan ia mengucapkan “terima kasih” kepada orang tersebut, dan juga kata “tolong” selalu diucapkan apabila ia memerlukan bantuan dari orang lain. Siapapun  itu, entah bawahannya, teman sejawatnya, sahabatnya, tukang sapu, tukang sampah, ataupun office boy di perusahannya pasti pernah mendengar 3 kata ini diucapkan untuk mereka.

Minggu, 04 Maret 2012

PIKIRAN DAN AIR

Sebenarnya pikiran sama seperti air hujan, adalah murni sifatnya. Jika meneteskan zat warna biru pada air hujan, air itu akan berubah menjadi warna biru. Jika kita tambahkan warna merah, air akan berubah menjadi warna merah.

Demikian pula dengan pikiran. Apabila suatu kesan batin yang menyenangkan jatuh menimpa pikiran kita, pikiran kita akan merasa senang. Jika kesan batin kita tidak menyenangkan, pikiran kita akan menjadi tidak senang juga. Pikiran menjadi keruh, bagaikan air yang berwarna.

Jika air bening diberi warna biru, maka air itu akan berubah menjadi biru. Jika dicampurkan dengan warna merah, maka air berubah warna menjadi merah. Air itu akan berubah setiap waktu. Sebenarnya air yang telah berwarna biru dan merah itu secara alami adalah bersih dan jernih.

Ini jugalah sifat pikiran kita, "bersih dan murni, tidak terkontaminasi".
Pikiran akan terkontaminasi hanya apabila pikiran itu mengejar kesan-kesan batin.Pada saat itu pikiran akan tersesat dalam suasana hati.

Kepercayaan

Seorang guru besar yang tinggal di sebuah mandir (pura) di tepi sungai yang lebar dan mempunyai banyak murid di seluruh pelosok negeri, sekali waktu mengundang semua muridnya dengan mengatakan bahwa ia ingin melihat semuanya sebelum kematiannya segera datang.

Murid-murid yang menjadi kesayangannya, yang selama ini selalu bersamanya sangat khawatir melihat keadaan tersebut dan memikirkannya siang dan malam. Mereka mengira gurunya pasti akan membuka rahasia padanya yang dapat membuat mereka jadi orang besar sepertinya, tapi mereka semua khawatir, jangan-jangan mereka kehilangan kesempatan baik tersebut dan dengan penuh perhatian mereka menunggu kesempatan dimana rahasia akan diungkapkan.

Selama ini gurunya telah mengajarkan kepada mereka banyak mantra suci namun yang mereka dapatkan tidak bertuah sehingga mereka berpikir bahwa gurunya masih merahasiakan cara yang membuatnya jadi orang besar sepertinya.

Murid-murid dari berbagai penjuru telah berdatangan dan menunggu dengan harap penuh.

Di tempat lain, seorang muridnya yang sangat sederhana yang tinggal jauh di seberang sungai juga datang. Tetapi pada saat itu sungai sedang banjir, bahkan semua perahu hanyut oleh air sungai itu, namun muridnya ini tidak boleh menunggu, sementara di tempat lain gurunya telah tiada. Ia tidak boleh tertinggal, tetapi apa yang bisa dilakukannya?
Ia teringat dengan mantra gurunya yang telah diajarkan kepadanya, yang penuh dengan kekuatan dan dapat melakukan apa saja.

Dengan segala kepercayaannya, ia mengucapkan mantra tersebut, sambil berjalan di atas air sungai yang sedang banjir. Semua murid-murid yang melihatnya begitu keheranan melihat kekuatan yang dimilikinya. Dan mengakuinya sebagai orang yang dulu lama tinggal bersama gurunya. Tapi karena suatu hal ia pergi setelah diajarkan mantra rahasia oleh gurunya.

Murid-murid yang lain mengira gurunya telah memberikan mantra rahasia ini kepadanya. Mereka menuntut gurunya, dengan alasan apakah ia telah menipu mereka walaupun mereka telah melayaninya dengan segala kerendahan hati selama bertahun-tahun dan memberikan rahasia pada orang asing, yang datang hanya sehari saja, beberapa waktu yang lalu.

Gurunya dengan tersenyum menenangkannya dan memanggil muridnya yang sederhana untuk mendekat padanya dan menyuruh menceritakan kepada murid-murid yang lainnya apa yang telah ia ajarkan tempo dulu.

Beberapa murid begitu takjub ketika mereka mendengar murid yang sederhana ini hanya mengucapkan nama "Kudu-kudu" dengan segala bhakti, penuh hormat dan rasa percaya.

"Lihatlah" kata gurunya, "Dalam kepercayaannya ia telah mendapatkan kunci rahasianya. Bahkan ia dianugrahi dengab rasa bhakti, konsentrasi dan penuh kepercayaan. Tetapi begitu kalian ragu, walaupun aku telah mengajarkan mantra yang mempunyai kekuatan maha dahsyat sekalipun. Ini mengacaukan konsentrasimu.

Kalian terus memikirkan tentang ketidaksempurnaan mantra. Konsentrasi yang tidak intensif dan tanpa kepercayaan pada ketidaksempurnaan inilah yang membuat kalian semua tidak sempurna"