Senin, 28 Mei 2012

Adiparwa


Adiparwa adalah buku pertama atau bagian (parwa) pertama dari kisah Mahabharata. Pada dasarnya bagian ini berisi ringkasan keseluruhan cerita Mahabharata, kisah-kisah mengenai latar belakang cerita, nenek moyang keluarga Bharata, hingga masa muda Korawa dan Pandawa). Kisahnya dituturkan dalam sebuah cerita bingkai dan alur ceritanya meloncat-loncat sehingga tidak mengalir dengan baik. Penuturan kisah keluarga besar Bharata tersebut dimulai dengan percakapan antara Bagawan Ugrasrawa yang mendatangi Bagawan Sonaka di hutan Nemisa.

Bagian-bagian kitab Adiparwa itu di antaranya:
Cerita Begawan Ugrasrawa (Ugraçrawā) mengenai terjadinya pemandian Samantapañcaka dan tentang dituturkannya kisah Mahabharata oleh Begawan Waisampayana (Waiçampāyana). Kisah panjang tersebut dituturkan atas permintaan maharaja Janamejaya, raja Hastinapura, anak mendiang prabu Parikesit (Parīkşit) dan cicit Pandawa. Begawan Waisampayana bermaksud menghibur sang maharaja atas kegagalan kurban ular (sarpayajña) yang dilangsungkan untuk menghukum naga Taksaka, yang telah membunuh raja Parikesit.

Kakawin Sebagai Puisi Jawa Kuna


Pengertian Puisi Jawa Kuna

             Istilah Puisi Jawa Kuna merupakan istilah modern untuk menyebut dan memberi nama kepada salah satu genre sastra Nusantara. Istilah puisi berasal dari sastra Barat, yakni ragam sastra yang menggunakan bahasa diikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait (Panuti Sudjiman, 1984:61).
            Istilah Jawa Kuna digunakan untuk menyebut dan memberi nama kepada suatu bahasa (termasuk sastranya) yang pernah tumbuh dan berkembang di Jawa sekitar abad ke-9 sampai abad ke-15 (Zoetmulder, 1985). Dengan demikian, dapat dijelaskan bahwa Puisi Jawa Kuna adalah ragam sastra berbahasa Jawa Kuna yang diikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Dalam bahasa Jawa Kuna sendiri, ragam sastra yang disebut puisi Jawa Kuna tersebut dinamakan kakawin.

Rabu, 23 Mei 2012

Teori Terjemahan


Jenis-Jenis Penerjemahan.
Penerjemahan ada 2, yaitu penerjemahan harfiah dan penerjemahan idiomatis. Penerjemahan yang berdasarkan bentuk yang berusaha mengikuti bentuk bahasa sumber disebut penerjemahan harfiah. Penerjemahan  yang berdasarkan makna berusaha menyampaikan makna teks bahasa sumber dengan bentuk bahasa sasaran yang wajar disebut penerjemahan idiomatis. Penerjemahan harfiah sering difungsikan oleh orang yang belajar linguistik,tetapi sulit ditangkap. Penerjemahan yang idiomatis adalah yang paling baik digunakan berkomunikasi. Penerjemahan tersebut akan terasa seperti sumbernya. Perlu dibatasi penerjemahan idiomatis tidak boleh terlalu bebas.
Amanat yang ada dalam teks sumber harus dipilih secara gramatikal dan leksikal yang wajar dalam bahasa tersebut. Menerjemahkan dengan ciri gramatikal :

Bhomantaka


Kakawin Bhomântaka atau juga disebut sebagai Kakawin Bhomakawya adalah sebuah kakawin dalam bahasa Jawa Kuna. Kakawin ini merupakan salah satu yang terpanjang dalam Sastra Jawa Kuna, panjangnya mencapai 1.492 bait. Isinya ialah kisah cerita peperangan antara Prabu Kresna dan sang raksasa Bhoma.


1. Masa penulisan dan penggubah syair

            Tidak diketahui kapan kakawin Bhomântaka ditulis. Penulisnya juga tidak diketahui. Namun menurut P.J. Zoetmulder (1974) yang jelas diketahui ialah bahwa kakawin ini merupakan kakawin terpanjang yang berasal dari Jawa Timur dan kemungkinan bisa dijajarkan dengan kakawin Arjunawiwāha untuk masa penggubahan.