Sabtu, 22 November 2014

Tekor Bubuh

Hari ini adalah hari Saniscara Kliwon Wariga, atau yang masyarakat Bali kenal dengan nama Tumpek Bubuh/Tumpek Wariga. Ada satu budaya dalam masyarakat Hindu Bali, bahwa pada hari ini biasanya masyarakat Hindu di Bali melakukan upacara yg ditujukan pada tumbuh-tumbuhan sebagai rasa syukur atas apa yang telah diberikan oleh tumbuh-tumbuhan itu pada manusia. Dalam hal ini pemujaan ditujukan pada Dewa Sangkara selaku penguasa tumbuh-tumbuhan. Adapun salah satu sarana upacara yg digunakan adalah menggunakan sarana bubur/bubuh sumsum, jaja kukus serta jajan bali lainnya seperti giling-giling dan sebagainya. Setelah melakukan prosesi upacara biasanya masyarakat Hindu di Bali menyantap 'lungsuran' atau sisa 'bubuh sumsum' tersebut. Bagi masyarakat modern ada yang menggunakan piring untuk menyantapnya, tetapi bagi masyarakat tradisional biasanya menggunakan daun pisang yang diolah sedemikian rupa menjadi sesuatu yg lazim disebut 'tekor'. Sejenak bila perhatikan cara pembuatan tekor bubuh itu mengisyarakat suatu makna filosofi dalam hidup ini.

'Tekor' terbuat dari lembaran daun pisang, lembaran yang menyiratkan kita selalu memulai dengan lembaran baru. Daun pisang, daun yang sangat murah dan dapat diperoleh, seperti niat baik kita yang harus dengan murah dan mudah diproduksi dalam hati kita. Lembaran daun pisang itu kemudian dibentuk, ini seperti mengingatkan bahwa niat baik kita juga harus dengan mudah dibentuk dan disesuaikan dengan situasi. Proses ketiga yaitu lembaran yang sudah dibentuk itu ditusuk dan dikunci dengan ‘semat’ atau lidi yang tajam, ini menggambarkan bahwa niat baik kita harus dimantapkan dengan usaha keras, pemikiran yang tajam, seksama, hati-hati dan tegas. Kemudian 'tekor' itu dituangkan bubur sumsum yang panas dengan gulanya yang panas pula. Namun 'tekor' itu tahan panas, ini mengingatkan bahwa kita juga harus tahan terhadap segala ganjalan, halangan, dan kesulitan yang kita hadapi. Untuk menikmati bubur itu kita memerlukan sendok, untuk itulah kita menyobek daun 'tekor' itu dan dilipatkan untuk menyendok makanan tersebut, ini mengingatkan bahwa niat, usaha, masih belum cukup untuk mewujudkan semuanya, butuh pengorbanan dari diri kita untuk mewujudkannya. Posisi telapak tangan dalam memegang 'tekor' telapak tangan kita harus melindungi 'tekor' agar tidak tumpah, seperti sikap kita dalam menghadapi permasalahan dengan ikhlas. Bentuk 'tekor' yang terbuka pada satu sisinya dan tertutup pada sisi lainnya mengingatkan kita untuk selalu terbuka untuk segala ilmu dan ditutup untuk segala pengaruh buruk. 'Tekor' juga langsung dibuang oleh pemakannya ketika sudah selesai, dan ini memberikan pelajaran bagi kita siapkah kita untuk dilupakan ketika semuanya telah selesai.

Seperti itulah 'tekor bubuh' memberikan pelajaran pada pagi yang cerah ini. Selamat menikmati bubur sumsum. (˘ڡ˘)