tag:blogger.com,1999:blog-86558782112431833902024-03-14T15:51:31.494+08:00RadheyasutaRekonstruksi sebuah pencarian jati diri...Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14719402889760800687noreply@blogger.comBlogger213125tag:blogger.com,1999:blog-8655878211243183390.post-77448197442720257822019-09-03T10:17:00.001+08:002019-09-30T10:49:12.241+08:00Pengorbanan Karna<p dir="ltr"><u>Dialog</u> imajiner yang terjadi antara Basudewa Krisna dan Prabu Karna sebelum berlangsung perang Baratayudha :</p>
<p dir="ltr">Krisna ; Saya minta dinda kembali ke Pandawa, berkumpul kembali dengan saudara saudara Pandawa lainnya,</p>
<p dir="ltr">Karna ; Tidak kanda ! ini sudah pilihanku, .. toh tidak akan ada bedanya, jika kelak aku mati di perang Baratayudha, Pandawa tetap lima, begitu juga jika Harjuna yang mati, Pandawa tetap lima.</p>
<p dir="ltr">Krisna ; Kenapa harus saling membunuh, padahal kamu tahu Pandawa itu adalah saudara saudaramu sendiri ? Kamu, Putadewa, Bima, dan Harjuna adalah putra-putra Kunti !,</p>
<p dir="ltr">Karna ; Ini bukan persoalan bunuh-membunuh, ini persoalan tugas suci yang harus diemban oleh setiap Ksatria untuk membuktikan bahwa pilihannya adalah benar,</p>
<p dir="ltr">Krisna ; Bagaimana engkau bisa mengatakan pilihanmu adalah benar, sementara engkau membela angkara murka?</p>
<p dir="ltr">Karna ;  Jangan cuma melihat kulit, kakanda ..</p>
<p dir="ltr">Krisna ;  Maksudmu ?</p>
<p dir="ltr">Karna ; Kanda tahu ? bahwa setiap orang memiliki cara untuk menyampaikan kebenaran, Pandhita menyampaikan kebenaran melalui nasihat nasihatnya, sedang Ksatria seperti saya yaa lewat perang, aaah, kakanda Krisna pasti sudah tahu maksudku,</p>
<p dir="ltr">Krisna terdiam, sebagai titisan Dewa Wisnu, Kresna memang diberi kelebihan mengetahui sesuatu yang akan terjadi .....</p>
<p dir="ltr">Karna ; Begini, kakanda, berkali-kali para Pandhita menasihati Raja Hastina, Duryudana, untuk berbuat baik, tapi tetap saja ia masih bersifat angkara murka, maka satu-satunya jalan bagiku adalah mendorong dirinya dan Kurawa untuk berani beperang melawan Pandawa dalam Baratayudha.</p>
<p dir="ltr">Krisna ; Kenapa harus melalui peperangan !??</p>
<p dir="ltr">Karna ; Karena hanya melalui peperanganlah angkara murka Prabu Duryudana akan punah sampai ke akar-akarnya !,</p>
<p dir="ltr">Betapa Karna siap untuk menjadi tumbal bagi kejayaan saudara saudaranya keluarga Pandawa, di satu sisi ia ingin membasmi sifat angkara murka Kurawa, disisi lainnya ia siap mati oleh panah adiknya sendiri Harjuna, padahal jika ia mau, tidak ada jenis pusaka apapun yang sanggup menghalau dan menandingi kesaktian senjata Kunta Wijaya Danu milik Sang Prabu Karna !,</p>
<p dir="ltr">Sumber: <u>Ra</u> Hyang <br>
https://facebook.com/story.php?story_fbid=2360030924240231&id=100007000398328</p>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14719402889760800687noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8655878211243183390.post-8466038656710215472014-11-22T10:42:00.001+08:002014-11-22T10:42:52.395+08:00Tekor Bubuh<p dir="ltr">Hari ini adalah hari Saniscara Kliwon Wariga, atau yang masyarakat Bali kenal dengan nama Tumpek Bubuh/Tumpek Wariga. Ada satu budaya dalam masyarakat Hindu Bali, bahwa pada hari ini biasanya masyarakat Hindu di Bali melakukan upacara yg ditujukan pada tumbuh-tumbuhan sebagai rasa syukur atas apa yang telah diberikan oleh tumbuh-tumbuhan itu pada manusia. Dalam hal ini pemujaan ditujukan pada Dewa Sangkara selaku penguasa tumbuh-tumbuhan. Adapun salah satu sarana upacara yg digunakan adalah menggunakan sarana bubur/bubuh sumsum, jaja kukus serta jajan bali lainnya seperti giling-giling dan sebagainya. Setelah melakukan prosesi upacara biasanya masyarakat Hindu di Bali menyantap 'lungsuran' atau sisa 'bubuh sumsum' tersebut. Bagi masyarakat modern ada yang menggunakan piring untuk menyantapnya, tetapi bagi masyarakat tradisional biasanya menggunakan daun pisang yang diolah sedemikian rupa menjadi sesuatu yg lazim disebut 'tekor'. Sejenak bila perhatikan cara pembuatan tekor bubuh itu mengisyarakat suatu makna filosofi dalam hidup ini.</p>
<p dir="ltr">'Tekor' terbuat dari lembaran daun pisang, lembaran yang menyiratkan kita selalu memulai dengan lembaran baru. Daun pisang, daun yang sangat murah dan dapat diperoleh, seperti niat baik kita yang harus dengan murah dan mudah diproduksi dalam hati kita. Lembaran daun pisang itu kemudian dibentuk, ini seperti mengingatkan bahwa niat baik kita juga harus dengan mudah dibentuk dan disesuaikan dengan situasi. Proses ketiga yaitu lembaran yang sudah dibentuk itu ditusuk dan dikunci dengan ‘semat’ atau lidi yang tajam, ini menggambarkan bahwa niat baik kita harus dimantapkan dengan usaha keras, pemikiran yang tajam, seksama, hati-hati dan tegas. Kemudian 'tekor' itu dituangkan bubur sumsum yang panas dengan gulanya yang panas pula. Namun 'tekor' itu tahan panas, ini mengingatkan bahwa kita juga harus tahan terhadap segala ganjalan, halangan, dan kesulitan yang kita hadapi. Untuk menikmati bubur itu kita memerlukan sendok, untuk itulah kita menyobek daun 'tekor' itu dan dilipatkan untuk menyendok makanan tersebut, ini mengingatkan bahwa niat, usaha, masih belum cukup untuk mewujudkan semuanya, butuh pengorbanan dari diri kita untuk mewujudkannya. Posisi telapak tangan dalam memegang 'tekor' telapak tangan kita harus melindungi 'tekor' agar tidak tumpah, seperti sikap kita dalam menghadapi permasalahan dengan <u>ikhlas</u>. Bentuk 'tekor' yang terbuka pada satu sisinya dan tertutup pada sisi lainnya mengingatkan kita untuk selalu terbuka untuk segala ilmu dan ditutup untuk segala pengaruh buruk. 'Tekor' juga langsung dibuang oleh pemakannya ketika sudah selesai, dan ini memberikan pelajaran bagi kita siapkah kita untuk dilupakan ketika semuanya telah selesai.</p>
<p dir="ltr">Seperti itulah 'tekor bubuh' memberikan pelajaran pada pagi yang cerah ini. Selamat menikmati bubur sumsum. (˘ڡ˘) </p>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjVG68g7ia2w0KQbWTjJ-LkN3eKMO7eltEBXdrVLgmxaR5p6teIG4zF4Ffoo-E1sN_LHwd0WUYo_GxJZxxFZKdjOJE4DWuxLSTbOi7YQxXCaLtIwJs8G06F8IgRJGv1F7Sa8lUDwm9rFjHc/s1600/unnamed%252520%2525281%252529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjVG68g7ia2w0KQbWTjJ-LkN3eKMO7eltEBXdrVLgmxaR5p6teIG4zF4Ffoo-E1sN_LHwd0WUYo_GxJZxxFZKdjOJE4DWuxLSTbOi7YQxXCaLtIwJs8G06F8IgRJGv1F7Sa8lUDwm9rFjHc/s640/unnamed%252520%2525281%252529.jpg"> </a> </div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14719402889760800687noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8655878211243183390.post-16563684360541128042013-07-19T13:10:00.000+08:002013-07-19T13:10:34.677+08:00Menjaga Ketajaman Diri<br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>Mengasah Kapak<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Di suatu waktu, adalah seorang
pemotong kayu yang sangat kuat. Dia melamar sebuah pekerjaan ke seorang
pedagang kayu, dan dia mendapatkannya. Gaji dan kondisi kerja yang diterimanya
sangat bagus. Karenanya sang pemotong kayu memutuskan untuk bekerja sebaik mungkin.
Sang majikan memberinya sebuah kapak dan menunjukkan area kerjanya. Hari
pertama sang pemotong kayu berhasil merobohkan 18 batang pohon. Sang majikan
sangat terkesan dan berkata, “Selamat, kerjakanlah seperti itu ”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sangat termotivasi oleh pujian majikannya,
keesokan harinya sang pemotong kayu bekerja lebih keras lagi, tetapi dia hanya
berhasil merobohkan 15 batang pohon. Hari ketiga dia bekerja lebih keras lagi, tetapi
hanya berhasil merobohkan 10 batang pohon.</div>
<a name='more'></a><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Hari-hari berikutnya pohon yang
berhasil dirobohkannya makin sedikit. “Aku mungkin telah kehilangan kekuatanku”,
pikir pemotong kayu itu. Dia menemui majikannya dan meminta maaf, sambil
mengatakan tidak mengerti apa yang terjadi. “Kapan saat terakhir anda mengasah
kapak?” sang majikan bertanya.”Mengasah? Saya tidak punya waktu untuk mengasah
kapak. Saya sangat sibuk mengapak pohon.”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Catatan:<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kehidupan kita sama seperti itu.
Seringkali kita sangat sibuk sehingga tidak lagi mempunyai waktu untuk mengasah
kapak. “Pada istilah sekarang, setiap orang lebih sibuk dari sebelumnya, tetapi
lebih tidak berbahagia dari sebelumnya. Mengapa? Mungkinkah kita telah lupa
bagaimana caranya untuk tetap tajam? Tidaklah salah dengan aktivitas dan kerja
keras. Tetapi tidaklah seharusnya kita sedemikian sibuknya sehingga mengabaikan
hal-hal yang sebenarnya sangat penting dalam hidup, seperti kehidupan pribadi, menyediakan
waktu untuk membaca, dlsb. Kita semua membutuhkan waktu untuk relaks, untuk
berpikir dan merenung, untuk belajar dan bertumbuh. Bila kita tidak mempunyai
waktu untuk mengasah kapak, kita akan tumpul dan kehilangan efektivitas. Jadi
mulailah dari sekarang, memikirkan cara bekerja lebih efektif dan menambahkan
banyak nilai kedalamnya “Mereka yang berhasil adalah yang mampu membuat pondasi
yang kokoh dari batu bata yang dilemparkan orang lain kepadanya”<o:p></o:p></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14719402889760800687noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8655878211243183390.post-58958101615159962242013-03-18T09:38:00.000+08:002013-03-18T09:38:40.194+08:00Layang-Layang dan Harapan<br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>Selalu Saja Ada Harapan<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Layangan ( layang layang )
dimainkan dengan kepala tegak dan bukan dengan menunduk. Layang layang
diterbangkan bukan dengan wajah ke arah bawah, tapi dengan menatapnya ke
angkasa. Begitupun kita dalam hidup. Layang layang adalah tanda agar kita
selalu percaya bahwa optimisme dimulai dengan membangun harapan, bukan dengan
bersedih. Layang layang adalah pengingat buat kita bahwa semangat baru akan
hadir bagi mereka yang berpikir positif.</div>
<a name='more'></a><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Terbangkanlah layang layang
harapanmu setinggi tingginya. Gapailah rahmat Tuhan di atas sana. Naikkanlah
layang layang impian mu hingga langit yang menjadi batasnya. Raihlah berkah
dari atas sana. Tegakkan kepalamu, pandanglah langit dengan sempurna. Tataplah
angkasa, susuri kumpulan awan di sana. Percayalah. Akan selalu ada harapan dari
sana.<o:p></o:p></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14719402889760800687noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-8655878211243183390.post-89082750500971374512013-03-06T15:40:00.000+08:002013-03-06T15:40:24.435+08:00Dua Pilihan<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Pada sebuah jamuan makan malam amal penggalian dana untuk sekolah anak-anak cacat, ayah dari salah satu anak yang
bersekolah disana menghantarkan satu pidato yang tidak mungkin dilupakan oleh
mereka yang menghadiri acara itu. Setelah mengucapkan salam pembukaan, ayah
tersebut mengangkat satu topik:</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
"Ketika tidak mengalami
gangguan dari sebab-sebab eksternal, segala proses yang terjadi dalam alam ini
berjalan secara sempurna/ alami. Namun tidak demikian halnya dengan anakku, Arjun. Dia tidak dapat mempelajari hal-hal sebagaimana layaknya anak-anak yang
lain. Nah, bagaimanakah proses alami ini berlangsung dalam diri anakku?"<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Para peserta terdiam menghadapi
pertanyaan itu.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Ayah tersebut melanjutkan:
"Saya percaya bahwa, untuk seorang anak seperti Arjun, yang mana dia
mengalami gangguan mental dan fisik sedari lahir satu-satunya kesempatan untuk
dia mengenali alam ini berasal dari bagaimana orang-orang sekitarnya
memperlakukan dia"<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kemudian ayah tersebut
menceritakan kisah berikut:<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Arjun dan aku sedang
berjalan-jalan di sebuah taman ketika beberapa orang anak sedang bermain
baseball. Arjun bertanya padaku,"Apakah kau pikir mereka akan membiarkanku
ikut bermain?" Aku tahu bahwa kebanyakan anak-anak itu tidak akan
membiarkan orang-orang seperti Arjun ikut dalam tim mereka, namun aku juga tahu
bahwa bila saja Arjun mendapat kesempatan untuk bermain dalam tim itu, hal itu
akan memberinya semacam perasaan dibutuhkan dan kepercayaan untuk diterima oleh
orang-orang lain, diluar kondisi fisiknya yang cacat.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Aku mendekati salah satu anak
laki-laki itu dan bertanya apakah Arjun dapat ikut dalam tim mereka, dengan
tidak berharap banyak. Anak itu melihat sekelilingnya dan berkata, "Kami
telah kalah 6 putaran dan sekaran sudah babak kedelapan. Aku rasa dia dapat
ikut dalam tim kami dan kami akan mencoba untuk memasukkan dia bertanding pada
babak kesembilan nanti"<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Arjun berjuang untuk mendekat ke
dalam tim itu dan mengenakan seragam tim dengan senyum lebar, dan aku menahan
air mata di mataku dan kehangatan dalam hatiku. Anak-anak tim tersebut melihat
kebahagiaan seorang ayah yang gembira karena anaknya diterima bermain dalam
satu tim.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<a name='more'></a>Pada akhir putaran kedelapan, tim Arjun mencetak beberapa skor, namun masih ketinggalan angka. Pada putaran
kesembilan, Arjun mengenakan sarungnya dan bermain di sayap kanan. Walaupun
tidak ada bola yang mengarah padanya, dia sangat antusias hanya karena turut
serta dalam permainan tersebut dan berada dalam lapangan itu. Seringai lebar
terpampang di wajahnya ketika aku melambai padanya dari kerumunan. Pada akhir
putaran kesembilan, tim Arjun mencetak beberapa skor lagi. Dan dengan dua angka
out, kemungkinan untuk mencetak kemenangan ada di depan mata dan Arjun yang
terjadwal untuk menjadi pemukul berikutnya.<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Pada kondisi yang seperti ini, apakah
mungkin mereka akan mengabaikan kesempatan untuk menang dengan membiarkan Arjun menjadi kunci kemenangan mereka?<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Yang mengejutkan adalah mereka
memberikan kesempatan itu pada Arjun.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Semua yang hadir tahu bahwa satu
pukulan adalah mustahil karena Arjun bahkan tidak tahu bagaimana caranya
memegang pemukul dengan benar, apalagi berhubungan dengan bola itu.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Yang terjadi adalah, ketika Arjun melangkah maju ke dalam arena, sang pitcher, sadar bagaimana tim Arjun telah
mengesampingkan kemungkinan menang mereka untuk satu momen penting dalam hidup Arjun, mengambil beberapa langkah maju ke depan dan melempar bola itu perlahan
sehingga Arjun paling tidak bisa mengadakan kontak dengan bola itu. Lemparan
pertama meleset; Arjun mengayun tongkatnya dengan ceroboh dan luput.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Pitcher tersebut kembali mengambil
beberapa langkah kedepan, dan melempar bola itu perlahan kearah Arjun. Ketika
bola itu datang, Arjun mengayun ke arah bola itu dan mengenai bola itu dengan satu
pukulan perlahan kembali kearah pitcher.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Permainan seharusnya berakhir
saat itu juga, pitcher tsb bisa saja dengan mudah melempar bola ke baseman
pertama, Arjun akan keluar, dan permainan akan berakhir.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sebaliknya, pitcher tersebut melempar
bola melewati baseman pertama, jauh dari jangkauan semua anggota tim. Penonton
bersorak dan kedua tim mulai berteriak "Arjun, lari ke base satu! Lari ke
base satu!". Tidak pernah dalam hidup Arjun sebelumnya ia berlari sejauh
itu, tapi dia berhasil melaju ke base pertama. Arjun tertegun dan membelalakkan
matanya.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Semua orang berteriak, "Lari
ke base dua, lari ke base dua!"<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sambil menahan napasnya, Arjun berlari dengan canggung ke base dua. Ia terlihat bersinar-sinar dan bersemangat
dalam perjuangannya menuju base dua. Pada saat Arjun menuju base dua, seorang
pemain sayap kanan memegang bola itu di tangannya. Pemain itu merupakan anak
terkecil dalam timnya, dan dia saat itu mempunyai kesempatan menjadi pahlawan
kemenangan tim untuk pertama kali dalam hidupnya. Dia dapat dengan mudah
melempar bola itu ke penjaga base dua. Namun pemain ini memahami maksud baik
dari sang pitcher, sehingga diapun dengan tujuan yang sama melempar bola itu
tinggi ke atas jauh melewati jangkauan penjaga base ketiga. Arjun berlari menuju
base ketiga.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Semua yang hadir berteriak,
"Arjun, Arjun, Arjun, teruskan perjuanganmu Arjun"<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Arjun mencapai base ketiga saat
seorang pemain lawan berlari ke arahnya dan memberitahu Arjun arah selanjutnya
yang mesti ditempuh. Pada saat Arjun menyelesaikan base ketiga, para pemain dari
kedua tim dan para penonton yang berdiri mulai berteriak, "Arjun, larilah
ke home, lari ke home!". Arjun berlari ke home, menginjak balok yg ada, dan
dielu-elukan bak seorang hero yang memenangkan grand slam. Dia telah
memenangkan game untuk timnya.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Hari itu, kenang ayah tersebut
dengan air mata yang berlinangan di wajahnya, para pemain dari kedua tim telah
menghadirkan sebuah cinta yang tulus dan nilai kemanusiaan kedalam dunia.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Arjun tidak dapat bertahan hingga
musim panas berikut dan meninggal musim dingin itu. Sepanjang sisa hidupnya dia
tidak pernah melupakan momen dimana dia telah menjadi seorang hero, bagaimana
dia telah membuat ayahnya bahagia, dan bagaimana dia telah membuat ibunya
menitikkan air mata bahagia akan sang pahlawan kecilnya.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Seorang bijak pernah berkata,
sebuah masyarakat akan dinilai dari cara mereka memperlakukan seorang yang
paling tidak beruntung diantara mereka.<o:p></o:p></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14719402889760800687noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8655878211243183390.post-56356503567216318662013-02-27T10:28:00.001+08:002013-02-27T10:28:45.773+08:00Air dan Ikan KecilSuatu hari seorang ayah dan anaknya sedang duduk berbincang-bincang di tepi sungai. Sang Ayah berkata kepada anaknya, Lihatlah anakku, air begitu penting dalam kehidupan ini, tanpa air kita semua akan mati.<br />
Pada saat yang bersamaan, seekor ikan kecil mendengar percakapan itu dari bawah permukaan air, ikan kecil itu mendadak gelisah dan ingin tahu apakah air itu, yang katanya begitu penting dalam kehidupan ini. Ikan kecil itu berenang dari hulu sampai ke hilir sungai sambil bertanya kepada setiap ikan yang ditemuinya, Hai tahukah kamu dimana tempat air berada? Aku telah mendengar percakapan manusia bahwa tanpa air kehidupan akan mati. <br />
<br />
Ternyata semua ikan yang telah ditanya tidak mengetahui dimana air itu, si ikan kecil itu semakin kebingungan, lalu ia berenang menuju mata air untuk bertemu dengan ikan sepuh yang sudah berpengalaman, kepada ikan sepuh itu ikan kecil ini menanyakan hal yang sama, Dimanakah air?<br />
Ikan sepuh itu menjawab dengan bijak, "Tak usah gelisah anakku, air itu telah mengelilingimu, sehingga kamu bahkan tidak menyadari kehadirannya. Memang benar, tanpa air kita semua akan mati."<br />
Apa arti cerita tersebut bagi kita. Manusia kadang-kadang mengalami situasi yang sama seperti ikan kecil, mencari kesana kemari tentang kehidupan dan kebahagiaan, padahal ia sedang menjalaninya, bahkan kebahagiaan sedang melingkupinya sampai-sampai ia sendiri tidak menyadarinya.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14719402889760800687noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8655878211243183390.post-40197247838783136172013-02-26T15:40:00.000+08:002013-02-26T15:40:53.175+08:00Kisah Seorang Mahatma Gandhi<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://121clicks.com/wp-content/uploads/2011/10/mahatma_gandhi21.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://121clicks.com/wp-content/uploads/2011/10/mahatma_gandhi21.jpg" width="233" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Pasukan Inggris sebagai salah
satu tentara terkuat dan disegani dunia, kala itu harus ditarik mundur dari
India hanya karena kekuatan cinta seorang manusia kurus kering, berbaju sangat
sederhana, dan memakan apa yang dimakan sebagian besar rakyatnya. Beliau adalah
Mohandas Karamchand Gandhi, atau biasa dikenal dengan Mahatma Gandhi (Jiwa yang
agung).<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sebagai seorang pengacara
kenamaan, Gandhi seharusnya bisa menikmati kehidupan yang sangat nyaman di
Afrika Selatan. Namun perlakuan yang dialaminya sebagai warga kelas dua disana,
membuat ia selalu terbayang akan nasib bangsanya, yang masih hidup di bawah
penjajahan Inggris.</div>
<span style="text-align: justify;"><br /></span>
<span style="text-align: justify;">Ia pun meninggalkan semua
kehidupan mewahnya di Afrika Selatan dan pulang kembali ke negerinya. Ketika
turun dari atas kapal, Gandhi disambut hangat oleh rakyatnya. Ia diminta untuk
naik ke atas panggung untuk berpidato. Namun, pidatonya begitu singkat : "”Terima
kasih atas penyambutan Anda semua,”" kata Gandhi sambil memberikan salam
khas bangsa India. Dengan rendah hati ia mengaku, bertahun-tahun meninggalkan
negerinya, ia merasa tak tahu akan keadaan bangsanya, jadi tidak mungkin ia
bisa berbicara banyak.</span><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br />
<a name='more'></a>Kemudian Gandhi memutuskan untuk
tinggal di tengah rakyat India. Sebagai ungkapan swadeshi (kemandirian) ekonomi
terhadap penjajahan Inggris, ia menenun sendiri baju yang dikenakannya. Dengan
menggunakan kereta api ia pun mulai berkeliling India untuk mengetahui setiap
denyut napas yang dihadapi rakyatnya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Suatu hari Gandhi menemui
orang-orang miskin yang begitu banyak. Kepada Gandhi, mereka mengeluhkan
kemiskinannya. Uniknya, Gandhi tidak lalu menjanjikan memberikan makanan atau
pun uang seperti yang dilakukan politisi lainnya. Yang Gandhi berikan justru
sebuah pertanyaan bernada ajakan. Gandhi menanyakan apakah yang harus kita
lakukan untuk bisa menjawab semua persoalan yang dihadapi ini.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Gandhi menunjukkan dirinya
bukanlah seorang pemimpin yang populis. Pemimpin yang baik adalah mereka yang
mampu mengajak dan meyakinkan orang lain untuk berbuat yang terbaik, keluar
dari kesulitan hidup, bukan memanfaatkan mereka untuk ajang unjuk kemampuan
pribadi. Dengan sikapnya yang tulus, rendah hati dan merakyat, Gandhi pun
mendapatkan penghormatan dan kepercayaan dari rakyat India.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Gandhi berjuang selama 30 tahun
melawan penjajahan Inggris bersama pemimpin India lainnya. Dengan ajarannya,
ahimsa (tanpa kekerasan) serta satyagraha (keteguhan dalam kebenaran), Gandhi
melawan penindasan dan kekerasan dengan cinta, kesabaran, dan kerelaan untuk
menanggung segala konsekuensinya.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Ketika kemerdekaan India akhirnya
diraih pada tahun 1947, kesempatan mendapatkan tampuk kekuasaan pun ada di
tangannya. Tapi ia tidak mengambil kesempatan itu. Gandhi menolak jabatan
politik yang diberikan kongres kepadanya. Ia malah memilih menghabiskan hidup
di ashram yang jauh dari kemegahan dan kenikmatan duniawi. Baginya itu jauh
lebih mulia daripada hidup di istana. Menerima jabatan diibaratkannya sebagai
memakai "mahkota berduri".<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Gandhi adalah seorang Hindu,
namun dia menyukai pemikiran-pemikiran dari agama lain, termasuk Islam dan
Kristen. Dia percaya bahwa manusia dari segala agama harus mempunyai hak yang
sama dan hidup bersama secara damai di dalam satu negara.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sebagai wujud keyakinannya bahwa
Hindu dan Muslim India adalah bersaudara, ia melancarkan mogok makan ketika
negeri itu diamuk kerusuhan sektarian Hindu-Muslim pada 13 Januari 1948. Dokter
mengatakan bahwa ia harus makan, tapi Gandhi tetap bersikeras untuk puasa
hingga tujuh syarat perdamaian yang diajukannya ditandatangani oleh pemimpin
kelompok Islam dan Hindu.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Rupanya kedua kelompok itu masih
sayang Gandhi. Lewat tengah malam pada 18 Januari, sekretarisnya membangunkan Gandhi
yang telah lemas dan menunjukkan perjanjian damai yang telah ditandatangani
oleh kedua belah pihak. Setelah 121 jam 30 menit berpuasa, Gandhi akhirnya mau
minum jus jeruk yang disuapkan oleh seorang pemimpin muslim, Maulana Azad.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Bagi Gandhi, jiwa seseorang akan
tetap selamat di dunia apabila orang tersebut berjuang demi kebenaran. Dengan
kepercayaan itu, Gandhi tetap tidak menyerah meski berbagai halangan dan cobaan
menghadang.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Namun ternyata puasa Gandhi hanya
bisa menghentikan sementara konflik Muslim dan Hindu India. Berbagai pertikaian
antara kedua kelompok ini terjadi kemudian. Banyak orang Hindu yang merasa
dikhianati oleh langkah-langkah Gandhi yang mencoba menjadi juru penengah. Ia
dinilai terlalu memberi hati kepada Muslim. Akhirnya pada 30 Januari 1948,
seorang Hindu nasionalis pun menarik pelatuk pistolnya, dan Gandhi tewas.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Dengan kematian Gandhi, seluruh
India berhenti. Konflik sektarian berhenti, pembunuhan massal berhenti. Negara
yang baru terbentuk itu goncang merenungkan hakikat kebangsaan dan persaudaraan
mereka. Dengan kematiannya, Gandhi berhasil mencapai apa yang ribuan orang
India gagal untuk mencapainya selama ini, yaitu: Perdamaian dan Persatuan di
India.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Gandhi akhirnya digelari sebagai
Bapak Bangsa India. Dunia memujinya sebagai salah satu pemimpin spiritual
terbesar sepanjang masa. “Generasi-generasi yang akan datang sulit percaya
bahwa ada orang seperti dia yang pernah berjalan di muka bumi ini dalam rupa
daging dan darah,” tulis Albert Einstein waktu itu. Prinsip-prinsip Gandhi
telah menginspirasi aktivis-aktivis demokrasi dan pejuang anti-rasisme seperti
Martin Luther King, Jr. dan Nelson Mandela.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Gandhi tidak pernah menerima
Penghargaan Perdamaian Nobel, meski dia dinominasikan lima kali antara 1937 dan
1948. Beberapa dekade kemudian, hal ini disesali oleh pihak Komite Nobel.
Ketika Dalai Lama dianugerahi Penghargaan Nobel pada 1989, ketua umum Komite
mengatakan bahwa ini merupakan “Sebuah bentuk mengenang Mahatma Gandhi”.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Karya Mahatma Gandhi tidak
terlupakan oleh generasi berikutnya. Cucunya, Arun Gandhi dan Rajmohan Gandhi,
serta anak cucunya, Tushar Gandhi, adalah aktivis-aktivis sosio-politik yang
terlibat langsung dalam mempromosikan non-kekerasan di seluruh dunia.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
"Mereka yang berjiwa lemah
tak akan mampu memberi seuntai maaf tulus. Pemaaf sejati hanya melekat bagi
mereka yang berjiwa tangguh." (Mahatma Gandhi)<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sumber: <a href="http://ceritamotivasimendidik.blogspot.com/2012/12/kisah-seorang-mahatma-gandhi.html" target="_blank">Cerita Motivasi</a> <o:p></o:p></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14719402889760800687noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8655878211243183390.post-68674766142141080912013-02-25T14:59:00.003+08:002013-02-25T14:59:51.634+08:00Sebuah PelitaPada suatu malam, seorang buta berpamitan pulang dari rumah sahabatnya. Sang sahabat membekalinya dengan sebuah lentera pelita. Orang buta itu terbahak berkata: “Buat apa saya bawa pelita? Kan sama saja buat saya! Saya bisa pulang kok.” Dengan lembut sahabatnya menjawab, “Ini agar orang lain bisa melihat kamu, biar mereka tidak menabrakmu.” Akhirnya orang buta itu setuju untuk membawa pelita tersebut. Tak berapa lama, dalam perjalanan, seorang pejalan menabrak si buta. Dalam kagetnya, ia mengomel, “Hei, kamu kan punya mata! Beri jalan buat orang buta dong!” Tanpa berbalas sapa, mereka pun saling berlalu.<br />
Lebih lanjut, seorang pejalan lainnya menabrak si buta. Kali ini si buta bertambah marah, “Apa kamu buta? Tidak bisa lihat ya? Aku bawa pelita ini supaya kamu bisa lihat!” Pejalan itu menukas, “Kamu yang buta! Apa kamu tidak lihat, pelitamu sudah padam!” Si buta tertegun.. Menyadari situasi itu, penabraknya meminta maaf, “Oh, maaf, sayalah yang ‘buta’, saya tidak melihat bahwa Anda adalah orang buta.” Si buta tersipu menjawab, “Tidak apa-apa, maafkan saya juga atas kata-kata kasar saya.” Dengan tulus, si penabrak membantu menyalakan kembali pelita yang dibawa si buta. Mereka pun melanjutkan perjalanan masing-masing.<br />
<a name='more'></a><br />
Dalam perjalanan selanjutnya, ada lagi pejalan yang menabrak orang buta kita. Kali ini, si buta lebih berhati-hati, dia bertanya dengan santun, “Maaf, apakah pelita saya padam?” Penabraknya menjawab, “Lho, saya justru mau menanyakan hal yang sama.” Senyap sejenak. secara berbarengan mereka bertanya, “Apakah Anda orang buta?” Secara serempak pun mereka menjawab, “Iya..” sembari meledak dalam tawa. Mereka pun berupaya saling membantu menemukan kembali pelita mereka yang berjatuhan sehabis bertabrakan. Pada waktu itu juga, seseorang lewat. Dalam keremangan malam, nyaris saja ia menubruk kedua orang yang sedang mencari-cari pelita tersebut. Ia pun berlalu, tanpa mengetahui bahwa mereka adalah orang buta.<br />
Timbul pikiran dalam benak orang ini, “Rasanya saya perlu membawa pelita juga, jadi saya bisa melihat jalan dengan lebih baik, orang lain juga bisa ikut melihat jalan mereka.”<br />
<br />
Pelita melambangkan terang kebijaksanaan. Membawa pelita berarti menjalankan kebijaksanaan dalam hidup. Pelita, sama halnya dengan kebijaksanaan, melindungi kita dan pihak lain dari berbagai aral rintangan (tabrakan!). Si buta pertama mewakili mereka yang terselubungi kegelapan batin, keangkuhan, kebebalan, ego, dan kemarahan. Selalu menunjuk ke arah orang lain, tidak sadar bahwa lebih banyak jarinya yang menunjuk ke arah dirinya sendiri. Dalam perjalanan “pulang”, ia belajar menjadi bijak melalui peristiwa demi peristiwa yang dialaminya. Ia menjadi lebih rendah hati karena menyadari kebutaannya dan dengan adanya belas kasih dari pihak lain. Ia juga belajar menjadi pemaaf. Penabrak pertama mewakili orang-orang pada umumnya, yang kurang kesadaran, yang kurang peduli. Kadang, mereka memilih untuk “membuta” walaupun mereka bisa melihat. Penabrak kedua mewakili mereka yang seolah bertentangan dengan kita, yang sebetulnya menunjukkan kekeliruan kita, sengaja atau tidak sengaja. Mereka bisa menjadi guru-guru terbaik kita. Tak seorang pun yang mau jadi buta, sudah selayaknya kita saling memaklumi dan saling membantu. Orang buta kedua mewakili mereka yang sama-sama gelap batin dengan kita. Betapa sulitnya menyalakan pelita kalau kita bahkan tidak bisa melihat pelitanya. Orang buta sulit menuntun orang buta lainnya. Itulah pentingnya untuk terus belajar agar kita menjadi makin melek, semakin bijaksana. Orang terakhir yang lewat mewakili mereka yang cukup sadar akan pentingnya memiliki pelita kebijaksanaan. Sudahkah kita sulut pelita dalam diri kita masing-masing? Jika sudah, apakah nyalanya masih terang, atau bahkan nyaris padam?<br />
<br />
JADILAH PELITA, bagi diri kita sendiri dan sekitar kita. ¤<br />
Sebuah pepatah berusia 25 abad mengatakan: Sejuta pelita dapat dinyalakan dari sebuah pelita, dan nyala pelita pertama tidak akan meredup. Pelita kebijaksanaan pun, tak kan pernah habis terbagi. Bila mata tanpa penghalang, hasilnya adalah penglihatan. Jika telinga tanpa penghalang, hasilnya adalah pendengaran. Hidung yang tanpa penghalang membuahkan penciuman. Pikiran yang tanpa penghalang hasilnya adalah kebijaksanaan.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14719402889760800687noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8655878211243183390.post-53485889279996344092013-02-22T14:56:00.000+08:002013-02-22T14:56:20.084+08:00Setitik Noda Pada Mutiara<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Ada seorang tua yang sangat
beruntung. Dia menemukan sebutir mutiara
yang besar & sangat indah, namun kebahagiaannya segera berganti menjadi
kekecewaan begitu dia mengetahui ada sebuah titik noda hitam kecil di atas
mutiara tersebut.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Hatinya terus bergumam, kalo lah
tidak ada titik noda hitam, Mutiara ini akan menjadi yang tercantik &
paling sempurna di dunia!! <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Semakin dia pikirkan semakin
kecewa hatinya. Akhirnya, dia memutuskan untuk menghilangkan titik noda dengan
menguliti lapisan permukaan mutiara. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Tetapi setelah dia menguliti
lapisan pertama, noda tersebut masih ada. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Dia pun segera menguliti lapisan
kedua dengan keyakinan titik noda itu akan hilang. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Tapi kenyataannya noda tersebut masih
tetap ada. Lalu dengan tidak sabar, dia mengkuliti selapis demi selapis, sampai
lapisan terakhir. Benar juga noda telah hilang, tapi mutiara tersebut ikut hilang!! <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Begitulah dengan kehidupan nyata,
kita selalu suka mempermasalahkan hal yang kecil, yang tidak penting sehingga
akhirnya merusak nilai yang besar... <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Persahabatan yang indah puluhan
tahun berubah menjadi permusuhan yang hebat hanya karena sepatah kata pedas
yang tidak disengaja ..... <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Keluarga yang rukun dan
harmonispun jadi hancur hanya karena perdebatan-perdebatan kecil yang tak penting ... <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Yang remeh kerap dipermasalahkan.. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Yang lebih penting dan berharga
lupa dan terabaikan... <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Seribu kebaikan sering tak
berarti... <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Tapi setitik kekurangan diingat
seumur hidup...... <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Mari belajar menerima kekurangan
apapun yang ada dalam kehidupan kita... <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Bukankah tak ada yang sempurna di
dunia ini ...?<o:p></o:p></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14719402889760800687noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8655878211243183390.post-69571764420448963012013-02-21T12:02:00.000+08:002013-02-21T12:02:53.726+08:00Kekayaan, Kesuksesan Atau Cinta?<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Suatu ketika, ada seorang wanita
yang kembali pulang ke rumah, dan ia melihat ada 3 orang pria berjanggut yang
duduk di halaman depan. Wanita itu tidak mengenal mereka semua.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Wanita itu berkata, "Aku
tidak mengenal Anda, tapi aku yakin Anda semua pasti sedang lapar. Mari masuk
ke dalam, aku pasti punya sesuatu untuk mengganjal perut."<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Pria berjanggut itu lalu balik
bertanya, "Apakah suamimu sudah pulang?"<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Wanita itu menjawab, "Belum,
dia sedang keluar."<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
"Oh kalau begitu, kami tak
ingin masuk. Kami akan menunggu sampai suamimu kembali," kata pria itu.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Di waktu senja, saat keluarga itu
berkumpul, sang isteri menceritakan semua kejadian tadi. Sang suami awalnya
bingung dengan kejadian ini, lalu ia berkata pada istrinya, "Sampaikan
pada mereka, aku telah kembali, dan mereka semua boleh masuk untuk menikmati
makan malam ini.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Wanita itu kemudian keluar dan
mengundang mereka untuk masuk ke dalam. "Maaf, kami semua tak bisa masuk
bersama-sama", kata pria itu hampir bersamaan. "Lho, kenapa?"
tanya wanita itu karena merasa heran. Salah seorang pria itu berkata,
"Nama dia Kekayaan," katanya sambil menunjuk seorang pria berjanggut
di sebelahnya, "Dan sedangkan yang ini bernama Kesuksesan, sambil memegang
bahu pria berjanggut lainnya. Sedangkan aku sendiri bernama Cinta. Sekarang,
coba tanya kepada suamimu, siapa diantara kami yang boleh masuk ke rumahmu."<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<a name='more'></a>Wanita itu kembali masuk ke
dalam, dan memberitahu pesan pria di luar. Suaminya pun merasa heran.
"Ohho... menyenangkan sekali. Baiklah, kalau begitu, coba kamu ajak si
Kekayaan masuk ke dalam. Aku ingin rumah ini penuh dengan Kekayaan."
Istrinya tak setuju dengan pilihan itu. Ia bertanya, "Sayangku, kenapa
kita tak mengundang si Kesuksesan saja? Sebab sepertinya kita perlu dia untuk
membantu keberhasilan panen gandum kita." Ternyata, anak mereka
mendengarkan percakapan itu. Ia pun ikut mengusulkan siapa yang akan masuk ke
dalam rumah. "Bukankah lebih baik jika kita mengajak si Cinta yang masuk
ke dalam? Rumah kita ini akan nyaman dan penuh dengan kehangatan Cinta."<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Suami-istri itu setuju dengan
pilihan buah hati mereka. "Baiklah, ajak masuk si Cinta ini ke dalam. Dan
malam ini, Si Cinta menjadi teman santap malam kita." Wanita itu kembali
ke luar, dan bertanya kepada 3 pria itu. "Siapa diantara Anda yang bernama
Cinta? Ayo, silahkan masuk, Anda menjadi tamu kami malam ini."<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Si Cinta bangkit, dan berjalan
menuju beranda rumah. Ohho... ternyata, kedua pria berjanggut lainnya pun ikut
serta. Karena merasa ganjil, wanita itu bertanya kepada si Kekayaan dan si
Kesuksesan, "Aku hanya mengundang si Cinta yang masuk ke dalam, tapi kenapa
kamu ikut juga?"<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kedua pria yang ditanya itu
menjawab bersamaan, "Kalau Anda mengundang si Kekayaan, atau si
Kesuksesan, maka yang lainnya akan tinggal di luar. Namun, karena Anda
mengundang si Cinta, maka, kemana pun Cinta pergi, kami akan ikut selalu
bersamanya. Dimana ada Cinta, maka Kekayaan dan Kesuksesan juga akan ikut
serta. Sebab, ketahuilah, sebenarnya kami buta. Dan hanya si Cinta yang bisa
melihat. Hanya dia yang bisa menunjukkan kita pada jalan kebaikan, kepada jalan
yang lurus. Maka, kami butuh bimbingannya saat berjalan. Saat kami menjalani
hidup ini."<o:p></o:p></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14719402889760800687noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8655878211243183390.post-22409809873553834242013-02-21T10:16:00.001+08:002013-02-21T10:16:59.347+08:002 Orang Negro di Dalam Lift<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Baru-baru
ini di Atlantic City - AS, seorang wanita memenangkan sekeranjang koin dari
mesin judi. Kemudian ia bermaksud makan malam bersama suaminya. Namun, sebelum
itu ia hendak menurunkan sekeranjang koin tersebut di kamarnya. Maka ia pun
menuju lift.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Waktu
ia masuk lift sudah ada 2 orang hitam di dalamnya. Salah satunya sangat besar .
. . Besaaaarrrr sekali. Wanita itu terpana. Ia berpikir, "Dua orang ini
akan merampokku." Tapi pikirnya lagi, "Jangan menuduh, mereka
sepertinya baik dan ramah."<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Tapi
rasa rasialnya lebih besar sehingga ketakutan mulai menjalarinya. Ia berdiri
sambil memelototi kedua orang tersebut. Dia sangat ketakutan dan malu. Ia
berharap keduanya tidak dapat membaca pikirannya, tapi Tuhan, mereka harus tahu
yang saya pikirkan!<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Untuk
menghindari kontak mata, ia berbalik menghadap pintu lift yang mulai tertutup.
Sedetik . . . dua detik . . . dan seterusnya. Ketakutannya bertambah! Lift
tidak bergerak! Ia makin panik! Ya Tuhan, saya terperangkap dan mereka akan
merampok saya. Jantungnya berdebar, keringat dingin mulai bercucuran.</div>
<a name='more'></a><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Lalu,
salah satu dari mereka berkata, "Hit the floor" (Tekan Lantainya).
Saking paniknya, wanita itu tiarap di lantai lift dan membuat koin berhamburan
dari keranjangnya. Dia berdoa, ambillah uang saya dan biarkanlah saya hidup.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Beberapa
detik berlalu. Kemudian dia mendengar salah seorang berkata dengan sopan,
"Bu, kalau Anda mau mengatakan lantai berapa yang Anda tuju, kami akan menekan
tombolnya." Pria tersebut agak sulit untuk mengucapkan kata-katanya karena
menahan diri untuk tertawa.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Wanita
itu mengangkat kepalanya dan melihat kedua orang tersebut. Merekapun menolong
wanita tersebut berdiri. "Tadi saya menyuruh teman saya untuk menekan
tombol lift dan bukannya menyuruh Anda untuk tiarap di lantai lift," kata
seorang yang bertubuh sedang.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Ia
merapatkan bibirnya berusaha untuk tidak tertawa. Wanita itu berpikir ,
"Ya Tuhan, betapa malunya saya. Bagaimana saya harus meminta maaf kepada
mereka karena saya menyangka mereka akan merampokku." Mereka bertiga
mengumpulkan kembali koin-koin itu ke dalam keranjangnya.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Ketika
lift tiba di lantai yang dituju wanita itu, mereka berniat untuk mengantar
wanita itu ke kamarnya karena mereka khawatir wanita itu tidak kuat berjalan di
sepanjang koridor. Sesampainya di depan pintu kamar, kedua pria itu mengucapkan
selamat malam, dan wanita itu mendengar kedua pria itu tertawa sepuas-puasnya
sepanjang jalan kembali ke lift.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Wanita
itu kemudian berdandan dan menemui suaminya untuk makan malam.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Esok
paginya bunga mawar dikirim ke kamar wanita itu, dan di setiap kuntum bunga
mawar tersebut terdapat lipatan uang sepuluh dolar.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Pada
kartunya tertulis: "Terima kasih atas tawa terbaik yang pernah kita
lakukan selama ini."<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Tertanda:<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
-
Eddie Murphy<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
-
Michael Jordan<o:p></o:p></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14719402889760800687noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-8655878211243183390.post-18415916732248646852013-02-20T11:34:00.001+08:002013-02-20T11:34:52.885+08:00Satu Senar Tetap Indah<br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>Satu Senar<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Niccolo Paganini, seorang pemain
biola yang terkenal di abad 19, memainkan konser untuk para pemujanya yang
memenuhi ruangan. Dia bermain biola dengan diiringi orkestra penuh.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Tiba tiba salah satu senar
biolanya putus. Keringat dingin mulai membasahi dahinya tapi dia meneruskan
memainkan lagunya. Kejadian yang sangat mengejutkan senar biolanya yang lain
pun putus satu persatu hanya meninggalkan satu senar, tetapi dia tetap main.
Ketika para penonton melihat dia hanya memiliki satu senar dan tetap bermain,
mereka berdiri dan berteriak, “Hebat, hebat.”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Setelah tepuk tangan riuh
memujanya, Paganini menyuruh mereka untuk duduk. Mereka menyadari tidak mungkin
dia dapat bermain dengan satu senar. Paganini memberi hormat pada para penonton
dan memberi isyarat pada dirigen orkestra untuk meneruskan bagian akhir dari
lagunya itu.</div>
<a name='more'></a><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Dengan mata berbinar dia
berteriak, “Peganini dengan satu senar.” Dia menaruh biolanya di dagunya dan
memulai memainkan bagian akhir dari lagunya tersebut dengan indahnya. Penonton
sangat terkejut dan kagum pada kejadian ini.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Hidup kita dipenuhi oleh
persoalan, kekhawatiran, kekecewaan dan semua hal yang tidak baik. Secara jujur,
kita seringkali mencurahkan terlalu banyak waktu mengkonsentrasikan pada senar
kita yang putus dan segala sesuatu yang kita tidak dapat ubah.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Apakah anda masih memikirkan
senar senar Anda yang putus dalam hidup Anda? Apakah senar terakhir nadanya
tidak indah lagi? Jika demikian, saya ingin menganjurkan jangan melihat ke
belakang, majulah terus, mainkan senar satu satunya itu. Mungkinkanlah itu
dengan indahnya. Tuhan akan menolong Anda.<o:p></o:p></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14719402889760800687noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8655878211243183390.post-52131985863100510122013-02-19T11:44:00.000+08:002013-02-19T11:44:47.619+08:00Sebuah Kerang Mutiara<br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>Mutiara<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Pada suatu hari seekor anak
kerang di dasar laut mengadu dan mengeluh pada ibunya sebab sebutir pasir tajam
memasuki tubuhnya yang merah dan lembek. “Anakku,” kata sang ibu sambil
bercucuran air mata, “Tuhan tidak memberikan pada kita, bangsa kerang, sebuah
tangan pun, sehingga Ibu tak bisa menolongmu.”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Si ibu terdiam, sejenak, “Sakit
sekali, aku tahu anakku. Tetapi terimalah itu sebagai takdir alam. Kuatkan
hatimu. Jangan terlalu lincah lagi. Kerahkan semangatmu melawan rasa ngilu dan
nyeri yang menggigit. Balutlah pasir itu dengan getah perutmu. Hanya itu yang
bisa kau perbuat”, kata ibunya dengan sendu dan lembut.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Anak kerang pun melakukan nasihat
bundanya. Ada hasilnya, tetapi rasa sakit bukan alang kepalang. Kadang di
tengah kesakitannya, ia meragukan nasihat ibunya. Dengan air mata ia bertahan,
bertahun tahun lamanya. Tetapi tanpa disadarinya sebutir mutiara mulai
terbentuk dalam dagingnya. Makin lama makin halus. Rasa sakit pun makin
berkurang. Dan semakin lama mutiaranya semakin besar. Rasa sakit menjadi terasa
lebih wajar.</div>
<a name='more'></a><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Akhirnya sesudah sekian tahun,
sebutir mutiara besar, utuh mengilap, dan berharga mahal pun terbentuk dengan
sempurna. Penderitaannya berubah menjadi mutiara; air matanya berubah menjadi
sangat berharga. Dirinya kini, sebagai hasil derita bertahun tahun, lebih
berharga daripada sejuta kerang lain yang cuma disantap orang sebagai kerang
rebus di pinggir jalan.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Cerita di atas adalah sebuah
paradigma yg menjelaskan bahwa penderitaan adalah lorong transendental untuk
menjadikan “kerang biasa” menjadi “kerang luar biasa”. Karena itu dapat
dipertegas bahwa kekecewaan dan penderitaan dapat mengubah “orang biasa”
menjadi “orang luar biasa”.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Banyak orang yang mundur saat
berada di lorong transendental tersebut, karena mereka tidak tahan dengan
cobaan yang mereka alami. Ada dua pilihan sebenarnya yang bisa mereka masuki:
menjadi kerang biasa yang disantap orang, atau menjadi kerang yang menghasilkan
mutiara. Sayangnya, lebih banyak orang yang mengambil pilihan pertama, sehingga
tidak mengherankan bila jumlah orang yang sukses lebih sedikit dari orang yang
biasa biasa saja.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Mungkin saat ini kita sedang
mengalami kebingungan, kekecewaan, atau terluka karena orang orang di sekitar
kamu cobalah untuk tetap tersenyum dan tetap berjalan di lorong tersebut, dan
sambil katakan di dalam hatimu.. “Airmataku diperhitungkan Tuhan. dan
penderitaanku ini akan mengubah diriku menjadi mutiara.”<o:p></o:p></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14719402889760800687noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-8655878211243183390.post-44521644362583179782013-02-19T11:16:00.001+08:002013-04-05T09:47:40.878+08:00Sebuah Pilihan<br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>Hidup Adalah pilihan<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Ada 2 buah bibit tanaman yang
terhampar di sebuah ladang yang subur.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Bibit yang pertama berkata, “Aku
ingin tumbuh besar. Aku ingin menjejakkan akarku<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
dalam dalam di tanah ini, dan
menjulangkan tunas tunasku di atas kerasnya tanah ini.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Aku ingin membentangkan semua
tunasku, untuk menyampaikan salam musim semi.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Aku ingin merasakan kehangatan
matahari, dan kelembutan embun pagi di pucuk pucuk daunku.”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Dan bibit itu tumbuh, makin
menjulang.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Bibit yang kedua bergumam. “Aku
takut. Jika kutanamkan akarku ke dalam tanah ini, aku tak tahu, apa yang akan
kutemui di bawah sana.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Bukankah disana sangat gelap? Dan
jika kuteroboskan tunasku keatas, bukankah nanti keindahan<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
tunas tunasku akan hilang?
Tunasku ini pasti akan terkoyak. Apa yang akan terjadi jika tunasku terbuka,<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
dan siput siput mencoba untuk
memakannya? Dan pasti, jika aku tumbuh dan merekah, semua anak kecil akan
berusaha untuk<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
mencabutku dari tanah. Tidak,
akan lebih baik jika aku menunggu sampai semuanya aman.”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Dan bibit itupun menunggu, dalam
kesendirian.</div>
<a name='more'></a><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Beberapa pekan kemudian, seekor
ayam mengais tanah itu, menemukan bibit yang<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
kedua tadi, dan mencaploknya
segera.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Memang, selalu saja ada pilihan
dalam hidup. Selalu saja ada lakon-lakon yang harus kita jalani.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Namun, seringkali kita berada
dalam kepesimisan, kengerian, keraguan, dan kebimbangan kebimbangan yang kita
ciptakan sendiri.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kita kerap terbuai dengan alasan
alasan untuk tak mau melangkah, tak mau menatap hidup.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Karena hidup adalah pilihan,
maka, hadapilah itu dengan gagah. Dan karena hidup adalah pilihan, maka,
pilihlah dengan bijak.<o:p></o:p></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14719402889760800687noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8655878211243183390.post-41788081927439886202013-02-14T14:19:00.000+08:002013-02-14T14:19:43.352+08:00Berbahagia Dengan Memberi<br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>Kebahagiaan Diperoleh dari Memberi<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kisah ini bercerita tentang seorang
wanita cantik kaya raya yang mengeluh kepada psikiaternya bahwa dia merasa
seluruh hidupnya hampa tak berarti.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Maka si psikiater memanggil
seorang wanita tua penyapu lantai dan berkata kepada si wanita kaya,” Saya akan
menyuruh Sukreni di sini untuk menceritakan kepada anda bagaimana dia menemukan
kebahagiaan. Saya ingin anda mendengarnya.”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Si wanita tua meletakkan gagang
sapunya dan duduk di kursi dan menceritakan kisahnya:”OK, suamiku meninggal
akibat malaria dan tiga bulan kemudian anak tunggalku tewas akibat kecelakaan. Aku
tidak punya siapa siapa. aku kehilangan segalanya. Aku tidak bisa tidur, tidak
bisa makan, aku tidak pernah tersenyum kepada siapapun, bahkan aku berpikir
untuk mengakhiri hidupku. Sampai suatu sore seekor anak kucing mengikutiku
pulang. Sejenak aku merasa kasihan melihatnya.</div>
<a name='more'></a><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Cuaca dingin di luar, jadi aku
memutuskan membiarkan anak kucing itu masuk ke rumah. Aku memberikannya susu
dan dia minum sampai habis. Lalu si anak kucing itu bermanja manja di kakiku
dan untuk pertama kalinya aku tersenyum.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sesaat kemudian aku berpikir
jikalau membantu seekor anak kucing saja bisa membuat aku tersenyum, maka
mungkin melakukan sesuatu bagi orang lain akan membuatku bahagia. Maka di
kemudian hari aku membawa beberapa biskuit untuk diberikan kepada tetangga yang
terbaring sakit di tempat tidur. Tiap hari aku mencoba melakukan sesuatu yang
baik kepada setiap orang. Hal itu membuat aku bahagia tatkala melihat orang
lain bahagia. Hari ini, aku tak tahu apa ada orang yang bisa tidur dan makan
lebih baik dariku. Aku telah menemukan kebahagiaan dengan memberi.”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Ketika si wanita kaya
mendengarkan hal itu, menangislah dia. Dia memiliki segala sesuatu yang bisa
dibeli dengan uang namun dia kehilangan sesuatu yang tidak bisa dibeli dengan
uang.<o:p></o:p></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14719402889760800687noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8655878211243183390.post-71922158227646849732013-02-13T14:47:00.000+08:002013-02-13T14:47:34.467+08:00Kesabaran Orang Tua<br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>Ayah, Anak dan Burung Gagak<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Satu kisah yang menarik untuk
dijadikan teladan. Pada suatu sore seorang ayah bersama anaknya yang baru saja
menamatkan pendidikan tinggi duduk berbincang-bincang di halaman sambil
memperhatikan suasana di sekitar mereka.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Tiba tiba seekor burung gagak
hinggap di ranting pohon. Si ayah lalu menunjuk ke arah gagak sambil bertanya,
“Nak, apakah benda tersebut?” “Burung gagak”, jawab si anak. Si ayah mengangguk
angguk, namun beberapa saat kemudian mengulangi lagi pertanyaan yang sama. Si
anak menyangka ayahnya kurang mendengar jawabannya tadi lalu menjawab dengan
sedikit keras, “Itu burung gagak ayah ”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Tetapi sejenak kemudian si ayah
bertanya lagi pertanyaan yang sama. Si anak merasa agak marah dengan pertanyaan
yang sama dan diulang-ulang, lalu menjawab dengan lebih keras, “BURUNG GAGAK ” Si
ayah terdiam seketika. Namun tidak lama kemudian sekali lagi mengajukan pertanyaan
yang sama sehingga membuatkan si anak kehilangan kesabaran dan menjawab dengan
nada yang ogah ogahan menjawab pertanyaan si ayah, “Gagak ayah…….”.</div>
<a name='more'></a><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Tetapi kembali mengejutkan si
anak, beberapa saat kemudian si ayah sekali lagi membuka mulut hanya untuk bertanyakan
pertanyaan yang sama. Dan kali ini si anak benar benar kehilangan kesabaran dan
menjadi marah. “Ayah saya tidak mengerti ayah mengerti atau tidak. Tapi sudah
lima kali ayah menanyakan pertanyaan tersebut dan sayapun sudah memberikan jawabannya.
Apakah yang ayah ingin saya katakan???? Itu burung gagak, burung gagak ayah…..”,
kata si anak dengan nada yang begitu marah.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Si ayah kemudian bangkit menuju
ke dalam rumah meninggalkan si anak yang terheran-heran. Sebentar kemudian si
ayah keluar lagi dengan membawa sesuatu di tangannya. Dia mengulurkan benda itu
kepada anaknya yang masih marah dan bertanya-tanya. Ternyata benda tersebut
sebuah diari lama.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Coba kau baca apa yang pernah
ayah tulis di dalam diari itu”, pinta si ayah. Si anak taat dan membaca bagian
yang berikut………. “Hari ini aku di halaman bersama anakku yang genap berumur
lima tahun. Tiba tiba seekor gagak hinggap di pohon. Anakku terus menunjuk ke
arah gagak dan bertanya, “Ayah, apakah itu?”. Dan aku menjawab, “Burung gagak”.
Walau bagaimana pun, anak ku terus bertanya pertanyaan yang sama dan setiap kali
aku menjawab dengan jawaban yang sama. Sampai 25 kali anakku bertanya demikian,
dan demi rasa cinta dan sayang aku terus menjawab untuk memenuhi perasaan ingin
tahunya. Aku berharap bahwa hal tersebut menjadi suatu pendidikan yang
berharga.”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Setelah selesai membaca bagian
tersebut si anak mengangkat muka memandang wajah si ayah yang kelihatan sayu. Si
ayah dengan perlahan bersuara, ” Hari ini ayah baru menanyakan kepadamu pertanyaan
yang sama sebanyak lima kali, dan kau telah kehilangan kesabaran dan marah.”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Hikmah : jagalah hati kedua ibu
dan bapa, hormatilah mereka. Sayangilah mereka sebagai mana mereka menyayangimu
di waktu kecil.<o:p></o:p></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14719402889760800687noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8655878211243183390.post-66860418006665170692013-02-13T10:36:00.000+08:002013-02-13T10:36:57.704+08:00Perahu Harapan<br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>Berlayar Menuju Pantai Harapan<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Anda adalah perahu kokoh yang
sanggup menahan beban, <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
terbuat dari kayu terbaik, Dengan
layar gagah menentang angin.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kesejatian anda adalah berlayar
mengarungi samudera, <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
menembus badai dan dan menemukan
pantai harapan.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sehebat apapun perahu diciptakan,
tak ada gunanya bila hanya tertambat di dermaga.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Dermaga adalah masa lalu anda .<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Tali penambat itu adalah
ketakutan dan penyesalan anda.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Jangan buang percuma seluruh daya
kekuatan yang dianugerahkan pada anda.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Jangan biarkan masa lalu menambat
anda di situ.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Lepaskan diri anda dari ketakutan
dan penyesalan.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Berlayarlah Bekerjalah</div>
<a name='more'></a><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Yang memisahkan perahu dengan
pantai harapan,<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
adalah topan badai, gelombang dan
batu karang.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Yang memisahkan anda dengan
keberhasilan,<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
adalah masalah yang menantang.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Di situlah tanda kesejatian
teruji.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Hakikat perahu adalah berlayar
menembus segala rintangan.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Hakikat diri anda adalah berkarya
menemukan kebahagiaan.<o:p></o:p></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14719402889760800687noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8655878211243183390.post-80764159378712525232013-02-12T10:08:00.000+08:002013-02-12T10:08:32.011+08:00Sebuah Keagungan Suku Kata “Om” dalam Siwa Purana<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">Om Namah Shivaya......</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">Rsi Suta berkata:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">“</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">Suku kata Om merupakan sebuah
perahu istimewa yang akan menyeberangkan kita dari samudra keduniawian.
(Pranava berasal dari kata Pra</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 10.0pt;"> </span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">=
Prakriti atau keduniawian, dan Nava yang berarti perahu)</span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">. </span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">Atau Pranava juga berarti ‘tidak ada dunia untukmu’ atau juga
berarti itu yang menuntunmu menuju pembebasan’. Pranava juga berarti ‘itu yang
menuntun pada pengetahuan yang baru’ Setelah menghancurkan semua kegiatan
perbuatan, maka orang yang mengucapkan Pranava dan melakukan puja akan mendapatkan, pengetahuan yang</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 10.0pt;"> </span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">baru tentang jiwanya. Pranava ini
terdiri dari dua wujud yaitu wujud yang</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 10.0pt;"> </span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">halus dan wujud yang kasar. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">Wujud yang halus terdiri dari satu
suku kata dimana persatuan l</span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">i</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">ma suku
kata pembentuknya tidak terbedakan lagi. Sedangkan wujud yang kasar terdiri
dari lima</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 10.0pt;"> </span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">suku kata
dimana semua suku kata yang ada termanifestasikan di</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 10.0pt;"> </span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">dalamnya.</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 10.0pt;"> </span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">Wujud
yang halus diperuntukkan bagi para Jivanmukta (mereka yang telah mengalami
pembebasan). Perlunya perenungan terhadap suku kata ini adalah untuk
menghancurkan kesan badaniah atau keduniawian. Jika kesan ini telah musnah,
maka tidak diragukan lagi, roh itu akan bersatu dengan Shiva. Meskipun hanya
dengan pengucapan mantra ini, maka ia akan mencapai persatuan dengan Shiva
(samadhi).</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 10.0pt;"> </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">Orang yang
mengucapkan mantra Pranava sebanyak 36 crore tidak diragukan lagi akan me</span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">n</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">capai samadhi. Wujud halus Pranava ini juga terbagi menjadi
dua yaitu yang panjang dan yang pendek.</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 10.0pt;"> </span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">Wujud yang panjang hanya ada di</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 10.0pt;"> </span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">dalam hati seorang yogi dalam wujud terpisah, huruf A, U, M
Bindu dan Nada. Wujud ini dipenuhi dengan kekuatan suara sang waktu. Shiva,
Shakti dan persatuan keduanya ditandai dengan huruf ‘M’ yang lebur dalam tiga
huruf lainnya. Inilah yang disebut sebagai Pranava yang halus dalam bentuk
singkat atau pendek. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">Pranava ini harus diucapkan oleh mereka yang ingin
menghapuskan dosa-dosanya.</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 10.0pt;"> </span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">Lima
unsur yang terdapat di</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 10.0pt;"> </span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">alam
ini yaitu ether, udara, api dan tanah dan lima unsur halusnya yaitu suara,
sentuhan, wujud, rasa dan bau, semua ini akan bersatu dalam rangka pencapaian
suatu keinginan yang disebut Pravritta. Pranava yang berwujud halus dalam
bentuk singkat ditujukan pada mereka yang menginginkan keberlanjutan kesadaran
duniawi dan mereka yang tidak menginginkan kedun</span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">i</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">awian.
Pranava hendaknya dipergunakan ada permulaan Vyahrti, mantra permulaan Veda,
dan dalam pelaksanaan doa pagi dan sore bersamaan dengan Bindu dan Nada. Jika
ia mengucapkan mantra ini sembilan crore maka ia pasti akan menjadi sebuah jiwa
yang murni</span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">”</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">. </span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 10.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
<span style="background: white; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"> (</span><span lang="EN-US" style="background: white; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Siwa Purana Widyeshwara Samhita </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">XVII </span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">4-18)</span>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14719402889760800687noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8655878211243183390.post-85156608537098654772013-02-09T12:15:00.000+08:002013-02-09T12:15:14.040+08:00Kekuatan Sang Kala (Waktu)<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>Kekuatan Sang Kala (Waktu)</b><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Manusia sering kali tidak sabaran
akan suatu hal, apalagi jika hal tersebut tidak menyenangkan bagi dirinya. Bahkan
jika dihiperbolakan kondisi ketika manusia itu dilanda kesusahan adalah rasanya
dunia ini runtuh. Tetapi jika kita lihat dan cermati lagi itu semua adalah
sebuah proses menuju pada kedewasaan diri, menuju pada sebuah pencarian diri
dari sang jiwa ini. Ada sebuah nasihat orang tua yang musti kita ingat yaitu: “suka,
duka, lara, pati ento sing dadi kelidin....”. Coba kita amati sepenggal kalimat
tersebut, disana ada 3 hal yang kadang kita sebut dengan kesedihan, yaitu:
duka, lara dan pati, hanya ada satu kebahagiaan, yaitu suka. Karena memang sejatinya
seperti itulah hidup di dunia ini, lebih banyak kesedihan, tetapi dari
kesedihan dan kesusahan itulah kita belajar tentang arti hidup. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Suka-duka, kesedihan dan
kegembiraan semua silih berganti. Tidaklah tepat bila seseorang berlarut-larut
dalam kesedihan ataupun berleha-leha ketika ia berbahagia, orang bijak tidak
terikat oleh keduanya. Akan hal ini ada sebuah nasihat dari kisah di dalam Santi
Parwa Mahabharata:</div>
<a name='more'></a><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
***Vaisampayana melanjutkan
ceritanya: “setelah menerima petunjuk dari Krsna Dwaipayana Wyasa dan melihat
Dhananjaya menunjukan gelagat agak marah, Yudisthira lalu menjawab sebagai
berikut:<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Sebenarnya kekuasaan dan kesenangan
di dunia tidak dapat memberikan kebahagian kepada diri hamba. Sebaliknya,
mengenangkan apa yang ada di dunia ini hamba sangat sedih dan kesedihan itu
semakin mendalam saja. Ratap tangis kaum wanita yang kehilangan putra-putra
atau suami membuat hati hamba tak akan pernah merasakan kedamaian”.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Waisampayana melanjutkan: “Wyasa
yang menguasai ilmu yoga, bijaksana dan memahami Weda lalu berkata kepada
Yudisthira:<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Tidak ada seorangpun yang
berhasil mendapatkan sesuatu hanya dengan mengandalkan kemampuan sendiri. Tidak
ada seorangpun dapat memberikan sesuatu kepada orang lain. Orang mendapatkan
itu semua dari Kala atau waktu. Prajapati, ketika melakukan penciptaan,
diciptakannya juga bersamaan dengan itu peredaran Waktu. Setelah mempelajari
kitab-kitab suci dan kemudian orang berusaha, maka ia tidak akan mendapatkan
apapun juga apabila Kala tidak membenarkan untuk mendapatkannya. Kadang-kadang
seorang bodoh yang pandir berhasil mendapatkan kekayaan ketika waktunya tiba
untuk itu. Kala atau waktu merupakan suatu faktor yang sangat menentukan di
dalam melaksanakan suatu perbuatan. Pada saat yang memang naas, maka ilmu
pengetahuan, mantra dan tapa, demikian juga obat-obatan, tidak akan membawa
hasil. Akan tetapi pada saatnya yang tepat, maka semuanya itu apabila
diterapkan akan membuahkan keberhasilan. Bersamaan dengan Waktu, angin bertiup
kencang; bersamaan dengan Waktu awan berkumpul dan jatuh menjadi hujan.
Bersamaan dengan Waktu telaga dan danau dihiasi kembang teratai. Bersamaan
dengan Waktu pohon-pohon di hutan berbunga. Bersamaan dengan Waktu malam
menjadi gelap; bersamaan dengan Waktu bulan bersinar penuh. Apabila Waktu itu
belum datang, maka arus sungai tidak mengganas lagi. Burung-burung dan ular,
kijang dan gajah dan binatang-binatang yang lain tidak akan pernah merasa
terangsang apabila saatnya itu belum tiba. Apabila saatnya belum tiba
binatang-binatang itu tidak akan menjadi hamil. Adalah bersamaan dengan Waktu
musim dingin itu datang, musim panas dan juga musim hujan. Apabila saatnya
telah tiba, maka orang itu akan lahir atau mati. Apabila Waktu itu belum tiba,
maka bayi yang lahir itu tidak akan menjadi remaja”. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Adalah bersama Waktu bibit yang
disemaikan berkecambah. Apabila waktunya belum tiba, matahari tidak akan muncul
di ufuk timur, dan apabila waktunya tidak tiba, matahari itu pun tidak akan
bersembunyi di balik bukit Asta. Apabila waktunya belum tiba bulan tidak akan
mengalami terang dan gelap, demikianpun laut tidak akan mengalami pasang dan
surut. Sehubungan dengan ini terdapat sebuah ceritera kuna, yaitu tentang
kesedihan raja Senajita. Jalannya Waktu itu tidak bisa ditentang dan
dipengaruhi semua kehidupan yang tidak kekal ini. semua yang ada di dunia ini
diselubungi oleh Waktu dan semuanya tidak kekal. Sebagian orang membunuh yang lain,
si pembunuh kemudian dibunuh oleh orang lain lagi. Itulah bahasa dunia. Tetapi
di dalam kesejatiannya di balik pengaruh Waktu itu, tidak ada seorangpun yang
dibunuh dan membunuh. Sebagian orang mengira bahwa seorang telah dibunuh atau
membunuh orang lain, namun sebagian yang lain menyatakan bahwa manusia tidak
terbunuh. Kesejatiannya ialah bahwa kelahiran dan kematian makhluk-makhluk itu
telah ditetapkan untuk berlangsung sesuai dengan kodrat masing-masing. Karena
kehilangan harta atau mengalami kematian orang meratap : “Aduh, betapa sedih” !
Dan orang selamanya lalu diliputi oleh kesedihan. Mengapa harus sedih? Melihat
orang yang masih dipengaruhi oleh kesedihan? Perhatikan. Kesedihan itu akan
semakin memakan kita apabila kita menyerah kepadanya. Sebenarnya badan kita
inipun bukan kepunyaan kita! Tidak ada sesuatupun di dunia hal ini yang menjadi
kepunyaan sendiri. Segalanya yang ada di bumi ini merupakan milik orang lain,
sepertinya milik kita. Para bijaksana melihat kenyataan ini, karena itu ia
tidak merasa tertipu. Kalau masih dipengaruhi kesedihan, maka terdapat
beribu-ribu penyebab kegembiraan. Semua itu hanya mempengaruhi orang yang
kesadarannya dangkal, sama sekali tidak mempengaruhi orang bijaksana. Sesuai
dengan jalannya Waktu, semua itu lalu menjadi cengkeraman suka dan duka, terus
bergerak berputar-putar mempengaruhi kehidupan semua makhluk. Di dunia ini
hanya ada kedukaan, bukan kebahagiaan. Itulah sebabnya setiap saat kita
merasakan kesedihan melanda. Sebenarnya kesedihan itu merupakan akibat dari
keinginan, sedangkan kegembiraan itu berpangkal dari kesedihan, dan bahkan
kadang-kadang kegembiraan itu melanjut dari kesedihan itu sendiri. Karena itu
orang yang mendambakan kebahagiaan abadi, harus meninggalkan keduanya. Ketika
kesedihan muncul bersama hilangnya kegembiraan, atau kegembiraan datang setelah
kesedihan, maka ketika itu orang harus menjaga keseimbangan, jangan sampai
terpengaruh, dan bebaskan diri seperti ular yang membebaskan diri dari lapisan
kulitnya yang tua: senang atau susah, enak atau tidak enak harus diterima
dengan hati yang tenteram. Dan karena itu, walaupun paduka telah memutuskan
untuk tidak melakukan sesuatu lagi yang menyenangkan bagi keluarga paduka,
namun paduka harus memikirkan dan menyadari sedalam-dalamnya, mengapa? Orang
bodoh dan orang penghumbar nafsu akan menikmati kesenangan disini. Tetapi
sebagian terbesar orang tidak mampu mengejar kesenangan itu, karena itu orang
hanya merasakan penderitaan. Itulah O Yudisthira yang diutarakan oleh raja
Senajita yang bijaksana itu. Bahwa dia itulah orang yang sebenar-benarnya
memahami tentang apa yang baik dan buruk di dunia ini, yang menyangkut
kewajiban dan menyangkut kegembiraan dan kesedihan. Orang yang terbawa arus
kesedihan hanya karena akhir terhadap kesedihan itu, dan kesedihan terjadi
karena kegembiraan itu sendiri. Kegembiraan dan kesedihan, keuntungan dan
kerugian, hidup dan mati, berganti-ganti menimpa semua kehidupan. Karena itu
orang bijaksana yang berjiwa tenteram tidak akan pernah terlalu gembira dengan
kesenangan dan terlalu sedih ditimpa kemalangan. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Dikatakan bahwa perang merupakan
yajna bagi para raja; berlaku adil memberikan hukuman kepada yang salah
merupakan yoga baginya, sedangkan membagi-bagikan harta benda merupakan
tindakan kedermawanan yang menghasilkan punia (pahala baik sebagai kebalikan
dari papa), dan perbuatan itupun dipandang sebagai Daksina baginya. Semuanya
itu harus dipandang sebagai perbuatan yang menyucikan. Dengan mengindahkan
kerajaan dengan berbudi luhur dan politik, meniadakan kecongkakan, menyelenggarakan
Yajna, dan memandang segala-galanya penuh kasih sayang dan adil, maka raja yang
berbudi luhur itu setelah meninggal dunia akan hidup bersama para Dewa. Dengan
memenangkan peperangan, melindungi kerajaan, meminum cairan Soma, memajukan rakyat,
teguh menegakkan hukum keadilan dan kemudian tewas di dalam pertempuran, raja
itu akan mendapat kebahagian hidup di alam Surga. Setelah mempelajari semua Weda
dan Kitab suci yang lain, setelah melindungi kerajaan, dan setelah menata
tugas-tugas bagi catur warna, Raja itu menjadi suci dan akhirnya menjadi
penghias alam Surga. Ia akan menjadi raja terbaik, walaupun sudah tiada, ia
tetap akan dihormati oleh rakyat, para pemimpin dan sahabat-sahabat. **** <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Seperti itulah hidup ini, bahwa
semuanya jika tanpa kehendak sang Kala (waktu) sebagai sebuah pantulan cermin
karma-karma yang pernah kita lakukan tidak akan ada sesuatu yang terjadi jika
sang Kala memang tidak berkehendak. Usaha tanpa doa dan restu akan menjadi
sebuah usaha biasa saja yang hasilnya tidak maksimal. Saat itulah peran restu
dan sang Kala sangat berpengaruh. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sumber: <a href="http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2013/01/31/misteri-kematian-adik-sepupu-530102.html" target="_blank">Kompas</a> </div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14719402889760800687noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8655878211243183390.post-82515249566785445332013-02-08T11:45:00.001+08:002013-02-08T11:45:41.516+08:00Rendah Hati Bukanlah Rendah Diri<br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>Belajar Dari Padi Dan Laut<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Orang yang angkuh dengan kata
katanya hanya menunjukkan kesempitan pengetahuan dan wawasannya. Dia hanya
sedikit mengenal dunia, sehingga bicara seolah olah menguasainya. Sedang orang
yang cerdas dan berwawasan luas pastilah rendah hati, karena dia mengerti
betapa kecilnya ia, betapa sedikit ilmunya dibanding luasnya samudra ilmu dan
cakrawala dunia<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Ia adalah orang yang belajar dari
ilmu padi, makin berisi makin merunduk..<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Ia adalah orang yang belajar dari
ilmu laut,..<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
bahwa ....<br />
“..alasan mengapa laut
selalu dipuji oleh ratusan aliran air dari pegunungan adalah karena ia selalu
merendah di bawah mereka…”</div>
<a name='more'></a><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Rendah hati bukanlah rendah
diri,..<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Karena orang yang rendah hati
sadar sepenuhnya bahwa sombong, angkuh, dan arogan adalah sikap dan perbuatan
yang sama sekali tidak berdasar..”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sementara orang yang sombong,
angkuh, dan arogan pada dasarnya adalah orang yang rendah diri….<o:p></o:p></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14719402889760800687noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8655878211243183390.post-9651807636345622612013-02-07T11:09:00.001+08:002013-02-07T11:09:58.699+08:00Secarik Cerita Tentang Upacara Mecaru<br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>MECARU<o:p></o:p></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
Oleh: Ida Bhawati
Putu Setia<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Nabe Waktra saya, Ida Pandita Mpu
Nabe Jaya Prateka Tenaya dari Griya Padangsari, Desa Padangan, Tabanan, dikenal
sebagai Sulinggih yang tidak banyak bicara. Orangnya sangat kalem dan cenderung
pendiam. Namun beliau, sangat terbuka dan menyediakan waktunya berjam-jam untuk
memberi pencerahan.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Suatu kali beliau guyonan dengan
saya, dan katanya hal ini jarang dilakukan. Tema guyonan adalah soal mecaru,
tentu di antara guyonan itu banyak sekali pelajaran yang bisa dipetik. Ceritanya,
suatu kali ada sekelompok orang yang datang ke griya Pandita Mpu. Mereka ingin
melaksanakan pecaruan di merajannya. Namun, karena mereka mengikuti kelompok
spiritual tertentu, mereka ingin mecaru yang mereka sebut "secara
moderen". Jenis pecaruan itu sendiri adalah Panca Sanak, artinya memakai
lima ayam dan satu itik. Tentu tergolong besarlah. Namun, karena ini mecaru
"secara moderen", mereka tak ingin memotong ayam dan itik. Pokoknya
tidak ada binatang yang dibunuh dan tak ada tetesan darah hewan apa pun yang
ada. Itu himsa karma, tak sesuai dengan Weda, begitulah mereka menyebutkanya.</div>
<a name='more'></a><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Pandita Mpu kemudian memancing:
"Bagaimana caranya, ya? Apakah ayam itu dilepas kembali setelah dipakai
upacara? Lalu bagaimana dengan cacahan atau ulaman-nya? Pakai daging apa?"
"Tidak boleh pakai daging apapun Pandita," kata salah seorang dari
mereka. "Pokoknya semuanya tanpa daging. Ini semacam mecaru
vegetarian."<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Pandita Mpu konon tertawa
sebentar, baru pertama kali itu mendengar istilah "mecaru
vegetarian". Namun, beliau meminta penjelasan Iebih lengkap. Dan salah
seorang dari mereka, mungkin pemimpin kelompoknya, memberikan penjelasan
panjang lebar. Banten itu adalah simbol belaka, jangan terjebak pada banten.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Begitu kurang lebih penjelasan
mereka. Umat Hindu di Bali selalu terjebak pada banten. Yang penting
sesungguhnya adalah ketulusan beryadnya dan keyakinan yang tinggi. Kalau kita
sudah yakin melakukan yadnya, termasuk .yadnya mecaru, tidak harus ada banten,
karena banten itu hanyalah simbol. Atau simbol itu diganti simbol lain, yang
penting kan yakin.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
"Banten sebagai simbol
diganti, maksudnya bagaimana," kembali Pandita Mpu bertanya. "Jadi,
banten mecaru itu dibuat simple dan jangan rumit.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kalau kita tak bisa membuat
pejati yang lengkap, cukup kelapa saja ditaruh, kemudian ditulisi: ini pejati.
Maksudnya supaya Pandita Mpu yang akan muput tahu di mana letak pejati yang
isinya simbol itu. Lalu kalau harus ada ayam, buat saja gambar ayam dari
kertas, lalu gambar itu ditaruh di banten yang sederhana. Kalau ada belulang
ayam yang digantung, gambar lagi di kertas dan kertasnya digantung. Itik juga begitu,
tinggal menggarnbar saja di kertas. Bahkan kalau ada banten yang rumit apa itu
namanya byakawon, prascita dan entah apa lagi, cukup ditulis di kertas saja:
ini byakawon, ini prascita, ini durmanggala dan sebagainya. Yang penting kan
keyakinan Pandita, kalau kita sudah yakin, apa pun di depan kita itu tak ada
artinya lagi, Tuhan sudah tahu kok. Apalagi Tuhan sesungguhnya kan ada di dalam
diri kita sendiri, jangan rumit-rumitlah Pandita," kata orang itu.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Pandita Mpu Nabe hanya rnerenung
sebentar lalu menjawab: "Bagus sekali, ini ide yang baik. Yang penting kan
yakin."<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Lalu semuanya tertawa tanda ada
kecocokan dan semua merasa puas. Ketika Pandita Mpu bertanya, kapan mecaru, salah
seorang menjawab: "Hari Minggu nanti Pandita, dan Pandita akan kami jemput
pagi-pagi: Berapa orang yang ngiring?" Pandita Nabe pun menjawab dengan
tenang: "Tak ada yang ngiring, bahkan Bapa juga tak ikut. Nanti nanak akan
Bapa berikan foto Bapa. Taruh foto Bapa di kursi dekat banten pecaruan itu dan
anggaplah Bapa sendiri sudah datang dan muput upacara. Yang penting nanak kan
yakin, kalau sudah yakin apa pun yang ada itu semua kan simbol saja. Nanak
sudah mecaru . Setulus itu, ya, tentu semuanya akan diterima oleh Hyang Widhi,
apakah itu benar atau salah, sudah diterima atau belum, tanya saja kepada Hyang
Widhi yang ada di dalam diri nanak."<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Cerita selesai, Pandita Mpu tak
melanjutkan lagi bagaimana kisahnya, yang terang kelompok orang itu terus pergi
dan tak pernah datang lagi. Tapi ada cerita lain yang berlanjut. Suatu ketika ada
keluarga yang datang ingin mecaru di rumahnya. Katanya, keluarga itu bertengkar
terus setelah membangun kakus dekat dapur. Setiap masak atau makan, selalu
diganggu bau busuk dari WC itu. Anggota keluarga sering bertengkar, ibu dengan
bapak, bapak dengan anak, anak kecil menangis melulu sejak adanya WC yang dibuat
tak sempurna itu. Setelah mereka menanyakan kepada balian, katanya perlu mecaru
di pekarangan rumah itu. Mecaru dengan anjing, jadi setingkat Panca Kelud.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
"Mecaru Panca Kelud itu besar
biayanya," kata Pandita Mpu. Keluarga itu menjawab: "Berapa pun
besarnya, akan saya buat, jika perlu menggadaikan sawah, supaya kami tenang."
Pandita Mpu kemudian memberi nasihat dan nasihatnya itu dituruti. Kini keluarga
itu sudah tenang, tak lagi ada yang bertengkar. Apa nasihatnya? Hanya mecaru
kecil saja, itu pun karena tak pemah mecaru sejak membangun rumah. Cukup seekor
ayam brumbun, namun WC dipindahkan ke tempat yang lebih jauh dari dapur.
Septitank juga diperbaiki. Kita jarang mengkaji untuk apa sebenarnya caru itu,
perlu atau tidak. Lihatlah, ritual caru selalu dilakukan dengan memutar. Namun
yang lebih utama, pikiran kitalah yang perlu diputar, jangan-jangan pikiran
kita yang kotor atau dipenuhi kegelapan. Kalau begitu halnya, pikiran kitalah
yang perlu diberi caru. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Source : Raditya 133 <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sumber: <a href="http://www.parisada.org/index.php?option=com_content&task=view&id=955&Itemid=81" target="_blank">Parisada</a><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14719402889760800687noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8655878211243183390.post-17706541457871895262013-02-07T10:13:00.000+08:002013-02-07T10:13:37.090+08:00Belajar Bersyukur Dari Sebongkah Batu<br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>Batu Dan Mutiara<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Pada suatu ketika, hiduplah
seorang pedagang batu-batuan. Setiap hari dia berjalan dari kota ke kota untuk
memperdagangkan barang barangnya itu. Ketika dia sedang berjalan menuju ke
suatu kota, ada suatu batu kecil di pinggir jalan yang menarik hatinya. Batu
itu tidak bagus, kasar, dan tidak mungkin untuk dijual. Namun pedagang itu
memungutnya dan menyimpannya dalam sebuah kantong, dan kemudian pedagang itu
meneruskan perjalanannya.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Setelah lama berjalan, lelahlah
pedagang itu, kemudian dia beristirahat sejenak. Selama dia beristirahat, dia
membuka kembali bungkusan yang berisi batu itu. Diperhatikannya batu itu dengan
seksama, kemudian batu itu digosoknya dengan hati hati batu itu. Karena
kesabaran pedagang itu, batu yang semula buruk itu, sekarang terlihat indah dan
mengkilap. Puaslah hati pedagang itu, kemudian dia meneruskan perjalanannya.</div>
<a name='more'></a><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Selama dia berjalan lagi, tiba
tiba dia melihat ada yang berkilau kilauan di pinggir jalan. Setelah
diperhatikan, ternyata itu adalah sebuah mutiara yang indah. Alangkah senangnya
hati pedagang tersebut, mutiara itu diambil dan disimpannya tetapi dalam
kantong yang berbeda dengan kantong tempat batu tadi. Kemudian dia meneruskan
perjalanannya kembali.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Adapun si batu kecil itu merasa
bahwa pedagang itu begitu memperhatikan dirinya, dan dia merasa begitu bahagia.
Namun pada suatu saat mengeluhlah batu kecil itu kepada dirinya sendiri. “Tuan
begitu baik padaku, setiap hari aku digosoknya walaupun aku ini hanya sebuah
batu yang jelek, namun aku merasa kesepian. Aku tidak mempunyai teman
seorangpun, seandainya saja Tuan memberikan kepadaku seorang teman”. Rupanya
keluhan batu kecil yang malang ini didengar oleh pedagang itu. Dia merasa
kasihan dan kemudian dia berkata kepada batu kecil itu “Wahai batu kecil, aku
mendengar keluh kesahmu, baiklah aku akan memberikan kepadamu sesuai dengan
yang engkau minta”. Setelah itu kemudian pedagang tersebut memindahkan mutiara
indah yang ditemukannya di pinggir jalan itu ke dalam kantong tempat batu kecil
itu berada.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Dapat dibayangkan betapa
senangnya hati batu kecil itu mendapat teman mutiara yang indah itu. Sungguh
betapa tidak disangkanya, bahwa pedagang itu akan memberikan miliknya yang
terbaik kepadanya. Waktu terus berjalan dan si batu dan mutiara pun berteman
dengan akrab. Setiap kali pedagang itu beristirahat, dia selalu menggosok
kembali batu dan mutiara itu. Namun pada suatu ketika, setelah selesai
menggosok keduanya, tiba-tiba saja pedagang itu memisahkan batu kecil dan
mutiara itu. Mutiara itu ditempatkannya kembali di dalam kantongnya semula, dan
batu kecil itu tetap di dalam kantongnya sendiri. Maka sedihlah hati batu kecil
itu. Tiap tiap hari dia menangis, dan memohon kepada pedagang itu agar
mengembalikan mutiara itu bersama dengan dia. Namun seolah olah pedagang itu tidak
mendengarkan dia.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Maka putus asalah batu kecil itu,
dan di tengah tengah keputusasaannya itu, berteriaklah dia kepada pedagang itu
“Oh tuanku, mengapa engkau berbuat demikian? Mengapa engkau mengecewakan aku?”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Rupanya keluh kesah ini didengar
oleh pedagang batu tersebut. Kemudian dia berkata kepada batu kecil itu “Wahai
batu kecil, kamu telah kupungut dari pinggir jalan. Engkau yang semula buruk
kini telah menjadi indah. Mengapa engkau mengeluh? Mengapa engkau berkeluh
kesah? Mengapa hatimu berduka saat aku mengambil mutiara itu daripadamu?
Bukankah mutiara itu miliku, dan aku bebas mengambilnya setiap saat menurut
kehendakku? Engkau telah kupungut dari jalan, engkau yang semula buruk kini
telah menjadi indah. Ketahuilah bahwa bagiku, engkau sama berharganya seperti
mutiara itu, engkau telah kupungut dan engkau kini telah menjadi milikku juga.
Biarlah aku bebas menggunakanmu sekehendak hatiku. Aku tidak akan pernah
membuangmu kembali”.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Mengertikah apakah maksud cerita
di atas? Yang dimaksud dengan batu kecil itu adalah kita kita semua, sedangkan
pedagang itu adalah Tuhan sendiri. Kita semua ini buruk dan hina di hadapanNya,
namun karena kasihnya itu Dia memoles kita, sehingga kita dijadikannya indah di
hadapanNya. Sedangkan yang dimaksud dengan mutiara itu adalah berkat Tuhan bagi
kita semua. Siapa yang tidak senang menerima berkat? Berkat itu dapat berupa
apa saja dalam kehidupan kita sehari hari, mungkin berupa kegembiraan, kesehatan,
orangtua, saudara dan sahabat, dan banyak lagi. Apakah kita pernah bersyukur,
setiap kali kita mendapat berkat itu? Dan apakah kita tetap bersyukur, jika
seandainya Tuhan mengambil semuanya itu dari kita? Bukankah semua itu milikNya
dan Ia bebas mengambilnya kembali kapanpun Ia mau? Bersyukurlah selalu
kepadaNya, karena Dia tidak akan pernah mengecewakan kita semua.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sumber: <a href="http://sarikata.com/" target="_blank">Sarikata</a><o:p></o:p></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14719402889760800687noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8655878211243183390.post-43710770487951012432013-02-06T14:50:00.000+08:002013-02-06T14:50:47.844+08:00Kehidupan Adalah Pantulan Tindakan<br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>Cerita Dari Gunung<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Seorang bocah mengisi waktu luang
dengan kegiatan mendaki gunung bersama ayahnya. Entah mengapa, tiba tiba si
bocah tersandung akar pohon dan jatuh. “Aduhh ” jeritannya memecah keheningan
suasana pegunungan. Si bocah amat terkejut, ketika ia mendengar suara di
kejauhan menirukan teriakannya persis sama, “Aduhh “. Dasar anak anak, ia
berteriak lagi, “Hei Siapa kau?” Jawaban yang terdengar, “Hei Siapa kau?”
Lantaran kesal mengetahui suaranya selalu ditirukan, si anak berseru, “Pengecut
kamu ” Lagi lagi ia terkejut ketika suara dari sana membalasnya dengan umpatan
serupa. Ia bertanya kepada sang ayah, “Apa yang terjadi?” Dengan penuh kearifan
sang ayah tersenyum, “Anakku, coba perhatikan.” Lelaki itu berkata keras, “Saya
kagum padamu ” Suara di kejauhan menjawab, Saya kagum padamu ” Sekali lagi sang
ayah berteriak “Kamu sang juara ” Suara itu menjawab, “Kamu sang juara ” Sang
bocah sangat keheranan, meski demikian ia tetap belum mengerti. Lalu sang ayah
menjelaskan, “Suara itu adalah gema, tapi sesungguhnya itulah kehidupan.”</div>
<a name='more'></a><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kehidupan memberi umpan balik
atas semua ucapan dan tindakanmu. Dengan kata lain, kehidupan kita adalah
sebuah pantulan atau bayangan atas tindakan kita. Bila kamu ingin mendapatkan
lebih banyak cinta di dunia ini, ya ciptakan cinta di dalam hatimu.Bila kamu
menginginkan tim kerjamu punya kemampuan tinggi, ya tingkatkan kemampuan itu.
Hidup akan memberikan kembali segala sesuatu yang telah kau berikan kepadanya.
Ingat, hidup bukan sebuah kebetulan tapi sebuah bayangan dirimu.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14719402889760800687noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8655878211243183390.post-57120017581698388242013-02-06T11:54:00.001+08:002013-02-06T11:54:05.280+08:00Gunung dan Hutan Itu Mendamaikan<br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b><br /></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>Mendaki Gunung Dan Menjelajah Hutan<o:p></o:p></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b><br /></b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://media.viva.co.id/thumbs2/2012/12/10/183286_mendaki-gunung_663_382.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="184" src="http://media.viva.co.id/thumbs2/2012/12/10/183286_mendaki-gunung_663_382.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kadang kadang aku bertanya pada
saat kami berkemah dan berada disekitar api unggun.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Apa yang kami cari jauh begini
mendaki gunung?<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Apa gunanya?<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Apa kurang kerjaan atau perlu ke
dokter jiwa atau bagaimana?<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Dalam hening malam sepi terkadang
kita mendengar jawabannya.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Ditengah hutan dipuncak yang
jauh, tinggi dan sepi, seakan ada jawabannya.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kalau kita jauh dari kota, jauh
dari orang banyak, tanpa radio, tv, dvd atau telephone, kita bisa lebih tenang.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Mata kita lebih melihat.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Pendengaran lebih mendengar.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Perasaan lebih merasa.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Penglihatan lebih melihat.</div>
<a name='more'></a><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Makanan apa saja jadi lebih enak<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Soalnya selain tak banyak yang
bisa dibawa, apa yang ada pun jadi syukur kepada Tuhan.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kawan kawan yang di kota agak
jauh malah jadi dekat disini.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Soalnya nyawamu ditangan mereka.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kalau ada apa apa, merekalah yang
menolong.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Orang lain masih 3 hari jalan
kaki dari sini, baru ketemu.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Hidup tanpa mereka alangkah sepi<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kalau kau mau tahu arti sepi,
pergilah seorang diri untuk seminggu ketempat sunyi di gunung atau di hutan.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Rasakanlah, bagaimana pun kau
marah dengan seseorang, rasa marahmu jadi tak berarti.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Dalam sejenak kau sudah lupa.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Disitulah kau tahu apa arti
seorang kawan<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Bayangkanlah senja kau berada
dipuncak Rinjani dan menatap gunung Tambora jauh ditanah Sumbawa sementara
gunung Agung yang berselimut awan puncaknya muncul ditanah Bali<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sangatlah tak mungkin ditengah
segalanya kau tak bicara tentang Tuhan<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Bagi kami mendaki gunung bagaikan
upacara agama.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Ziarah ketempat suci<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Orang Jepang pergi mendaki Gunung Fuji, orang di India pergi ke Himalaya dan orang Israel pergi ke Gunung Sinai dan
sebagainya dimana saja.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Walaupun kami capek letih, dekil,
kumal dan kurus, wajah berseri dan mata bersinar.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kami tak pernah kapok.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Terkadang kalau kelamaan dikota,
kaki jadi gatal dan jiwa jadi resah.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Nampaknya waktu untuk mendaki
gunung dan menjelajah hutan telah tiba<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sudah ada beberapa yang kami
pernah tahu atau kenal, tewas di gunung.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Tapi alangkah sia sianya hidup
kalau kita tak berani hidup.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Berani mati sih susah tapi berani
hidup lebih berat<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kepada semua sobat musafir
pengembara, pendaki gunung, yang berkemah dan jelajah alam, semoga kau jumpa
apa yang kau cari<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
All the best.<o:p></o:p></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhPvhhrAgOtJbxK76sGXt_5M3eA4c0Zwlt1BVKo100jpuSOCojiN8Lp1YAZn0ELu3lnroCjolnqkV6s04B3ROLeHvuyybhs246l_S5Qq2SA71c_QcYah7YkK7wSxShHBrhTHTT-CxPB3Tg/s1600/pendaki+gunung.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhPvhhrAgOtJbxK76sGXt_5M3eA4c0Zwlt1BVKo100jpuSOCojiN8Lp1YAZn0ELu3lnroCjolnqkV6s04B3ROLeHvuyybhs246l_S5Qq2SA71c_QcYah7YkK7wSxShHBrhTHTT-CxPB3Tg/s320/pendaki+gunung.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sumber: <a href="http://sarikata.com/" target="_blank">Sarikata</a></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14719402889760800687noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8655878211243183390.post-40050371056684544352013-02-06T09:43:00.000+08:002013-02-06T09:43:17.299+08:00Melompat Lebih Tinggi<br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>Kisah Seekor Belalang<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Seekor belalang telah lama
terkurung dalam sebuah kotak. Suatu hari ia berhasil keluar dari kotak yang
mengurungnya tersebut. Dengan gembira ia melompat lompat menikmati
kebebasannya. Di perjalanan dia bertemu dengan seekor belalang lain. Namun dia
keheranan mengapa belalang itu bisa melompat lebih tinggi dan lebih jauh
darinya.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Dengan penasaran ia menghampiri
belalang itu, dan bertanya, “Mengapa kau bisa melompat lebih tinggi dan lebih
jauh, padahal kita tidak jauh berbeda dari usia ataupun bentuk tubuh ?”.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Belalang itu pun menjawabnya
dengan pertanyaan, “Di manakah kau selama ini tinggal? Karena semua belalang
yang hidup di alam bebas pasti bisa melakukan seperti yang aku lakukan”.</div>
<a name='more'></a><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Saat itu si belalang baru
tersadar bahwa selama ini kotak itulah yang membuat lompatannya tidak sejauh
dan setinggi belalang lain yang hidup di alam bebas.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Renungan:<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kadang kadang kita sebagai
manusia, tanpa sadar, pernah juga mengalami hal yang sama dengan belalang.
Lingkungan yang buruk, hinaan, trauma masa lalu, kegagalan yang beruntun,
perkataan teman atau pendapat tetangga, seolah membuat kita terkurung dalam
kotak semu yang membatasi semua kelebihan kita. Lebih sering kita mempercayai
mentah mentah apapun yang mereka voniskan kepada kita tanpa pernah berpikir
benarkah Anda separah itu? Bahkan lebih buruk lagi, kita lebih memilih
mempercayai mereka daripada mempercayai diri sendiri.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Tidakkah Anda pernah
mempertanyakan kepada nurani bahwa Anda bisa “melompat lebih tinggi dan lebih
jauh” kalau Anda mau menyingkirkan “kotak” itu? Tidakkah Anda ingin membebaskan
diri agar Anda bisa mencapai sesuatu yang selama ini Anda anggap diluar batas
kemampuan Anda?<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Beruntung sebagai manusia kita
dibekali Tuhan kemampuan untuk berjuang, tidak hanya menyerah begitu saja pada
apa yang kita alami. Karena itu teman, teruslah berusaha mencapai apapun yang
Anda ingin capai. Sakit memang, lelah memang, tapi bila Anda sudah sampai di
puncak, semua pengorbanan itu pasti akan terbayar.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kehidupan Anda akan lebih baik
kalau hidup dengan cara hidup pilihan Anda. Bukan cara hidup seperti yang
mereka pilihkan untuk Anda.<o:p></o:p></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14719402889760800687noreply@blogger.com0