Jumat, 21 September 2012

Kisah Raja Puranjana: Sebuah Penaklukan Waktu


Dalam buku Srimad Bhaghavatam diceritakan tentang Raja Puranjana. Raja Puranjana dalam pencariannya  meninggalkan sahabat setianya Awijnata, dan menemukan Kota Boghawati yang indah dengan sembilan gerbang megah. Di Kota tersebut, dia mengawini Dewi Puranjani yang cantik dan cerdas yang selalu dijaga oleh oleh ular Prajagara yang berkepala lima. Ber tahun-tahun Raja Puranjana hidup berbahagia bersama Dewi Puranjani, menurunkan putra-putri yang gagah dan cantik.

Kebahagiaan tersebut berkurang tatkala datang kesadaran bahwa ada perampok sakti Chandrawega dengan 360 anak buahnya yang selalu siap menyerang benteng. Kalau dia tidak waspada, sudah banyak mata-mata menyusup lewat sembilan gerbang Kota. Semakin lama merenung, Raja sadar bahwa pada akhirnya akan datang suatu saat dimana benteng Kota akan jatuh juga pada Candrawega yang dengan tegar, sabar menanti penaklukan Kota. Tiba-tiba saja, Raja Puranjana ingat sahabat setianya, Awijnata.

Kota Boghawati adalah tubuh kita dengan 9 pintu gerbang yang berhubungan dengan dunia luar, dua pintu gerbang mata, dua pintu gerbang telinga, dua pintu gerbang lubang hidung, satu pintu gerbang lubang mulut dan dua pintu gerbang lubang pembuangan. Dewi Puranjani adalah pikiran yang menikmati kesenangan dari lima indriya. Chandrawega adalah waktu yang bergerak selama 360 hari yang selalu waspada menunggu jatuhnya benteng tubuh kita. Awijnata adalah diri sejati yang selalu memandu dalam jalan kebenaran.

Haruskah kita mengikuti perjalanan hidup Raja Puranjana? Atau kita siapkan diri kita untuk pasrah kepada Awijnata, Pemandu Kita? Raja Puranjana berdoa:”Tuhan, semoga kedua mataku tidak melihat hal-hal yang tidak sepantasnya kulihat, kedua telingaku tidak mendengar hal-hal yang tidak sepantasnya kudengar, kedua lubang hidungku tidak mencium hal-hal yang tidak sepantasnya kucium, mulutku tidak mengucap serta makan minum  sesuatu yang tidak sepantasnya kuucapkan, kumakan dan kuminum. Demikian juga kedua gerbang lainnya. Guru, pandu kami semua dalam mengarungi hidup ini”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar