Rabu, 23 Mei 2012

Teori Terjemahan


Jenis-Jenis Penerjemahan.
Penerjemahan ada 2, yaitu penerjemahan harfiah dan penerjemahan idiomatis. Penerjemahan yang berdasarkan bentuk yang berusaha mengikuti bentuk bahasa sumber disebut penerjemahan harfiah. Penerjemahan  yang berdasarkan makna berusaha menyampaikan makna teks bahasa sumber dengan bentuk bahasa sasaran yang wajar disebut penerjemahan idiomatis. Penerjemahan harfiah sering difungsikan oleh orang yang belajar linguistik,tetapi sulit ditangkap. Penerjemahan yang idiomatis adalah yang paling baik digunakan berkomunikasi. Penerjemahan tersebut akan terasa seperti sumbernya. Perlu dibatasi penerjemahan idiomatis tidak boleh terlalu bebas.
Amanat yang ada dalam teks sumber harus dipilih secara gramatikal dan leksikal yang wajar dalam bahasa tersebut. Menerjemahkan dengan ciri gramatikal :

  1. Setiap bahasa memiliki pembagian leksikon ke dalam pembagian kelas kata (verba, nomina, adverbia, dll. )
  2. Tiap bahasa mempunyai kelas kata yang berbeda dan sub kelas yang berbeda, oleh sebab itu kita harus mengetahui kelas atau sub kelas kata tersebut.
Menerjemahkan dengan ciri leksikal :
  1. Setiap bahasa mempunyai cara idiomatisnya sendiri untuk mengungkapkan makna melalui unsur leksikal (kata, frase)
  2. Setiap bahasa mempunyai banyak idiom, makna sekunder, metafora, dan makna figuratif lainnya.
Kesimpulan :
Penerjemahan merupakan prses yang rumit, tetapi penerjemah yang mahir akan menemukan cara untuk mengungkapkan makna yang dimaksud, walaupun bentuk itu mungkin sangat berbeda dengan bentuk bahasa sumber (Larson, Mildrid L. Penerjemahan Berdasarkan Makna. !989. Jakarta: Arcon. Hlm. 16-24)
Kebaikan menerjemahkan harfiah, kita bisa belajar bahasa kata demi kata dari bahasa sumber.

Langkah-Langkah Menerjemahkan:
  1. Membaca dengan baik teks (menganalisis bentuk bahasa yang ada didalamnya (kelas bentuk kata/bahasa dan ciri-ciri leksikal)
  2. Melihat pesannya, ada 2 ciri yaitu:
    1. Ciri bahasa
§  Leksikal
§  Struktur (gramatikal dan pragmatik)
§  Makna (semantik)
    1. Ciri non bahasa
§  Budaya
§  Adat istiadat
§  Kebiasaan
  1. Menentukan makna yang mendekati (makna yang equivalen)
  2. Menyusun kembali

Kata Sebagai Gugus Makna
Unsur leksikal atau kata merupakan gugus komponen makna. Penerjemah harus mampu menganalisis unsur leksikal teks sumber itu. Selanjutnya perlu diperhatikan bahwa komponen makna ada di dalam konsep yang digolongkan secara semantis menjadi benda, kejadian, atribut, dan relasi. Benda didefinisikan makhluk bernyawa atau tidak. Kejadian mencakup semua tindakan, proses, dan pengalaman. Atribut mencakup sikap atau sifat kualitas dan kuantitas yang dianggap berasal dari benda atau kejadian. Relasi adalah hubungan dua semantis diantara dua satuan tadi. Apabila kita menerjemahkan dengan konsep tadi, banyak akan membantu kita, sebab bahasa satu dengan bahasa yang lain tidak selalu selaras, bisa terjadi penyimpangan klasifikasi sehingga menyulitkan pengungkapan kembali.
Kesimpulan:
Bahwa dalam menerjemahkan tidak selalu dari benda ke benda, dari kejadian ke kejadian, dari atribut ke atribut, tetapi bisa juga berdasarkan relasi yaitu hubungan ketiganya (menerjemahkan sesuai dengan konsep)

Hubungan Antar Unsur Leksikal
Yang dimaksud hubungan antar unsur leksikal adalah mencakup semua kata yang spesifik atau disebut generik spesifik. Contoh kata-kata yang disebut generik spesifik misalnya pada binatang, ada domba, kuda, keledai, komponen lain misalnya jantan atau betina. Contoh dalam Bahasa Bali, misalnya: poh tasak, semental, pusuh, matah. Hubungan antar unsur yang lain adalah kata ganti, (contoh: sang prabu, sang natha, paduka raja, tuanku, itu semua bersifat generik spesifik), sinonim, antonim dan resiprokal. Di dalam analisis harus konsekuen dengan satu nama.

Makna Melalui Pengelompokan.
Makna akan ditemukan dengan cara melihat hubungan bagian dengan keseluruhan. Apabila kita menemukan beberapa kata dagu, pipi,hidung, telinga, itu merupakan bagian dari kepala.

Makna Budaya Sebuah Kesimpulan Kecil
Pengungkapan sebuah makna dikomunikasikan oleh bahasa sumber dan bahasa sasaran. Pada permukaannya merupakan fenomena sebagai pengalihan kode. Biasanya unsur-unsur yang muncul adalah:
  1. Pengalihan bahasa
  2. Pengalihan isi (content)
  3. Padanan = reference (mendekati yang diacu)
Karena bahasa merupakan bagian dari kebudayaan maka pengalihan kode itu tidak mengacu pada bentuk dan makna saja, tetapi juga budayanya, oleh sebab itu penerjemah mengalami hambatan kebahasaan juga dari segi budayanya. Hal seperti itu dikatakan oleh Hoed bahwa implikasi budaya terhadap proses penerjemahan bisa memberikan pemahaman terhadap fenomena. Jika dalam menerjemahkan menemukan istilah budaya, ada 3 hal yang dapat dilakukan, yaitu :
  1. Boleh dibiarkan
  2. Diberi penjelasan
  3. Glosarium (lampiran penjelasan)
Bahasa merupakan mediasi pikiran, perasaan dan perbuatan. Bahasa menerjemahkan nilai dan norma skema kognitif (bahasa sebenarnya) manusia, persepsi, sikap dan kepercayaan manusia tentang dunia para pendukungnya.
Bassnett (1998) menggambarkan hubungan antara bahasa dan budaya adalah 2 hal yang tidak dipisahkan. Kematian salah satu ditentukan oleh yang lain, sehingga memerlukan pelestarian kedua aspek tersebut.
Ada pendapat yang disampaikan oleh Boas, tidak saja hubungan timbal balik antara pikiran dan bahasa tetapi juga antara bahasa dan adat, bahasa dan prilaku etnis, antara bahasa dan perubahan-perubahan yang terjadi dalam budaya. Demikian kuat hubungan bahasa dan budaya sehingga kekayaan budaya tercermin dalam bahasanya, hal itu tidak terbatas dalam kosakata saja, tetapi juga dalam aspek retorika.
Fishman mengatakan hubungan antara bahasa dan budaya dalam 3 perspektif, yakni:
  1. Sebagai bagian dari budaya
  2. Sebagai indeks budaya
  3. Sebagai simbolik bahasa
Pengejawantahan prilaku manusia misalnya: upacara, ritual nyanyian, cerita, doa, tindak tutur, atau peristiwa wicara. Sebagai indeks budaya bahasa merupakan cara berpikir, item leksikal (kosakata). Sebagai simbolik budaya, bahasa menunjukkan identitas budaya etnis, karena bahasa merupakan bagian dari budaya, maka disatu sisipenerjemahan tidak hanya bisa dipahami sebagai pengalihan bentuk dan makna, tetapi juga budaya.

Jenis-Jenis Wacana
Bahan sumber terdiri dari bermacam-macam wacana teks, misal wacana yang formal, wacana teks, tuturan dan teks pembeberan, misalnya sebuah petualangan atau narasi memakai struktur tuturan. Tuturan tidak sama dengan pemerian. Sebuah cerita narasi lebih baik disamapikan secara tuturan tanpa dialog. Wacana prosedur tidak sama dengan wacana tuturan. Dalam tipe-tipe wacana ada bermacam-macam jenis, misalnya legenda, tuturan, persona pertama, cerita pendek, doa, argumentasi, laporan, makalah ilmiah, pidato politik, buku tentang cara membuat sesuatu. Selain tipe-tipe tersebut yang perlu diperhatikan adalah tujuan/ sasaran penerjemahan. Ada tujuan penerjemahan misalnya untuk menceritakan, memberi petunjuk, untuk mengusulkan, untuk memerinyah, untuk menceritakan pergantian wicara. Tujuan penerjemahan pada bahasa sasaran meliputi atas perbedaan umur (SD, SMP, SMA, orang tua, anak-anak, remaja), intelektual (SD, SMP, SMA, PT), keperluan (misalnya untuk pesanan dari orang untuk menerjemahkan, untuk tujuan tertentu misalnya pemahaman, mengupas nilai, untuk keperluan belajar bahasa), situasi dan kondisi (formal dan non formal).

Masalah-Masalah Dalam Penerjemahan
Setiap penerjemahan memerlukan padanan. Cara yang utama adalah dengan mencari makna. Ada banyak problematika/ permasalahan pada saat mencari padanan. Ada 3 permasalahan pokok, yaitu:
  1. Isi
    • Erat kaitannya dengan konsep makna yang memiliki 3 aspek ( semantik, pragmatik, dan tekstual)
  2. Tujuan
    • Disampaikan berupa informasi yang berdasarkan fakta-fakta yang jelas, efektif, mudah dimengerti, diterima oleh pembaca.
  3. Bahasa
    • Erat hubungannya dengan gaya/ style, kendala dalam gaya biasanya perkataan, strutur kalimat, istilah, tata bahasa, dan kiasan.
Menyangkut masalah isi, teks yang diterjemahkan terlebih dahulu diaca, dicari pesannya, tema atau amanatnya, barulah maknanya dicari, hubungkan dengan sikon serta budayanya. Situasi dan kondisi bahasa sebagai alat komunikasi, bahasa sebagai sains, dan bahasa untuk menyampaikan ekspresi. Bahasa sebagai komunikasi berarti disampaikan dengan lugas. Bahasa sebagai sains berarti fakta. Bahasa sebagai alat ekspresi berarti mengandung emosi-emosi tertentu. Istilah dan kiasan dapat digarisbawahi dapat dicari maknanya, dapat diganti dengan kiasan, dapat dijelaskan dengan menambah atau mengurangi dengan kata-kata lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar