Jenis-Jenis Penerjemahan.
Penerjemahan ada
2, yaitu penerjemahan harfiah dan penerjemahan idiomatis. Penerjemahan yang
berdasarkan bentuk yang berusaha mengikuti bentuk bahasa sumber disebut
penerjemahan harfiah. Penerjemahan yang
berdasarkan makna berusaha menyampaikan makna teks bahasa sumber dengan bentuk
bahasa sasaran yang wajar disebut penerjemahan idiomatis. Penerjemahan harfiah
sering difungsikan oleh orang yang belajar linguistik,tetapi sulit ditangkap.
Penerjemahan yang idiomatis adalah yang paling baik digunakan berkomunikasi.
Penerjemahan tersebut akan terasa seperti sumbernya. Perlu dibatasi
penerjemahan idiomatis tidak boleh terlalu bebas.
Amanat
yang ada dalam teks sumber harus dipilih secara gramatikal dan leksikal yang
wajar dalam bahasa tersebut. Menerjemahkan dengan ciri gramatikal :
- Setiap bahasa memiliki pembagian leksikon ke dalam pembagian kelas
kata (verba, nomina, adverbia, dll. )
- Tiap bahasa mempunyai kelas kata yang berbeda dan sub kelas yang
berbeda, oleh sebab itu kita harus mengetahui kelas atau sub kelas kata
tersebut.
Menerjemahkan dengan ciri
leksikal :
- Setiap bahasa mempunyai cara idiomatisnya sendiri untuk
mengungkapkan makna melalui unsur leksikal (kata, frase)
- Setiap bahasa mempunyai banyak idiom, makna sekunder, metafora, dan
makna figuratif lainnya.
Kesimpulan :
Penerjemahan
merupakan prses yang rumit, tetapi penerjemah yang mahir akan menemukan cara
untuk mengungkapkan makna yang dimaksud, walaupun bentuk itu mungkin sangat
berbeda dengan bentuk bahasa sumber (Larson, Mildrid L. Penerjemahan
Berdasarkan Makna. !989. Jakarta: Arcon. Hlm. 16-24)
Kebaikan
menerjemahkan harfiah, kita bisa belajar bahasa kata demi kata dari bahasa
sumber.
Langkah-Langkah
Menerjemahkan:
- Membaca dengan baik teks (menganalisis bentuk bahasa yang ada
didalamnya (kelas bentuk kata/bahasa dan ciri-ciri leksikal)
- Melihat pesannya, ada 2 ciri yaitu:
- Ciri bahasa
§ Leksikal
§ Struktur
(gramatikal dan pragmatik)
§ Makna (semantik)
- Ciri non bahasa
§ Budaya
§ Adat istiadat
§ Kebiasaan
- Menentukan makna yang mendekati (makna yang equivalen)
- Menyusun kembali
Kata Sebagai
Gugus Makna
Unsur leksikal
atau kata merupakan gugus komponen makna. Penerjemah harus mampu menganalisis
unsur leksikal teks sumber itu. Selanjutnya perlu diperhatikan bahwa komponen
makna ada di dalam konsep yang digolongkan secara semantis menjadi benda,
kejadian, atribut, dan relasi. Benda didefinisikan makhluk bernyawa atau tidak.
Kejadian mencakup semua tindakan, proses, dan pengalaman. Atribut mencakup
sikap atau sifat kualitas dan kuantitas yang dianggap berasal dari benda atau
kejadian. Relasi adalah hubungan dua semantis diantara dua satuan tadi. Apabila
kita menerjemahkan dengan konsep tadi, banyak akan membantu kita, sebab bahasa
satu dengan bahasa yang lain tidak selalu selaras, bisa terjadi penyimpangan
klasifikasi sehingga menyulitkan pengungkapan kembali.
Kesimpulan:
Bahwa dalam
menerjemahkan tidak selalu dari benda ke benda, dari kejadian ke kejadian, dari
atribut ke atribut, tetapi bisa juga berdasarkan relasi yaitu hubungan
ketiganya (menerjemahkan sesuai dengan konsep)
Hubungan Antar
Unsur Leksikal
Yang dimaksud
hubungan antar unsur leksikal adalah mencakup semua kata yang spesifik atau
disebut generik spesifik. Contoh kata-kata yang disebut generik spesifik
misalnya pada binatang, ada domba, kuda, keledai, komponen lain misalnya jantan
atau betina. Contoh dalam Bahasa Bali, misalnya: poh tasak, semental, pusuh,
matah. Hubungan antar unsur yang lain adalah kata ganti, (contoh: sang prabu,
sang natha, paduka raja, tuanku, itu semua bersifat generik spesifik), sinonim,
antonim dan resiprokal. Di dalam analisis harus konsekuen dengan satu nama.
Makna Melalui
Pengelompokan.
Makna akan ditemukan
dengan cara melihat hubungan bagian dengan keseluruhan. Apabila kita menemukan beberapa
kata dagu, pipi,hidung, telinga, itu merupakan bagian dari kepala.
Makna Budaya
Sebuah Kesimpulan Kecil
Pengungkapan
sebuah makna dikomunikasikan oleh bahasa sumber dan bahasa sasaran. Pada
permukaannya merupakan fenomena sebagai pengalihan kode. Biasanya unsur-unsur
yang muncul adalah:
- Pengalihan bahasa
- Pengalihan isi (content)
- Padanan = reference (mendekati yang diacu)
Karena bahasa merupakan
bagian dari kebudayaan maka pengalihan kode itu tidak mengacu pada bentuk dan
makna saja, tetapi juga budayanya, oleh sebab itu penerjemah mengalami hambatan
kebahasaan juga dari segi budayanya. Hal seperti itu dikatakan oleh Hoed bahwa
implikasi budaya terhadap proses penerjemahan bisa memberikan pemahaman
terhadap fenomena. Jika dalam menerjemahkan menemukan istilah budaya, ada 3 hal
yang dapat dilakukan, yaitu :
- Boleh dibiarkan
- Diberi penjelasan
- Glosarium (lampiran penjelasan)
Bahasa merupakan mediasi
pikiran, perasaan dan perbuatan. Bahasa menerjemahkan nilai dan norma skema
kognitif (bahasa sebenarnya) manusia, persepsi, sikap dan kepercayaan manusia
tentang dunia para pendukungnya.
Bassnett (1998)
menggambarkan hubungan antara bahasa dan budaya adalah 2 hal yang tidak dipisahkan.
Kematian salah satu ditentukan oleh yang lain, sehingga memerlukan pelestarian
kedua aspek tersebut.
Ada pendapat yang
disampaikan oleh Boas, tidak saja hubungan timbal balik antara pikiran dan
bahasa tetapi juga antara bahasa dan adat, bahasa dan prilaku etnis, antara
bahasa dan perubahan-perubahan yang terjadi dalam budaya. Demikian kuat
hubungan bahasa dan budaya sehingga kekayaan budaya tercermin dalam bahasanya,
hal itu tidak terbatas dalam kosakata saja, tetapi juga dalam aspek retorika.
Fishman mengatakan
hubungan antara bahasa dan budaya dalam 3 perspektif, yakni:
- Sebagai bagian dari budaya
- Sebagai indeks budaya
- Sebagai simbolik bahasa
Pengejawantahan prilaku
manusia misalnya: upacara, ritual nyanyian, cerita, doa, tindak tutur, atau peristiwa
wicara. Sebagai indeks budaya bahasa merupakan cara berpikir, item leksikal
(kosakata). Sebagai simbolik budaya, bahasa menunjukkan identitas budaya etnis,
karena bahasa merupakan bagian dari budaya, maka disatu sisipenerjemahan tidak
hanya bisa dipahami sebagai pengalihan bentuk dan makna, tetapi juga budaya.
Jenis-Jenis
Wacana
Bahan sumber
terdiri dari bermacam-macam wacana teks, misal wacana yang formal, wacana teks,
tuturan dan teks pembeberan, misalnya sebuah petualangan atau narasi memakai
struktur tuturan. Tuturan tidak sama dengan pemerian. Sebuah cerita narasi
lebih baik disamapikan secara tuturan tanpa dialog. Wacana prosedur tidak sama
dengan wacana tuturan. Dalam tipe-tipe wacana ada bermacam-macam jenis,
misalnya legenda, tuturan, persona pertama, cerita pendek, doa, argumentasi,
laporan, makalah ilmiah, pidato politik, buku tentang cara membuat sesuatu.
Selain tipe-tipe tersebut yang perlu diperhatikan adalah tujuan/ sasaran
penerjemahan. Ada tujuan penerjemahan misalnya untuk menceritakan, memberi
petunjuk, untuk mengusulkan, untuk memerinyah, untuk menceritakan pergantian
wicara. Tujuan penerjemahan pada bahasa sasaran meliputi atas perbedaan umur
(SD, SMP, SMA, orang tua, anak-anak, remaja), intelektual (SD, SMP, SMA, PT),
keperluan (misalnya untuk pesanan dari orang untuk menerjemahkan, untuk tujuan
tertentu misalnya pemahaman, mengupas nilai, untuk keperluan belajar bahasa),
situasi dan kondisi (formal dan non formal).
Masalah-Masalah
Dalam Penerjemahan
Setiap
penerjemahan memerlukan padanan. Cara yang utama adalah dengan mencari makna.
Ada banyak problematika/ permasalahan pada saat mencari padanan. Ada 3
permasalahan pokok, yaitu:
- Isi
- Erat kaitannya dengan konsep makna yang memiliki
3 aspek ( semantik, pragmatik, dan tekstual)
- Tujuan
- Disampaikan berupa informasi yang berdasarkan
fakta-fakta yang jelas, efektif, mudah dimengerti, diterima oleh pembaca.
- Bahasa
- Erat hubungannya dengan gaya/ style, kendala
dalam gaya biasanya perkataan, strutur kalimat, istilah, tata bahasa, dan
kiasan.
Menyangkut masalah isi,
teks yang diterjemahkan terlebih dahulu diaca, dicari pesannya, tema atau amanatnya,
barulah maknanya dicari, hubungkan dengan sikon serta budayanya. Situasi dan
kondisi bahasa sebagai alat komunikasi, bahasa sebagai sains, dan bahasa untuk
menyampaikan ekspresi. Bahasa sebagai komunikasi berarti disampaikan dengan
lugas. Bahasa sebagai sains berarti fakta. Bahasa sebagai alat ekspresi berarti
mengandung emosi-emosi tertentu. Istilah dan kiasan dapat digarisbawahi dapat
dicari maknanya, dapat diganti dengan kiasan, dapat dijelaskan dengan menambah
atau mengurangi dengan kata-kata lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar