Di dalam hidup ini manusia sering
dihadapkan pada pilihan melakukan tindakan atau perbuatan yang dapat bermanfaat
bagi orang banyak (shreya) atau memberikan kesenangan bagi dirinya sendiri
(preya). Hendaknya manusia memilih “shreya” daripada “preya”. “Shreya”, atau
mementingkan segala sesuatu yang mulia dan bermanfaat bagi banyak orang, dan
tidak memilih preya, atau sesuatu yang sekedar menyenangkan diri. Dalam hidup
ini kita memang selalu berhadapan dengan dua pilihan tersebut, shreya atau
preya, yang memuliakan, atau yang menyenangkan. Seorang pencari jatidiri
hendaknya memilih shreya, atau yang memuliakan. Dan, tidak memilih preya, yang
menyenangkan. Karena yang menyenangkan itu belum tentu baik belakangnya. Seperti
halnya pada kutipan cerita berikut ini.
Resi Sukra adalah Guru dari Raja
Asura Warsaparwa. Dewayani putri Resi Sukra berteman dengan Sarmishta putri
Raja Warsaparwa. Pada suatu hari mereka dengan beberapa temannya mandi di
sungai. Mendadak angin besar bertiup yang membuat pakaian mereka mulai terbang.
Para gadis segera naik ke pinggir sungai mengejar pakaiannya dan segera pulang
sambil berlari. Tanpa sadar Dewayani bertukar baju dengan Sarmistha. Kemudian
terjadilah keributan, Dewayani menganggap Sarmishta tidak sopan karena seorang
asura mengapa berani memakai pakaian putri seorang brahmana. Padahal sang
brahmana, Resi Sukra adalah Guru dari raja asura. Karena dibimbing Resi
Sukralah maka kaum asura menjadi jaya.
Sarmishta tidak menerima Dewayani menghina ayahandanya dengan mengatakan, bahwa
bagaimanapun ayahnyalah yang memberi makan sang resi, sehingga sang resi dapat
diibaratkan sebagai seorang pengemis. Mereka adu mulut, dan karena angin
bertambah besar Sarmistha berlari duluan pulang. Sedangkan Dewayani yang
berlari dalam keadaan angin yang bertiup semakin kencang, kemudian terperosok masuk ke dalam sumur.