Pada suatu hari ada seorang
perempuan Nisadha yang sudah tua sebagai pedagang buah datang ke rumah Nanda.
Kita masih ingat bahwa Rajarishi Kausika pernah mengutuk putra-putra Resi Wasistha
dan juga kelimapuluh putra raja Kausika sendiri untuk menjadi orang Nisadha.
Orang-orang Nisadha berkehidupan sebagai para pemburu yang sering
berpindah-pindah tempat. Para perempuan Nisadha kadang membawa buah-buahan ke
desa dan menukarnya dengan butir-butir gandum. Kali ini tinggal beberapa butir
buah-buahan yang tersisa dan dia menawarkannya di depan rumah Nanda.
Krishna kecil mendatangi pedagang
buah tersebut dan minta barter buah-buahan yang dibawanya dengan butir-butir
gandum dari rumahnya. Sang perempuan pedagang tersenyum dan mengangguk. Krishna
kecil masuk ke rumah membawa butir-butir gandum dengan kedua telapak tangannya
yang kecil menemui sang pedagang di jalan. Akan tetapi di sepanjang perjalanan,
butir-butir gandum tersebut berjatuhan dan tinggal sedikit tersisa di telapak
tangan yang diserahkan ke sang pedagang. Sudah bolak-balik Krishna mengambil
butir-butir gandum dari rumahnya dan membawanya ke sang pedagang dan selalu
saja tercecer di jalan dan tinggal sedikit yang tersisa di telapak tangannya.
Sang pedagang tersenyum penuh kasih kepada Krishna kecil. Butir-butir gandum
tersisa diletakkan sang pedagang ke keranjang. Dan kali ini sang pedagang memegang
kedua telapak tangan Krishna yang lucu dan kecil. Sang pedagang mengambil
seluruh sisa buah yang ada di keranjangnya dan memberikan kepada Krishna kecil
yang segera didekapkan ke dada kecil Krishna. Sang perempuan tua pedagang
tersenyum bahagia dapat menyenangkan anak kecil yang sangat menawan. Sang
pedagang kemudian pamit kepada anak kecil tersebut dan meneruskan
perjalanannya. Sudah seharian sang perempuan pedagang berjalan dan dia ingin
beristirahat di bawah pohon yang rindang. Kala itu sang perempuan terkesima,
ternyata butir-butir gandum yang jumlahnya sedikit yang dibawa anak kecil
tersebut berubah menjadi banyak permata yang sangat berharga.
Sang perempuan tua pedagang
buah-buahan segera menemui keluarga dan beberapa kerabat dalam kelompoknya. Dia
menceritakan kejadian yang menimpanya. Kemudian mereka bersepakat menghentikan
kehidupan mereka sebagai pemburu yang suka berpindah dan hidup berumah-tinggal
di pinggir sebuah hutan. Mereka dapat hidup layak dengan banyak permata yang
didapat perempuan tersebut. Mereka menanam pohon buah-buahan di sekitar tempat
tinggal mereka. Mereka hidup berbahagia dan sang perempuan tua menjadi menjadi
wanita bijak yang selalu berdoa kepada Narayana yang telah mengubah penghidupan
mereka.
Dalam Bhagavad Gita IX :26-34
disampaikan, “Jika seseorang yang berhati bersih dan penuh kasih
mempersembahkan daun, bunga, buah atau air, “Aku” menerimanya. Apa pun yang
kamu lakukan, lakukanlah sebagai persembahan kepada-Ku. Ia yang berkarya tanpa
keterikatan duniawi pasti akan mencapai Kesadaran Tertinggi. “Aku” yang berada
dalam diri setiap makhluk sesungguhnya satu dan sama. “Aku” tidak membenci
ataupun menganggap seseorang lebih penting daripada yang lain. Namun, mereka
yang berkarya dalam kasih, akan selalu merasakan kehadiran”Ku”. Seseorang yang
tersesat pun, apabila menyadari kehadiran-”Ku” di mana-mana, akan segera
mencapai Kesadaran Tertinggi, karena ia telah memahami hal yang benar. Ia tidak
akan pernah sesat lagi. Disebabkan oleh karma yang kurang baik, apabila seseorang
lahir dalam keadaan yang kurang menguntungkan, akan mencapai Tujuan yang
Tertinggi pula, apabila menyadari Kehadiran “Aku” di mana-mana. Apalagi mereka
yang memang sudah lahir dalam keadaan yang menguntungkan. Mereka tentu akan
mencapai Puncak Kesadaran yang Tertinggi itu. Pusatkan kesadaranmu pada “Aku”.
Berpalinglah pada”Aku”. Berkaryalah demi “Aku”. Demikian kau akan dengan sangat
mudah mencapai Kesadaran Tertinggi.
Pedagang perempuan tua dari suku
Nisadha menggambarkan keadaan seseorang yang lahir dalam keadaan kurang
menguntungkan disebabkan karma-karma kurang baik yang pernah dilakukannya di
kehidupan sebelumnya. Akan tetapi dengan berkesadaran kasih, melakukan semua
kegiatannya sebagai persembahan kepada Tuhan, berkarya untuk Tuhan, dengan mudah
dia mencapai Kesadaran Tertinggi.
Raja Parikesit tertegun mendengar
kisah yang disampaikan oleh Resi Shuka, “Luar Biasa! Betapa berbahagianya sang
perempuan tua bisa melihat dan memegang tangan Sri Krishna. Dan nasib buruk
yang menimpanya berubah menjadi kebahagiaan.
Bhagawan Byasa, kini menceritakan
tentang seorang pedagang kecil. Sang pedagang kecil tidak hanya memikirkan
keuntungan pribadinya, akan tetapi dia juga melakukan persembahan kepada
Krishna kecil. Dia tidak berjiwa dagang. Dagang adalah pekerjaannya, sehingga
setiap hari dia harus berdagang, akan tetapi dia mempunyai hati nurani, tidak
semuanya dikalkulasikan dengan untung-rugi. Sang pedagang mendapatkan anugerah
sebuah kesempatan untuk mempersembahkan barang dagangannya kepada Krishna
secara tulus. Tidak semua orang mendapat kesempatan tersebut, dan sang pedagang
tanpa sadar telah menggunakan kesempatan dengan baik. Sang pedagang berhasil
karena dia melepaskan kalkulasi untung rugi dari pikiran dan dia menggunakan
hati nuraninya.
Anda berderma untuk apa?
Menyumbang untuk apa? Beramal-saleh untuk apa? Jika untuk “menagih” surga, anda
hanyalah seorang penagih hutang. Jika untuk “memperoleh” ganjaran dan pahala,
maka hubungan Anda dengan Tuhan, hanyalah hubungan antara “peminjam” dan
“penagih”. Anda tidak lebih baik daripada para penagih hutang yang mendatangi
seseorang dan’ mendesak dia untuk melunasi pinjamannya. Pikirkan! Jika Anda
menyumbang, berderma, dan beramal-saleh “bukan karena kewajiban”, “bukan pula
untuk mendapatkan (menagih) imbalan ; ketahuilah bahwa Tuhan telah
“memberikan”‘ kesempatan itu kepada Anda! Berbahagialah bahwa di antara sekian
banyak penagih hutang, pemberi pinjaman dan rentenir, Anda dipilih untuk
menjadi “pencinta”! Para penagih hutang mendapatkan kembali hutang mereka. Itu
saja. Tidak lebih, tidak kurang. Demikian pula keadaan Anda, jika Anda berdagang
dengan Tuhan. Apa yang Anda berikan “dengan nama” Tuhan akan diberikan kembali
kepada Anda. Tidak lebih, tidak kurang. Terserah Anda-apa mau anda? Hubungan
seperti apa yang Anda inginkan dengan Tuhan? Hubungan antara kekasih dan yang
dikasihi, atau hubungan antara peminjam dan penagih?.
Bhagawan Byasa memberikan nasihat
secara tersirat dalam kisah pedagang buah dengan Krishna kecil, barterlah
dengan sesama manusia untuk menghidupimu dan kepada Tuhan persembahkan semuanya
dengan tulus penuh kasih. Barter, maksudnya berdagang dengan kesetaraan,
sama-sama mendapat manfaatnya. Dan kepada Tuhan dalam wujud manusia yang
memerlukan bantuan lakukanlah persembahan dengan tulus.
filosofi dari kisah ini sangat tepat kita terus hayati dan amalkan dalam kehidupan sehari-hari.
BalasHapus