Ada sebuah perumpamaan bagus yang ada dalam kitab Parasara dan sangat menarik untuk direnungkan oleh seorang
pemimpin atau calon pemimpin. Seorang pemimpin hendaknya
menjadi seperti tukang merangkai bunga, jangan seperti penjual arang yang rakus
menebang pohon untuk dijadikan arang.
Puspam puspam vicinuyam
mulacchedam na karayet
Malakara ivodyane na
tathangara karakah
(Parasara Dharmasastra.1.60)
Maksudnya: Ibarat seorang tukang bunga merangkai
karangan bunga, hanya memetik sekuntum bunga saja pada setiap pohon bunga dalam
kebun. Demikian pulalah pemimpin mendapatkan pendapatan sesuatu dari penentuan keputusan
atau kebijakan yang ringan tanpa memberatkan siapapun.
Ia tidak berbuat seperti tukang arang yang menebang seluruh pohon dalam hutan
dan memusnahkannya menjadi arang.
Demikianlah peran seorang pemimpin disana haruslah menjadi pengayom yang baik bagi bawahannya. Bawahan dan karyawan yang
memiliki kesempatan menjadi pejabat
atau atasan haruslah menjadi pelayan dan pengayom bagi bawahan dan karyawannya yang lain. Jangan sebaliknya, bawahan menjadi pelayan dan sapi perah dari pejabat atau atasan. Ada pemimpin
yang sering memberatkan bawahannya atau karyawannya, memperlakukan karyawan dengan tidak sepantasnya. Bahkan
ada pula pemimpin yang bersenang-senang di atas pengorbanan dan pelayanan dari
bawahannya.
Karakter kepemimpinan yang demikian itulah ibarat
pedagang arang yang akan menggerogoti kayu-kayu dalam hutan satu demi satu.
Untuk membuat arang, tidak mungkin menggunakan daun atau bunga dari kayu itu.
Arang dibuat dari batang kayu. Cepat atau lambat kayu-kayu dalam hutan akan
habis ditebangi. Kalau hutan menjadi gundul, bencana pun akan datang merusak
kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Untuk
kelangsungan kehidupan yang baik, seorang
pemimpin hendaknya seperti tukang atau perangkai bunga.
Bunga-bunga dalam taman itu hendaknya dipelihara dengan baik. Jika dipelihara
dengan baik, itu akan tumbuh subur dan menghasilkan bunga-bunga yang indah.
Bunga-bunga yang sudah mekar dengan indahnya itulah dipilih untuk dirangkai.
Bunga yang mekar itu itu jangan dipetik sembarangan. Karena yang dipetik hanya
bunganya, tentu pohonnya akan tetap utuh menumbuhkan bunga.
Demikianlah
ibaratnya, seorang pemimpin hendaknya
merawat bawahan dan orang-orang
disekitarnya ibarat merawat bunga-bunga dalam taman.
Setelah bunga itu subur dan menumbuhkan bunga-bunga yang indah, barulah dipetik
dengan terpilih. Konon dewasa ini masih ada pemimipin-pemimpin yang bagaikan pedagang arang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar