indriarthesu vairagyam
anahamkara eva sa
janma mrtyu jara vyadhi
duhkha dosa anu darsanam
(Bhagawad Gita.XIII.8)
Maksudnya: Melepaskan indria dari ikatan benda-benda
duniawi, bebas dari rasa egoisme, senantiasa merenungkan permasalahan kelahiran
(janma), kematian (mrtyu), umur tua (jara), sakit (vyadhi), duhkha dan dosa.
Untuk meningkatkan kualitas
kehidupan di bumi ini ada dinyatakan dalam Bhagawad Gita XIII,8 agar setiap
saat merenungkan enam hal yang disebut sad anu dharsanam. Enam kelemahan itu
kalau tidak direnungkan dapat menimbulkan penderitaan. Tapi kalau direnungkan
baik-baik maka dampak negatifnya dapat diperkecil. Sad anu dharsanam itu
adalah:
Arti kata darsana dalam bahasa Sansekerta
adalah memandang atau pandangan. Hidup ini akan diselenggarakan dengan baik apabila
didasarkan pada pandangan yang baik dan benar. Yang dimaksud sad anu darsanam
adalah merenungkan enam permasalahan hidup sampai mendatangkan pandangan yang
benar tentang maknanya kelahiran di bumi ini.
1.
Janma artinya lahir ke bumi
ini.
Lahir ke bumi hendaknya dipahami sebagai
kesempatan untuk memperbaiki diri lahir dan batin. Kelahiran ke bumi ini
seyogianya dipahami dengan baik melalui perenungan berdasarkan petunjuk kitab
suci dan ilmu pengetahuan. Dengan perenungan itu akan diperoleh wawasan hidup
yang baik dan benar.
Agar perenungan
itu mendatangkan pandangan yang benar, baik dan tepat maka landasannya adalah
kitab suci sabda Tuhan dan ilmu pengetahuan. Tanpa berdasarkan kitab suci dan
ilmu pengetahuan maka hakikat hidup ini tidak dapat dipahami dengan benar dan baik.
Menyelenggarakan kehidupan ini tanpa wawasan makna kelahiran ke bumi ini dapat
disalahgunakan untuk membuat derita diri sendiri dan orang lain.
Dalam hidup ini
kalau kita mampu senantiasa berprilaku berdasarkan dharma maka kitab suci menyebutkan akan memperoleh
kehidupan bahagia di sekala maupun di niskala. Renungan dengan landasan kitab
suci dan ilmu pengetahuan amat diperlukan agar setiap langkah dalam hidup ini
dapat dianalisa dengan cermat untuk terhindar dari prilaku adharma.
2.
Mrtyu artinya siapa saja yang
pernah lahir cepat atau lambat pasti akan mati.
Kapan kita mati
yang pasti tahu hanyalah Tuhan sendiri. Karena mati itu sudah pasti
renungkanlah sejak awal agar mati kita menurut ukuran umum mati secara wajar.
Dalam ajaran Hindu ada yang disebut: mati benar, mati salah pati dan mati ulah
pati.
Semua orang yang
normal tentunya mengharapkan dalam hidupnya agar mati ”bener” artinya mati yang
wajar. Mati yang tidak diharapkan oleh setiap orang normal adalah mati salah
pati dan mati ulah pati. Mati salah pati seperti mati diterkam binatang buas,
mati tenggelam, mati ditimpa pohon, mati tertimbun tanah longsor dan
sejenisnya. Sedangkan mati ulah pati adalah mati bunuh diri.
Umumnya manusia
normal mengharapkan mereka agar Tuhan mentakdirkan mereka ”mati bener” atau mati yang menurut anggapan
umum mati sewajarnya. Untuk mohon mati wajar itulah yang senantiasa direnungkan
dan diupayakan dalam hidup ini. Disamping itu yakinilah sedalam-dalamnya bahwa
Tuhanlah yang maha Tahu tentang diri kita. Dalam perenungan itu upayakanlah
untuk menumbuhkan keyakinan sekuat mungkin bahwa akhirnya Tuhanlah yang
menentukan kapan kita mati. Dengan demikian kita akan senantiasa berhati-hati
dan ikhlas dalam menjalankan hidup ini.
3.
Jara artinya umur tua.
Menjalani hidup
tua dengan usia lanjut bukanlah baru kita renungkan saat kita sudah tua.
Menghadapi usia lanjut hendaknya direnungkan sedini mungkin. Perenungan itu
dimaksudkan agar persiapan untuk menghadapi hari tua baik mental maupun fisik
dilakukan dengan sebaik-baiknya. Usia tua dapat diidentikkan dengan masa
Wanaprstha dalam sistem Catur Asrama.
Dalam Kekawin
Nitisastra dinyatakan saat usia lanjut “tengah tuwuh sawecana gegenta”. Artinya kalau sudah
setengah umur swadharma-nya adalah sebagai penasihat saja. Ikhlaskanlah estapet kehidupan ini pada
generasi muda. Karena itu kalau sudah tua janganlah berebut berbagai peran
kehidupan pada generasi tua. Swadharma orang yang sudah lanjut usia adalah
membagi pengalamannya pada generasi selanjutnya. Dengan demikian hormat
generasi muda pada yang tua akan lebih mudah dapat dicapai. Dengan renungan
yang benar itu derita usia lanjut dapat diminimalkan.
4.
Vyadhi artinya sakit.
Keadaan sakit
itu tidak pernah diharapkan oleh siapa saja. Tetapi sakit itu pernah saja
singgah pada diri siapa saja. Orang bijak mengatakan lebih baik mencegah dari
pada mengobati. Ini artinya mencegah timbulnya penyakit itu hendaknya didalami
benar sejak awal. Karena kesalahan dari awal dalam memelihara kesehatan itu
akan amat sulit ditanggulangi kalau sudah tua. Menanamkan dasar-dasar hidup
sehat hendaknya dilakukan sedini mungkin. Kalau terlambat menyiapkan diri
mencegah suatu penyakit maka seumur hidup kita akan menyesal.
Kehidupan
beragama Hindu seyogianya mendidik umat Hindu untuk membangun hidup sehat sejak
dini. Apa lagi dalam ajaran Weda dikenal adanya ajaran Ayurveda yang khusus
untuk menuntun umat Hindu agar bisa hidup sehat dan bugar atau Swasthya.
Penyebaran ajaran Ayurveda kalah gencar dilakukan oleh umat Hindu dibanding
dengan tatacara berupacara yadnya.
5.
Duhkha artinya sedih atau
derita.
Dinamika hidup
di bumi ini memang suka dan duka. Karena itu konsep hidup bahagia dalam
satra suci Hindu mengatasi suka dan duka. Bhagawad Gita II.15 menyatakan: “sama duhka sukham dhiram”: artinya seimbang dan
tangguhlah menghadapi suka dan duka. Dalam Sloka tersebut dinyatakan barang
siapa yang seimbang dan tangguh menghadapi suka dan duka ia akan mendapatkan
hidup yang bahagia sampai mencapai sorga.
6.
Dosa berasal dari kata dush
artinya melemahkan atau merusak.
Ini artinya
dalam hidup ini ada prilaku manusia yang melemahkan bahkan sampai merusak ada
yang menguatkan. Manusia hendaknya senantiasa memikirkan dalam-dalam agar jangan
berbuat untuk melemahkan dirinya dengan berbuat dosa yang menjauhkan hidup ini
pada hidup bahagia apalagi sorga. Dengan merenungkan sebelum berbuat kita akan
lebih mampu menghindari dari dosa.
* Disadur dari tulisan I Ketut Wiana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar