Selasa, 16 Oktober 2012

Seorang Penjual Bunga


Ada sebuah perumpamaan bagus yang ada dalam kitab Parasara dan sangat menarik untuk direnungkan oleh seorang pemimpin atau calon pemimpin.  Seorang pemimpin hendaknya menjadi seperti tukang merangkai bunga, jangan seperti penjual arang yang rakus menebang pohon untuk dijadikan arang.

Puspam puspam vicinuyam
mulacchedam na karayet
Malakara ivodyane na
tathangara karakah
(Parasara Dharmasastra.1.60)

Maksudnya: Ibarat seorang tukang bunga merangkai karangan bunga, hanya memetik sekuntum bunga saja pada setiap pohon bunga dalam kebun. Demikian pulalah pemimpin mendapatkan pendapatan sesuatu dari penentuan keputusan atau kebijakan yang ringan tanpa memberatkan siapapun. Ia tidak berbuat seperti tukang arang yang menebang seluruh pohon dalam hutan dan memusnahkannya menjadi arang.
Perumpamaan ini sangat patut mendapat perhatian kita semua. Sebuah tempat dengan segala penghuni di dalamnya ibarat taman dengan bunga-bunga yang tumbuh dalam taman. Kita ambil contohnya sebuah negara. Tanpa dukungan warga negara, makan negara itu pasti ambruk. Memang negara dibentuk untuk melayani warga agar mendapatkan kehidupan yang aman dan sejahtera.

Demikianlah peran seorang pemimpin disana haruslah menjadi pengayom yang baik bagi bawahannya. Bawahan dan karyawan yang memiliki kesempatan menjadi pejabat atau atasan haruslah menjadi pelayan dan pengayom bagi bawahan dan karyawannya yang lain. Jangan sebaliknya, bawahan menjadi pelayan dan sapi perah dari pejabat atau atasan. Ada pemimpin yang sering memberatkan bawahannya atau karyawannya, memperlakukan karyawan dengan tidak sepantasnya. Bahkan ada pula pemimpin yang bersenang-senang di atas pengorbanan dan pelayanan dari bawahannya.

Karakter kepemimpinan yang demikian itulah ibarat pedagang arang yang akan menggerogoti kayu-kayu dalam hutan satu demi satu. Untuk membuat arang, tidak mungkin menggunakan daun atau bunga dari kayu itu. Arang dibuat dari batang kayu. Cepat atau lambat kayu-kayu dalam hutan akan habis ditebangi. Kalau hutan menjadi gundul, bencana pun akan datang merusak kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Untuk kelangsungan kehidupan yang baik, seorang pemimpin hendaknya seperti tukang atau perangkai bunga. Bunga-bunga dalam taman itu hendaknya dipelihara dengan baik. Jika dipelihara dengan baik, itu akan tumbuh subur dan menghasilkan bunga-bunga yang indah. Bunga-bunga yang sudah mekar dengan indahnya itulah dipilih untuk dirangkai. Bunga yang mekar itu itu jangan dipetik sembarangan. Karena yang dipetik hanya bunganya, tentu pohonnya akan tetap utuh menumbuhkan bunga.

Demikianlah ibaratnya, seorang pemimpin hendaknya merawat bawahan dan orang-orang disekitarnya ibarat merawat bunga-bunga dalam taman. Setelah bunga itu subur dan menumbuhkan bunga-bunga yang indah, barulah dipetik dengan terpilih. Konon dewasa ini masih ada pemimipin-pemimpin yang bagaikan pedagang arang. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar