Warga Hindu di Bali dan orang
Bali yang berada di luar Bali mengenal ada banyak jenis upacara. Ada yang
menyebutkan upacara Rsi Gana itu bukan sebagai caru atau bhuta yadnya,
melainkan digolongkan ke dalam dewa yadnya. Alasannya, Rsi Gana bukan untuk
mengharmoniskan alam lewat proses somya,
melainkan pemujaan kepada Ganapati sebagai Wigneswara agar terhindarkan dari
berbagai rintangan. Menurut Ida Pandita Dukuh, yang manakah betul sesungguhnya,
apakah Rsi Gana itu upacara tergolong bhuta yadnya ataukah dewa yadnya?
Made A Dwipranatha
Sidemen, Karangsem
Jawab :
Sebagaimana Saudara Made
sebutkan, dalam upacara agama Hindu memang ada dikenal istilah Rsi Gana. Patut
dipahami terlebih dulu bahwa Rsi Gana itu bukanlah caru, melainkan suatu bentuk
pemujaan kepada Gana Pati (Penguasa/Pemimpin para Gana) sebagai Wigneswara
(raja atas halangan). Upacara ini diselenggarakan dengan tujuan supaya manusia
terhindar dari berbagai halangan.
Namun penyelenggaraan upacara Rsi
Gana memang tidak pernah terlepas dari penggunaan caru sebagai landasan upacaranya,
sehingga seolah-olah Rsi Gana itu sama dengan caru—kebanyakan orang menyebut
dengan istilah caru Rsi Gana. Padahal antara Rsi Gana dengan caru itu terpisah
adanya. Upacara Rsi Gana bisa diikuti berbagai macam caru. Adapun jenis caru
yang mengikuti upacara Rsi Gana ini tergantung tingkatan Rsi Gana bersangkutan.
Misalkan, Rsi Gana Alit diikuti dengan caru ekasata yang lazim dikenal dengan
sebutan ayam abrumbunan (seekor ayam dengan bulu lima jenis warna). Rsi Gana
Madya diikuti dengan caru panca sata (lima ekor ayam dengan bulu berbeda).
Adapun Rsi Gana Agung diikuti dengan caru panca kelud, yakni menggunakan seekor
kambing sebagai dasar kurban caru.
(Ida Pandita Dukuh Acharya Dhaksa)
Sumber: Hindu Bali
Tidak ada komentar:
Posting Komentar