Mengakui sebuah kesalahan dan meminta maaf bukanlah sebuah wajah indah, tetapi adalah sebuah budaya yang sangat mulia. Kejujuran mengakui sebuah kekurangan diri, walau nampak tidak cantik juga sangat mulia. Bukankah sebuah kebenaran tiada manusia yang sempurna?.
Budaya berani mengakui kelebihan orang lain, respek, dan memberikan penghargaan yang pantas kepada mereka, walau terkesan merendahkan diri juga adalah sesuatu yang mulia.
Mengulurkan tangan kepada sang pemenang dan mengucapkan selamat adalah budaya yang amat luhur. Kalah juga bukanlah sebuah kehinaan. Bukankah karena ada yang kalah makanya baru akan ada pemenang?. Kalahpun adalah sesuatu yang terhormat.
Kebenaran memang tidak selalu manis, tidak selamanya gurih dan enak. Kebenaran atau kenyataan-kenyataan yang dialami dalam kehidupan terkadang memang asam, kecut dan bahkan tak jarang pula terasa pahit, namun harus dihadapi dan ditelan. Kenyataan seperti itu sama halnya ketika dalam upacara potong gigi, semua rasa yang ada harus kita cicipi, apa adanya dan tidak semuanya manis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar