Kamis, 29 November 2012

Kisah Prithu: Kemurahan Hati Prthwi Sang Ibu Bumi


Kala Prithu dilahirkan musik surgawi terdengar dan semua dewa menyambut kelahiran Prithu. Brahma berkata bahwa Prithu membawa tanda lahir cakra pada telapak tangannya dan tanda bunga teratai pada kakinya. Prithu adalah penjelmaan Narayana untuk melindungi dunia. Setelah Prithu dewasa dia dinobatkan sebagai raja dan seluruh alam semesta membawa hadiah untuk sang raja. Akan tetapi Prithu tak mau dipuji karena dia belum punya pengalaman untuk memerintah kerajaan. Prithu berkata bahwa dia mau dipuji saat dia nanti berhasil sebagai raja dunia. Prithu mengakui bahwa dia menjadi raja dalam kondisi yang sangat sulit. Ia mengetahui bahwa rakyatnya sangat lemah dan dalam kondisi kelaparan yang parah. Rakyatnya berkata, “Wahai raja pelindung dunia kami menderita kelaparan, berilah kami makanan. Kami dimakan oleh rasa lapar seperti pohon yang dimakan oleh api yang tersembunyi dalam batangnya. Kami telah diberitahu oleh para resi bahwa kau dilahirkan untuk melindungi kami. Lindungilah kami wahai raja!”

Prithu berpikir keras dan akhirnya menemukan penyebab dari kelaparan rakyatnya. Ibu Bumi telah menelan semua tanaman yang mengandung makanan, dan semua benihnya dan tidak dibiarkan tumbuh. Prithu sampai pada keputusan untuk menghukum Ibu Bumi. Ia memungut busur dewatanya dan mengarahkan anak panahnya ke arah Ibu Bumi. Ibu Bumi mewujud sebagai sapi yang melarikan diri menjauhi Prithu. Ibu Bumi tahu bahwa anak panah tersebut dapat menghabisi nyawanya. Ibu Bumi begitu panik sehingga permukaan bumi terasa menggigil, terjadi gempa di mana-mana. Prithu mengejarnya kemana saja Ibu Bumi melarikan diri. Ibu Bumi tak dapat menemukan tempat berlindung, sehingga akhirnya dia memutuskan untuk menemui Prithu dan bersujud di hadapannya. “Wahai raja dunia, aku berlindung padamu. Engkau adalah raja yang adil dan mestinya Engkau tidak mengganggu seorang perempuan sepertiku. Sekalipun bersalah seorang perempuan tidak harus dibunuh. Mengapa Engkau berusaha membunuhku, padahal aku tidak berbuat kejahatan terhadapmu? Dan jika Engkau membunuhku dimana Engkau akan meletakkan kerajaan-Mu?

Prithu berkata, “Engkau telah melakukan kesalahan, itulah sebabnya aku harus menghukummu. Di dalam upacara persembahan yang dilakukan manusia, engku mendapatkan bagianmu. Akan tetapi engkau tidak memberi manusia makanan. Dalam wujud sapi engkau makan rumput akan tetapi engkau tidak memberikan susu kepada manusia. Engkau sudah mengabaikan peraturan yang dibuat olehku. Maka aku perlu menghukummu. Hukum harus ditegakkan di atas dunia. Engkau juga telah menyembunyikan tanaman obat pemberian Brahma. Rakyatku menjadi menderita karenanya. Seseorang yang tidak berpikir tentang kebaikan terhadap orang lain harus dibunuh oleh seorang raja. Perbuatan tersebut bukan perbuatan adharma. Dagingmu akan kubagikan kepada manusia dan aku tidak cemas tentang tempat kerajaanku yang musnah, dengan yogaku aku mampu mendirikan kerajaanku.”

Ibu Bumi gemetaran karena ketakutan dan berkata, “Aku tahu Engkau adalah titisan Narayana. Engkau sudah menciptakan aku, sehingga aku menjadi rumah bagi seluruh kehidupan. Engkau sudah menjadikan aku sebagai ibu bagi semua makhluk. Manakala aku tenggelam dalam lautan di dunia bawah, Engkau mewujud sebagai Waraha Awatara mengangkat aku ke atas. Akan tetapi sekarang Engkau mengangkat anah panah yang mengerikan. Tindakan baginda raja tak dapat dipahami oleh aku yang bodoh. Kasihanilah aku. Dengarkanlah aku dulu wahai raja dunia. Seekor lebah dengan gigih mengumpulkan sari bunga dari berbagai bunga untuk membuat madu. Manusia yang bijaksana akan mengumpulkan berbagai fakta kebenaran dari banyak pikiran berbeda-beda untuk merumuskan kebijaksanaannya. Demikian juga untuk mendapatkan yang terbaik dariku diperlukan upaya yang gigih.” Prithu menyimak dengan seksama kata-kata Ibu Bumi. Dan, Ibu Bumi melanjutkan, “Para resi telah menetapkan beberapa tugas bagi manusia. Beberapa upacara persembahan dilakukan untuk mendapatkan hasil yang baik. Mereka yang sudah mengikuti kebenaran ini, mereka yang sudah mengikuti peraturan yang berasal dari zaman dahulu ini dengan sungguh-sungguh, telah mampu memperoleh manfaatnya.”

Tanaman dan hewan memberikan banyak persembahan kepada makhluk lainnya. Sumber makanan lebah adalah nektar dari bunga-bungaan. Karena bunga hanya mekar pada musimnya, maka lebah menyimpan nektar yang mereka kumpulkan dengan menambah cairan khusus yang dikeluarkan oleh tubuh mereka untuk dipergunakan sebagai makanan pada saat pohon tidak berbunga. Campuran yang bergizi inilah yang disebut madu. Untuk menjaga kualitasnya, temperatur madu dipertahankan sekitar 350C. Pada waktu kondisi panas mereka berkumpul untuk mengipasi madu dengan sayapnya. Untuk mencegah makhluk asing masuk mereka mempunyai penjaga yang akan mengusir mereka yang mengganggu. Agar bakteri tidak mengganggu, mereka mengeluarkan ”resin” yang sekaligus dapat mengeraskan sarang mereka. Pertanyaannya adalah mengapa lebah membuat madu berlebihan yang jauh melebihi kebutuhan dirinya? Bahkan menjaga kemurnian madunya yang sebagian besar justru dipersembahkan kepada manusia?  Ayam bertelur sebutir setiap hari, dan tidak semuanya dipergunakan untuk meneruskan kelangsungan jenisnya. Sapi juga memproduksi susu melebihi kebutuhan untuk anak-anaknya. Padi di sawah menghasilkan butir-butir gabah yang jauh melebihi kepentingan untuk mempertahankan kelangsungan kehidupan kelompoknya. Pohon mangga juga menghasilkan buah mangga yang jauh lebih banyak dari yang diperlukan untuk mengembangkan jenisnya. Pohon singkong memberikan pucuk daunnya untuk dimakan manusia, akar ubinya pun juga dipersembahkan, mereka menumbuhkan singkong generasi baru dari sisa batang yang dibuang. Sifat alami alam adalah penuh kasih terhadap makhluk lainnya. Lebih banyak memberi kepada makhluk lainnya.

Ibu Bumi melanjutkan, “Akan tetapi seiring dengan berjalannya waktu, orang jahat seperti Wena mulai memerintah aku. Kebejatan merajalela di permukaanku. Para penjahat dan pemimpin lalim menggangguku dan tak ada manusia yang melindungiku. Aku diabaikan oleh semua orang. Tak ada manusia yang memperdulikanku. Aku berpikir bahwa tanaman obat dan tanaman berharga yang lain pemberian Brahma tak layak bagi manusia seperti mereka. Aku berpikir manusia di atas bumi tidak cocok untuk mencicipi benihku sehingga aku menelannya. Ikan-ikan di laut pun sudah kusembunyikan. Para manusia yang telah membuat peraturan-peraturan lokal yang tidak selaras dengan alam, telah kurendam dengan samuderaku. Di wilayah-wilayah yang dikuasai oleh pemerintahan yang hanya mencari keuntungan bagi negerinya sendiri, telah kugetarkan kulitku agar mereka segera menyadari kesalahan-kesalahan yang mereka perbuat. Dimana ada pemerintahan lokal yang membiarkan kelompok yang menggunakan kekuasaan mayoritasnya dengan semena-mena untuk menindas kelompok kecil, kugoyangkan tubuhku pula. Bencana yang terjadi adalah akibat dari perbuatan manusia sendiri.

Sekarang tugasmu adalah mendapatkan yang terbaik dariku. Jika Engkau mendapatkan cara yang tepat, Engkau akan memperoleh semua kebutuhanmu. Aku menyediakan sekor anak sapi yang akan memberi susu. Sediakanlah wadah yang sesuai sebagai tempat perahan susunya. Carilah manusia yang tepat untuk memerah susunya. Bendunglah lembahku agar hujan dari langit tidak dibiarkan begitu saja mengalir tanpa manfaat ke samudera. Manfaatkan untuk pertanian, perikanan dan sumber air di musim kemarau.” Prithu mendengarkan kata-kata Ibu Bumi dan anak panahnya dilepaskan dari busurnya serta diselipkan di punggungnya. Ia mengatakan, “Kamu betul Dewi! Adalah tugasku untuk menemukan cara untuk memperoleh yang terbaik darimu. Engkau sangat sabar menghadapi keangkuhan dan kejahatan manusia seperti Wena, leluhurku. Jangan berduka. Aku akan mendapatkan cara untuk memperoleh manfaat darimu dan aku merawatmu sebaik-baiknya.” Setelah melakukan meditasi, Prithu menjadikan Manu sebagai anak sapi dan menjadikan dirinya sebagai tukang perah. Keluar dari anak sapi tersebut tanaman obat beserta benih-benihnya. Prithu berkata kepada semua makhluk agar memperoleh anak sapi dan juga pemerah susu yang sesuai dengan kebutuhannya.

Para resi kemudian memerah susu pengetahuan dari anak sapi Brihaspati. Periuk penampungnya adalah ucapan, pendengaran dan pikiran. Para dewa memerah anak sapi Indra untuk mendapatkan kelembutan, keberanian, kekuatan pikiran dan kekuatan fisik. Para asura memerah anak sapi Prahlada untuk memperoleh ilmunya. Para gandharwa memerah anak sapi Wishwawasu untuk memperoleh musik yang merdu. Para pitri memerah anak sapi Aryama untuk memperoleh makanan bagi para leluhur. Para siddha yang suci memerah anak sapi Kapila untuk memperoleh siddhi, kekuatan yang diperoleh dari olah batin. Para raksasa memerah anak sapi Rudra untuk memperoleh kesaktian. Binatang melata memerah anak sapi Taksaka untuk memperoleh racun. Para sapi memerah anak sapi banteng untuk memperoleh rumput. Para pohon memerah anak sapi Pohon Pipal untuk memperoleh getah kehidupan. Pegunungan memerah anak sapi Himalaya untuk memperoleh barang-barang tambang berharga. Semua makhluk memperoleh susu terbaik yang mereka perlukan. Prithu sangat senang atas kemurahan Ibu Bumi atas kemurahan hatinya yang selalu memberikan hadiahnya kepada semua makhluk. Ibu Bumi dijadikan putri terkasih Prithu, sehingga mulai saat itu Ibu Bumi disebut Prthwi, Pertiwi, putri Prithu. Para leluhur kita memanggilnya sebagai Ibu Pertiwi. Prithu adalah raja agung yang pernah memperoleh kecintaan dari seluruh makhluk di dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar