Jumat, 31 Agustus 2012

Aku Bukan Burung Bangau


Seorang pria suci bernama Kaushika telah memperoleh kekuatan rohani yang besar. Suatu hari, ia duduk di bawah pohon melakukan meditasi. Seekor burung bangau di atas pohon membuang kotorannya dan mengotori kepala Kushika. Kaushika melihat ke atas dengan marah, dan kemarahannya menewaskan burung itu seketika. Orang suci itu sedih ketika ia melihat burung itu mati tergeletak di tanah.

Beberapa waktu kemudian, ia pergi seperti biasa untuk mengemis makanan dan berdiri di depan pintu sebuah rumah. Ibu rumah tangga itu sibuk melayani suaminya makan dan sepertinya membiarkan orang suci itu menunggu di luar. Setelah suaminya diberi makan, ia keluar dengan makanan, mengatakan, "Aku minta maaf karena telah membuat engkau menunggu lama. Maafkan aku." 
Tapi Kaushika, terbakar oleh kemarahan, berkata: "Wanita, engkau telah membuat aku menunggu lama. Ini tidak adil."
"Tolong maafkan aku," kata wanita itu. "Aku sedang melayani suamiku yang sakit sehingga menyebabkan
keterlambatan."
"Sangat baik untuk melayani suami," jawab Kaushika, "tapi kau tampaknya menjadi wanita yang sombong."
"Aku membiarkan engkau menunggu hanya karena aku patuh melayani suamiku yang sakit," jawabnya.
"Tolong jangan marah padaku. Aku bukan burung bangau untuk dibunuh oleh pikiran marahmu. Kemarahanmu tidak bisa melukai seorang wanita yang mengabdikan dirinya untuk melayani suami dan keluarganya."

Kaushika terkejut. Dia bertanya-tanya bagaimana wanita itu tahu tentang kejadian burung bangau itu. Wanita itu melanjutkan: "Wahai orang hebat, engkau tidak tahu rahasia tugas, bahwa kemarahan adalah musuh terbesar yang berdiam di dalam diri manusia. Pergilah ke desa Rampur di Mithilā dan belajarlah rahasia melakukan satu tugas dengan pengabdian dari Wyādha Rāja"

Kaushika pergi ke desa itu dan bertemu dengan pria bernama Wyādha Rāja. Dia terkejut mengetahui pria ini menjual daging di toko daging. Penjual daging itu bangkit dari tempat duduknya dan bertanya: "Tuan apakah tuan dalam keadaan baik? Apakah wanita suci itu mengirim tuan ke sini? Aku tahu mengapa tuan datang. Mari ke rumahku." Si tukang daging mengajak Kaushika ke rumahnya di mana Kaushika melihat keluarga yang bahagia dan sangat kagum dengan kasih dan penghargaan yang dilakukan tukang daging dalam melayani orangtuanya.

Kaushika mengambil pelajaran dari tukang daging bagaimana melakukan tugas. Wyādha Rāja tidak membunuh binatang; ia tidak pernah makan daging. Dia hanya melanjutkan bisnis keluarganya setelah ayahnya pensiun. Setelah itu, Kaushika kembali ke rumahnya dan mulai melayani orang tuanya, tugas yang ia telah abaikan sebelumnya.

Moral dari cerita ini adalah bahwa engkau dapat mencapai kesempurnaan rohani dengan melakukan kewajiban apa pun dalam hidupmu dengan jujur. Ini adalah pemujaan sejati kepada Tuhan. (B.Gita XVIII,46). Tuhan hidup dalam diri kita semua dan membimbing kita untuk bekerja sesuai dengan Karmā kita sendiri. (B.Gita XVIII,61) Lakukan upaya terbaikmu, dan dengan senang hati terima hasil sebagai kehendak-Nya. Ini disebut pasrah kepada Tuhan. (B.Gita XVIII,66). Karunia pengetahuan rohani adalah hadiah terbaik karena tidak adanya pengetahuan spiritual merupakan penyebab dari semua kejahatan di dunia. Menyebarkan pengetahuan spiritual merupakan pelayanan tertinggi kepada Tuhan. (B.Gita XVIII.68-69). Kedamaian abadi dan kekayaan bisa dicapai hanya jika engkau melakukan tugas dengan baik dan juga memiliki pengetahuan spiritual yang diberikan dalam Weda yang suci ini oleh Tuhan. (B.Gita XVIII,78)

1 komentar: