Senin, 12 November 2012

Kendali Kemarahan


Kemarahan tanpa kendali akan menghancurkan diri sendiri. Saat seseorang marah, ia mengaktifkan beberapa kelenjar dalam tubuhnya. Hal ini menyebabkan terjadinya kelimpahan adrenalin dan beberapa hormon stres yang lain, dengan efek-efek yang nyata pada fisik Anda. Wajah menjadi merah, tekanan darah semakin tinggi, nada suara kita menjadi tinggi, pernafasan kita menjadi cepat, detak jantung tidak teratur dan otot-otot kaki maupun tengan mulai tegang. Seluruh tubuh kita merasakan perubahan semacam ini. Apabila seseorang sering marah, keadaan itu akan berulang terus dan pada akhirnya dapat menimbulkan masalah-masalah kesehatan yang serius. Situasi seperti ini dapat menyebabkan timbulnya penyakit-penyakit seperti tekanan darah tinggi, stroke, penyakit jantung, maag, dan lain sebagainya. Karena itu, demi kebaikan Anda sendiri, hendaknya Anda mengendalikan emosi kemarahan ini.

Ada tiga cara untuk menangani kemarahan. Yang pertama adalah dengan cara mengekspresikannya. Para ahli ilmu berpendapat bahwa ini adalah cara yang terbaik. Dengan menyatakan atau mengekspresikan kemarahan, kita membagi beban pikiran kita dengan orang lain dan karena beban atau sebagian beban itu terangkat dari kita, kita lalu merasakan ketenteraman. Pendapat itu memang benar, namun keadaan semacam ini tidak langgeng. Kita tidak pernah bebas dari kegelisahan. Pada akhirnya, kemarahan menjadi kebiasaan dan Anda menjadi budak amarah. Anda menjadi budaknya dan amarah adalah atasan yang kejam. Saya pernah mendengar tentang seorang ibu yang membakar anaknya hanya karena marah.

Cara kedua adalah dengan menahan atau menekan kemarahan. Ini pun tidak bagus, karena menekan kemarahan hanya memaksanya untuk menjadi bagian dari alam bawah sadar kita, dan dapat membahayakan kita. Cara ketiga dan cara yang benar adalah dengan memaafkan. Maafkan dan bebaskan diri Anda dari kegelisahan! Setiap malam sebelum tidur, renungkan kembali sejenak kejadian-kejadian sepanjang hari yang telah Anda lalui. Apakah ada seseorang yang menipu Anda? Apakah ada yang menyinggung perasaan atau menghina Anda? Kalau ada, ucapkan namanya dan katakan, “Sdr. X, saya maafkan Anda.”

Cara yang paling baik dan paling pasti untuk mengendalikan kemarahan adalah dengan menyadari jati-diri. Begitu sadar siapa sebenarnya Anda ini, Anda tidak dapat marah lagi. Karena mengidentifikasikan diri kita dengan badan kasar ini, maka kita menjadi marah. Kesadaran yang memisahkan menjadi sebab kemarahan. Begitu Anda sadar bahwa Anda sebenarnya adalah Jiwa Yang Universal, yang berada dalam diri setiap orang, Anda tidak dapat marah lagi.

Saran Praktis Kedua. Kembangkan kemauan Anda untuk mengendalikan kemarahan. Sadarlah akan kegunaan kemarahan. Dalam keadaan marah, mungkin kita tidak menyakiti orang lain, namun bagaimanapun kita menyakiti diri sendiri. Dalam Bhagawad Gita, kita baca, “Manusia adalah kawan dan musuh bagi dirinya sendiri.” Sewaktu amarah memperbudak diri saya, saya menjadi musuh bagi diri saya sendiri. Kalaupun kita tidak menyakiti orang lain, namun dengan membiarkan racun kemarahan meracuni darah kita, kita sebenarnya merugikan diri kita sendiri.

Saran Praktis Ketiga. Pujilah Tuhan atas segala sesuatu yang diberikan kepada Anda. Apakah Anda pernah bertanya pada diri sendiri: Apa yang menjadi sebab utama kemarahan? Sebab utama kemarahan adalah mementingkan diri sendiri. Saya ingin sesuatu terjadi sesuai dengan keinginan saya, namun ternyata tidak terjadi demikian. Saya menjadi marah. Apabila keinginan kita tidak dapat terpenuhi, kita menjadi marah.

Saran Praktis Keempat. Apabila Anda ingin mengendalikan kemarahan, Anda harus mohon bantuan kekuatan yang Paling Tinggi, yaitu Tuhan. Saran Praktis Kelima. Hindarilah kejadian-kejadian yang menimbulkan kemarahan. Kapan saja, apabila Anda berada dalam suatu situasi yang dapat menimbulkan amarah, hindarilah situasi itu. Saran Praktis Keenam. Jangan tergesa-gesa. Ketergesaan adalah ibu kemarahan, kebencian adalah ayahnya. Jangan terburu-buru untuk berbuat sesuatu. Jangan terlalu tergesa-gesa. Sewaktu bekerja, lakukanlah dengan tenang.

Saran Praktis Ketujuh. Apabila Anda merasakan amarah akan datang, tutup rapat mulut Anda, jangan dibuka. Kebanyakan problem kita dapat diatasi, apabila kita tidak membuka mulut. Kita ingin menjelaskan sesuatu, namun dalam proses penjelasan, kita justru memperuncing masalah. Kebenaran mempunyai cara sendiri untuk menampakkan. Saran Praktis Kedelapan. Apabila Anda tidak dapat menutup mulut, sebaiknya bersenandung, menyanyi kecil. Saran Praktis Kesembilan. Apabila Anda dalam keadaaan marah, minumlah segelas air atau melakukan gerak jalan ataupun jogging. Yang penting energi emosi yang telah bangkit dalam diri Anda harus terbakar habis dan Anda akan tenang kembali.

Saran Praktis Kesepuluh. Hitunglah sampai 10, apabila emosi tetap membara, hitung sampai 100. Bila sedang dilanda kemarahan lalu mengucapkan huruf-huruf berbicara. Saran Praktis Kesebelas. Kembangkan humor. Saran Praktis Keduabelas. Kembangkan hati yang penuh pengertian. Taruhlah diri Anda pada posisi lawan Anda, sebelum memarahinya. Berusahalah untuk memahami posisinya. Sering sekali, kita mencapai suatu kesimpulan, yang seringkali salah. (“Bersama J.P Waswani, Hidup Damai & Ceria”, Anand Krishna, Gramedia Pustaka Utama, 2002)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar