Jumat, 09 November 2012

Kisah Pertobatan Nahusa


Pururawa mempunyai Putra bernama Ayu. Dan Nahusa adalah putra Ayu yang menggantikan tahta sebagai raja. Nahusa adalah seorang raja yang baik dan bijaksana. Kekayaannya tak terukur dan wilayah kekuasaanya sangat luas. Nahusa melakukan beberapa yajna dan sudah dianggap setara dengan Indra.

Pada saat Indra membunuh Brahmana Asura Wiswarupa yang pernah membantu para dewa, hanya karena sebagai asura dalam pemujaannya mendahulukan asura daripada dewa, maka Indra telah melakukan Brahmahatya, pembunuhan brahmana. Dikisahkan Indra berbagi akibat kesalahan membunuh seorang brahmana kepada tanah, air, pohon dan wanita. Karena itu sebagian tanah menjadi gurun, sebagian pohon mengeluarkan getah yang dilarang diminum, sebagian air saat menjadi gelembung tidak dapat dimanfaatkan, dan wanita tak tersentuh saat periode datang bulannya. Selanjutnya pada saat Indra membunuh Writra seorang brahmana asura titisan dari Raja Chitraketu yang berjiwa besar, maka kesalahan Indra sangat besar. Bumi tidak lagi sanggup menanggung kesalahan Indra seperti kala membunuh Wiswarupa. Para resi menyampaikan kepada Indra, bila dia melakukan ritual Aswamedha maka kekhawatiran akan hilang. Apalagi Indra membunuh demi kebaikan.

Dikisahkan bahwa Brahmahatya seakan-akan mengejar-ngejar Indra untuk membalas dendam dan Indra sangat menderita karena perasaan tersebut. Indra melarikan diri dan masuk Danau Manasa yang dijaga oleh Laksmi dan Brahmahatya tidak bisa mendekati danau tersebut. Selama seribu tahun Indra berlindung di danau Manasa dan Indra kemudian melakukan tapa selama seribu tahun di Danau Manasa. Setelah melakukan tapa penebusan dosa selama seribu tahun, Indra akhirnya dibersihkan dari Brahmahatya dan dipanggil ke surga oleh Brahma. Selama ketidakhadiran Indra, Raja Nahusa telah diminta para dewa untuk memerintah para dewa di surga seperti halnya Indra.

Dengan  berjalannya waktu, Nahusa menjadi angkuh. Ia menyimpang dari kebenaran karena mulai mabuk dengan kekuasaan. Selama Nahusa menjadi caretaker Indra dia dihormati dan pergi ke mana pun selalu memakai tandu yang dipanggul para resi. Dan, Nahusa lupa bahwa para resi menghormati pada statusnya sebagai pejabat sementara Raja Dewa. Nahusa mabuk kekuasaan. Bahkan dia mulai berkeinginan mengambil Saci, istri Indra sebagai istrinya. Dia menyuruh para resi memanggul tandu menuju tempat Saci. Nahusa tidak sabar dengan jalannya para resi dia berkata, “Lebih cepat, lebih cepat, Sarpa, Sarpa!”

Resi Agastya mengetahui apa yang ada dalam pikiran Nahusa, dan segera menghentikan tandu dan berkata. “Kamu tidak mengetahui apa yang sedang kamu katakan dan apa yang akan kamu lakukan. Kamu akan menjadi sarpa, bukan sarpa yang dapat bergerak untuk mendapatkan makanannya. Akan tetapi, kamu akan menjadi ular sanca yang harus menunggu makanannya datang. Kamu akan berada di hutan Dwaitawana, hutan dualitas selama ribuan tahun!” Ketika dikutuk Resi Agastya, Nahusa dibersihkan dari keangkuhannya dan kemudian dengan kerendahan hati Nahusa berkata, “Aku layak mendapat hukuman yang lebih buruk. Mohon berkahi diriku!” Resi Agastya sadar bahwa semuanya harus terjadi, dia hanyalah “Alat” dari Gusti Yang Maha Kuasa. Resi Agastya berkata, “Kutukan tidak dapat ditarik. Kamu akan lepas dari kutukan pada zaman Dwapara Yuga. Dalam garis keturunanmu akan ada kesatria agung bernama Yudistira. Ia merupakan “amsa” dari Dharma. Ia akan melepaskanmu dari kutukan dan pikiranmu menjadi jernih kembali. Dan, kamu akan kembali ke surga.

Dikisahkan di zaman Dwapara Yuga. Pada suatu hari, saat Pandawa berada dalam pengasingan, mereka sangat haus dan meminta Sadewa untuk mendapatkan air dari telaga di dekat tempat tersebut. Ketika Sadewa tidak kembali maka satu per satu, Nakula, Arjuna, Bhima diminta pergi mencari air. Akhirnya Yudistira sendiri mengikuti jejak keempat saudaranya dan menemukan mereka tergeletak tewas di dekat telaga. Tiba-tiba, Yudistira mendengar suara yaksha yang memperingatkan dia untuk tidak minum air dari telaga sebelum menjawab pertanyaan sang yaksha. Jika langsung minum dan tidak menjawab pertanyaannya lebih dahulu, maka ia pun akan mati seperti semua saudaranya. Yudhishtira setuju untuk menjawab pertanyaan sang yaksha.
Berikut adalah tanya jawab antara sang yaksha dengan Yudhistira.
Apa yang membuat matahari bersinar setiap hari?
- Kekuatan Brahman.
Apa yang menyelamatkan seseorang dari bahaya?
- Keberanian.
Mempelajari lmu pengetahuan apa agar manusia menjadi bijak?
- Seorang manusia tidak memperoleh kebijaksanaan hanya dengan mempelajari sastra (ilmu kebijaksanaan), tetapi dengan bergaul dengan orang bijak.
Apakah ada yang lebih mulia dari bumi?
- Para ibu yang melahirkan dan merawat anak-anaknya.
Apa yang lebih tinggi dari langit?
- Sang ayah.
Apa yang lebih cepat daripada angin?
- Pikiran.
Apa yang lebih menderita dibanding jerami kering?
- Sebuah hati yang sedih.
Apakah teman perjalanan?
- Belajar.
Siapa teman yang tinggal di rumah?
- Istri.
Siapa yang menyertai seorang manusia setelah kematian?
- Dharma menyertai perjalanan jiwa setelah kematian.
Apa itu kebahagiaan?
- Kebahagiaan adalah buah perilaku yang baik.
Apa yang setelah dibuang membuat manusia dicintai oleh semua orang?
- Kebanggaan.
Apa yang membuat seseorang bersukacita kala kehilangan darinya?
- Kemarahan.
Kehilangan apa yang membuat seorang manusia menjadi kaya?
- Keinginan.
Apa yang membuat seseorang menjadi Brahmana, dari kelahiran, perilaku baik atau dari belajar?
- Baik kelahiran maupun pembelajaran tidak membuat seseorang menjadi Brahmana, hanya perilaku yang baik yang membuatnya menjadi Brahmana.
Apa keajaiban terbesar di dunia?
- Keajaiban terbesar adalah bahwa meskipun manusia setiap saat melihat makhluk hidup mati tetapi mereka masih memiliki anggapan untuk hidup selamanya.

Akhirnya, Sang Yaksha mengakui ketepatan jawaban Yudistira, namun ia hanya sanggup menghidupkan satu orang saudaranya. Kemudian Yudistira memilih Nakula untuk dihidupkan kembali. Sang Yaksha heran karena Nakula adalah adik tiri, bukan adik kandungnya. Yudistira menjawab bahwa dirinya harus berlaku adil. Ayahnya, Pandu memiliki dua orang istri. Karena Yudistira lahir dari Kunti, maka yang dipilihnya untuk hidup kembali harus putera yang lahir dari Madrim, yaitu Nakula. Sang Yaksha terkesan pada keadilan Yudistira. Ia pun kemudian menghidupkan semua Pandawa, karena Yudistira tidak hanya pandai bicara tentang kebijaksanaan tetapi juga melakoninya. Sang Yaksha kembali ke wujud aslinya yaitu Nahusa, leluhur Yudistira sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar