Kala Prithu
dilahirkan musik surgawi terdengar dan semua dewa menyambut kelahiran Prithu.
Brahma berkata bahwa Prithu membawa tanda lahir cakra pada telapak tangannya
dan tanda bunga teratai pada kakinya. Prithu adalah penjelmaan Narayana untuk
melindungi dunia. Setelah Prithu dewasa dia dinobatkan sebagai raja dan seluruh
alam semesta membawa hadiah untuk sang raja. Akan tetapi Prithu tak mau dipuji
karena dia belum punya pengalaman untuk memerintah kerajaan. Prithu berkata
bahwa dia mau dipuji saat dia nanti berhasil sebagai raja dunia. Prithu
mengakui bahwa dia menjadi raja dalam kondisi yang sangat sulit. Ia mengetahui
bahwa rakyatnya sangat lemah dan dalam kondisi kelaparan yang parah. Rakyatnya
berkata, “Wahai raja pelindung dunia kami menderita kelaparan, berilah kami
makanan. Kami dimakan oleh rasa lapar seperti pohon yang dimakan oleh api yang
tersembunyi dalam batangnya. Kami telah diberitahu oleh para resi bahwa kau
dilahirkan untuk melindungi kami. Lindungilah kami wahai raja!”
Prithu
berpikir keras dan akhirnya menemukan penyebab dari kelaparan rakyatnya. Ibu
Bumi telah menelan semua tanaman yang mengandung makanan, dan semua benihnya
dan tidak dibiarkan tumbuh. Prithu sampai pada keputusan untuk menghukum Ibu
Bumi. Ia memungut busur dewatanya dan mengarahkan anak panahnya ke arah Ibu
Bumi. Ibu Bumi mewujud sebagai sapi yang melarikan diri menjauhi Prithu. Ibu
Bumi tahu bahwa anak panah tersebut dapat menghabisi nyawanya. Ibu Bumi begitu
panik sehingga permukaan bumi terasa menggigil, terjadi gempa di mana-mana.
Prithu mengejarnya kemana saja Ibu Bumi melarikan diri. Ibu Bumi tak dapat
menemukan tempat berlindung, sehingga akhirnya dia memutuskan untuk menemui
Prithu dan bersujud di hadapannya. “Wahai raja dunia, aku berlindung padamu.
Engkau adalah raja yang adil dan mestinya Engkau tidak mengganggu seorang
perempuan sepertiku. Sekalipun bersalah seorang perempuan tidak harus dibunuh.
Mengapa Engkau berusaha membunuhku, padahal aku tidak berbuat kejahatan
terhadapmu? Dan jika Engkau membunuhku dimana Engkau akan meletakkan
kerajaan-Mu?
Prithu
berkata, “Engkau telah melakukan kesalahan, itulah sebabnya aku harus
menghukummu. Di dalam upacara persembahan yang dilakukan manusia, engku
mendapatkan bagianmu. Akan tetapi engkau tidak memberi manusia makanan. Dalam
wujud sapi engkau makan rumput akan tetapi engkau tidak memberikan susu kepada
manusia. Engkau sudah mengabaikan peraturan yang dibuat olehku. Maka aku perlu
menghukummu. Hukum harus ditegakkan di atas dunia. Engkau juga telah
menyembunyikan tanaman obat pemberian Brahma. Rakyatku menjadi menderita
karenanya. Seseorang yang tidak berpikir tentang kebaikan terhadap orang lain
harus dibunuh oleh seorang raja. Perbuatan tersebut bukan perbuatan adharma.
Dagingmu akan kubagikan kepada manusia dan aku tidak cemas tentang tempat
kerajaanku yang musnah, dengan yogaku aku mampu mendirikan kerajaanku.”
Ibu Bumi
gemetaran karena ketakutan dan berkata, “Aku tahu Engkau adalah titisan
Narayana. Engkau sudah menciptakan aku, sehingga aku menjadi rumah bagi seluruh
kehidupan. Engkau sudah menjadikan aku sebagai ibu bagi semua makhluk. Manakala
aku tenggelam dalam lautan di dunia bawah, Engkau mewujud sebagai Waraha Awatara
mengangkat aku ke atas. Akan tetapi sekarang Engkau mengangkat anah panah yang
mengerikan. Tindakan baginda raja tak dapat dipahami oleh aku yang bodoh.
Kasihanilah aku. Dengarkanlah aku dulu wahai raja dunia. Seekor lebah dengan
gigih mengumpulkan sari bunga dari berbagai bunga untuk membuat madu. Manusia
yang bijaksana akan mengumpulkan berbagai fakta kebenaran dari banyak pikiran
berbeda-beda untuk merumuskan kebijaksanaannya. Demikian juga untuk mendapatkan
yang terbaik dariku diperlukan upaya yang gigih.” Prithu menyimak dengan
seksama kata-kata Ibu Bumi. Dan, Ibu Bumi melanjutkan, “Para resi telah
menetapkan beberapa tugas bagi manusia. Beberapa upacara persembahan dilakukan
untuk mendapatkan hasil yang baik. Mereka yang sudah mengikuti kebenaran ini,
mereka yang sudah mengikuti peraturan yang berasal dari zaman dahulu ini dengan
sungguh-sungguh, telah mampu memperoleh manfaatnya.”
Tanaman dan
hewan memberikan banyak persembahan kepada makhluk lainnya. Sumber makanan
lebah adalah nektar dari bunga-bungaan. Karena bunga hanya mekar pada musimnya,
maka lebah menyimpan nektar yang mereka kumpulkan dengan menambah cairan khusus
yang dikeluarkan oleh tubuh mereka untuk dipergunakan sebagai makanan pada saat
pohon tidak berbunga. Campuran yang bergizi inilah yang disebut madu. Untuk
menjaga kualitasnya, temperatur madu dipertahankan sekitar 350C. Pada waktu
kondisi panas mereka berkumpul untuk mengipasi madu dengan sayapnya. Untuk
mencegah makhluk asing masuk mereka mempunyai penjaga yang akan mengusir mereka
yang mengganggu. Agar bakteri tidak mengganggu, mereka mengeluarkan ”resin”
yang sekaligus dapat mengeraskan sarang mereka. Pertanyaannya adalah mengapa
lebah membuat madu berlebihan yang jauh melebihi kebutuhan dirinya? Bahkan menjaga
kemurnian madunya yang sebagian besar justru dipersembahkan kepada manusia? Ayam bertelur sebutir setiap hari, dan tidak
semuanya dipergunakan untuk meneruskan kelangsungan jenisnya. Sapi juga
memproduksi susu melebihi kebutuhan untuk anak-anaknya. Padi di sawah
menghasilkan butir-butir gabah yang jauh melebihi kepentingan untuk
mempertahankan kelangsungan kehidupan kelompoknya. Pohon mangga juga
menghasilkan buah mangga yang jauh lebih banyak dari yang diperlukan untuk
mengembangkan jenisnya. Pohon singkong memberikan pucuk daunnya untuk dimakan
manusia, akar ubinya pun juga dipersembahkan, mereka menumbuhkan singkong
generasi baru dari sisa batang yang dibuang. Sifat alami alam adalah penuh
kasih terhadap makhluk lainnya. Lebih banyak memberi kepada makhluk lainnya.
Ibu Bumi
melanjutkan, “Akan tetapi seiring dengan berjalannya waktu, orang jahat seperti
Wena mulai memerintah aku. Kebejatan merajalela di permukaanku. Para penjahat
dan pemimpin lalim menggangguku dan tak ada manusia yang melindungiku. Aku
diabaikan oleh semua orang. Tak ada manusia yang memperdulikanku. Aku berpikir
bahwa tanaman obat dan tanaman berharga yang lain pemberian Brahma tak layak
bagi manusia seperti mereka. Aku berpikir manusia di atas bumi tidak cocok
untuk mencicipi benihku sehingga aku menelannya. Ikan-ikan di laut pun sudah
kusembunyikan. Para manusia yang telah membuat peraturan-peraturan lokal yang
tidak selaras dengan alam, telah kurendam dengan samuderaku. Di wilayah-wilayah
yang dikuasai oleh pemerintahan yang hanya mencari keuntungan bagi negerinya
sendiri, telah kugetarkan kulitku agar mereka segera menyadari
kesalahan-kesalahan yang mereka perbuat. Dimana ada pemerintahan lokal yang
membiarkan kelompok yang menggunakan kekuasaan mayoritasnya dengan semena-mena untuk
menindas kelompok kecil, kugoyangkan tubuhku pula. Bencana yang terjadi adalah
akibat dari perbuatan manusia sendiri.
Sekarang
tugasmu adalah mendapatkan yang terbaik dariku. Jika Engkau mendapatkan cara
yang tepat, Engkau akan memperoleh semua kebutuhanmu. Aku menyediakan sekor
anak sapi yang akan memberi susu. Sediakanlah wadah yang sesuai sebagai tempat
perahan susunya. Carilah manusia yang tepat untuk memerah susunya. Bendunglah
lembahku agar hujan dari langit tidak dibiarkan begitu saja mengalir tanpa
manfaat ke samudera. Manfaatkan untuk pertanian, perikanan dan sumber air di
musim kemarau.” Prithu mendengarkan kata-kata Ibu Bumi dan anak panahnya
dilepaskan dari busurnya serta diselipkan di punggungnya. Ia mengatakan, “Kamu
betul Dewi! Adalah tugasku untuk menemukan cara untuk memperoleh yang terbaik
darimu. Engkau sangat sabar menghadapi keangkuhan dan kejahatan manusia seperti
Wena, leluhurku. Jangan berduka. Aku akan mendapatkan cara untuk memperoleh
manfaat darimu dan aku merawatmu sebaik-baiknya.” Setelah melakukan meditasi,
Prithu menjadikan Manu sebagai anak sapi dan menjadikan dirinya sebagai tukang
perah. Keluar dari anak sapi tersebut tanaman obat beserta benih-benihnya.
Prithu berkata kepada semua makhluk agar memperoleh anak sapi dan juga pemerah
susu yang sesuai dengan kebutuhannya.
Para resi
kemudian memerah susu pengetahuan dari anak sapi Brihaspati. Periuk
penampungnya adalah ucapan, pendengaran dan pikiran. Para dewa memerah anak
sapi Indra untuk mendapatkan kelembutan, keberanian, kekuatan pikiran dan
kekuatan fisik. Para asura memerah anak sapi Prahlada untuk memperoleh ilmunya.
Para gandharwa memerah anak sapi Wishwawasu untuk memperoleh musik yang merdu.
Para pitri memerah anak sapi Aryama untuk memperoleh makanan bagi para leluhur.
Para siddha yang suci memerah anak sapi Kapila untuk memperoleh siddhi,
kekuatan yang diperoleh dari olah batin. Para raksasa memerah anak sapi Rudra
untuk memperoleh kesaktian. Binatang melata memerah anak sapi Taksaka untuk
memperoleh racun. Para sapi memerah anak sapi banteng untuk memperoleh rumput.
Para pohon memerah anak sapi Pohon Pipal untuk memperoleh getah kehidupan.
Pegunungan memerah anak sapi Himalaya untuk memperoleh barang-barang tambang
berharga. Semua makhluk memperoleh susu terbaik yang mereka perlukan. Prithu
sangat senang atas kemurahan Ibu Bumi atas kemurahan hatinya yang selalu
memberikan hadiahnya kepada semua makhluk. Ibu Bumi dijadikan putri terkasih
Prithu, sehingga mulai saat itu Ibu Bumi disebut Prthwi, Pertiwi, putri Prithu.
Para leluhur kita memanggilnya sebagai Ibu Pertiwi. Prithu adalah raja agung
yang pernah memperoleh kecintaan dari seluruh makhluk di dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar